Prolog

14 1 0
                                    

Assalamualaikum Wr. Wb.

Hallo semua... lama tak menyapa kalian, ada yang kangen denganku nggak? (pede sekali nih author), wkwkwkwk

Beberapa bulan menghilang karena banyak agenda yang harus diselesaikan. kini aku datang lagi dengan cerita baruku, insyaallah akan rutin up setiap minggunya. Mohon maaf untuk cerita pertamaku 'My Daisy' sementara waktu aku unpublik, mau aku revisi terlebih dahulu sebelum lanjut ke part selanjutnya. yukk cuss baca ..

Happy Reading Guys

_

Aku melihatnya tersenyum kepadaku. Biasanya, setiap bertemu denganku, dia selalu menghindar tanpa sudi bertegur sapa. Entah karena apa, kali ini dia memberikan interaksi melalui tatapan dan senyumannya. Dia tampak lesu, matanya terlihat sayu. Ada apa dengannya? Wajahnya seperti sedang memikul beban yang begitu berat. Kudekati dia, tanganku mencoba meraih tubuhnya. Bibirku hendak mengatakan sesuatu.

"Ada apa denganmu?" ucapku pada dinding yang entah bagaimana sudah berubah. Kutatap sekelilingku dengan saksama. Ternyata hanya mimpi.

"Ada apa dengannya?" Tanganku mengusap peluh yang membanjir karena mimpi tadi. Mataku terarah pada jam dinding yang tengah menunjukkan pukul dua dini hari. Aku tidak melanjutkan tidur malamku. Bergegas 'ku langkahkan kaki menuju kamar mandi, membasuh wajahku, mengambil wudu, dan melakukan salat malam. Selalu ada namanya di setiap sujudku, 'ku adukan semua tentangnya kepada Tuhan.

Belakangan ini, wajahnya memang sering mampir dalam mimpi-mimpiku. Dengan penampilan yang sama, lagi dan lagi, senyuman sendu dan mata yang sayu. Mimpi-mimpi itu mengganggu pikiranku. Keesokan harinya, aku memberanikan diri menanyakan kabarnya melalui saudaranya. Namun nihil! Tidak ada kabar apa pun yang kudapatkan. Hanya informasi-informasi normatif yang selalu diberikan orang-orang kepadaku, seperti 'dia baik-baik saja' atau 'dia sibuk'. Entahlah! Jawaban-jawaban itu tidak menenangkanku sama sekali. Entah kenapa hati ini masih ingin mengulik lebih jauh, lagi dan lagi.

"Sudahlah, kamu jangan mencari informasi tentangnya lagi," tutur Anya yang berada di sebelahku. Tangannya sedang menggenggam gelas plastik berisi minuman. Anya adalah sahabat sekaligus sepupuku. Dia yang paling mengetahui semuanya, tentangku, pria itu, dan hubungan kami, dan Anya juga salah satu orang yang tidak setuju kami bersatu.

"Sudah kubilang, kan? Lupain dia. Kenapa masih ngeyel sih, kayak enggak laku aja kamu ini," sambungnya lagi tanpa peduli perubahan ekspresi di wajahku.

"Aku juga enggak tahu, Nya, kenapa aku enggak bisa. Kalau bisa, sudah sejak dulu kulakukan," jawabku sambil menaruh kepala di atas meja kantin.

"Kamu itu bukan enggak bisa, tapi enggak mau berusaha. Cobalah membuka hati, yang suka sama kamu itu banyak. Tinggal tunjuk aja dapat."

Selalu itu yang dikatakannya saat aku bercerita. Andai semudah itu membalikkan hati ini ke lain hati. Aku tahu dia mengkhawatirkanku. Bukan hanya Anya, kedua orang tuaku pun begitu. Apa aku sudah berlebihan dalam hal ini? Sampai-sampai kedua orang tuaku pun ikut turun tangan untuk mencari pengganti untuk menggeser kedudukannya.Mereka tidak pernah tahu, melupakannya adalah hal yang sulit untukku.

Dia yang pertama, tapi dia juga tidak bisa aku miliki. Adakalanya aku marah dengan takdir Tuhan, kenapa harus begini? Aku begitu menggilainya. Dan mungkin, kegilaan ini membuatku lupa masih ada campur tangan Tuhan dalam kehidupan. Aku begitu memaksakan diri untuk bersatu dengannya, hingga lupa dengan takdir mubramku. Takdir yang tidak bisa diubah oleh manusia.

Untuk permulaan menurut kalian bagaimana?

untuk cerita ini aku mengangkat tema sedikit berbeda dengan ceritaku yang pertama, Inshaallah ceritanya ringan nggak berat. udah gitu aja, tunggu part selanjutnya yaa..

Ohh iya mau ingetin!

Yukk yang belum vaksin, monggo vaksin. Yang sudah vaksin tetap doong terapkan prokes, jangan habis vaksin kemana-mana tidak pakai masker dll.

Stay Safe yaa guys..
Jangan pergi kemana-mana kalau nggak penting, oke!

Kediri, 30 Juli 2021

MubramkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang