Wanita itu memandang ruangan seluas dua meter persegi bercorak putih kusam yang tampak membosankan. Salah satu kamar dari beberapa ruangan di bangunan selatan Rumah Sakit EISAP. Bangunan yang menjadi balai karantina para penderita COVID-19 penduduk Kota Segar.
Sejak dua bulan lalu, rumah sakit tersebut resmi melayani perawatan bagi orang-orang yang terinfeksi Virus Corona gejala sedang hingga gejala berat. Rajin mencuci tangan menggunakan sabun, physical distancing, dan sejumlah program lain sudah dicanangkan guna meminimalisir penyebaran penyakit menular itu. Kabar sedihnya, vaksin diprediksi baru berhasil dibuat satu tahun mendatang.
Karena setiap orang mengalami gejala yang berbeda; bahkan ada yang tanpa gejala; untuk mengetahui mereka terpapar COVID-19 atau tidak, terdapat beberapa jenis pemeriksaan yang bisa dilakukan. Salah satunya Tes Swab, pemeriksaan paling akurat yang melaporkan hasil berupa positif (yang berarti terpapar) atau negatif (yang berarti tidak terpapar). Wafi sudah menjalaninya beberapa hari lampau, laporannya ada di dalam genggaman.
Ia mendesah.
Apa pun hasilnya, memang harus diterima dengan lapang dada. Ikhlas merupakan tindakan yang sulit, akan tetapi hikmahnya begitu besar.
Diremasnya selembar kertas hasil PCR tersebut, namun manik mata Wafi masih menyisir nuansa kamar sempit tempatnya berdiri. Kamar yang akan ia tempati sepanjang dua minggu nanti sampai dirinya sembuh. Sebab beberapa detik lalu, yang dia baca dari laporan di tangannya adalah:
POSITIF.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAMAT
Short Story[SHORT STORY • END] Karena alur cerita yang kamu inginkan sebenarnya ada, keindahan itu benar-benar eksis, hanya saja kamu belum melihatnya.