Hal yang di benci oleh Fioni adalah makan malam resmi, apalagi harus berhadapan dengan laki-laki berkumis tipis berbibir lamis ini. Yang sedari tadi bahkan selalu tersenyum menggoda ke arah Fioni, andai saja dirinya tidak di kejar orang tuanya untuk segera menikah, tidak akan sudi dirinya berkencan dengan laki-laki mata keranjang ini.Fioni serasa pengen nyincang aset berharga yang bersembunyi di belakang laki-laki itu. Bisa diam gak itu matanya untuk stop natap dadanya!
"Kamu cantik malam ini."
Basi! Fioni memutar bola mata malas, kemudian tersenyum tipis, bahkan BBQ di hadapanya tidak tersentuh sebab perutnya di landa mual setiap kali laki-laki di hadapanya menelanjangi penampilanya, dan sialnya malam ini Fioni salah memakia kostum. Dres marun yang Fioni kenankan cukup terbuka di ara pundak hingga ke belahan dada.
Tergoda heh!
"Bisa kita selesaikan makan malam ini? karna sa-, aku harus segera menyelesaikan pekerjaan." Ucap Fioni dengan senyum tipis, tanganya menyambar garpu dan pisau, mulai menyantap makanannya.
"Kamu buru-buru banget sih, Be.. Ayolah.. Ini di bali, jangan kerja muluh lah, sayang.."
"Aku memang kesini untuk kerja Mahen, bukan untuk liburan." Fioni mengibaskan tanganya ringan. Mahen langsung cemberut.
"Kamu tiap hari kerja.. Aku di cuekin mulu masa." Bibir Mahen cemberut, ah memangnya Fioni akan luluh jika pejantan mesum itu bersikap seperti itu?
Jangan mimpi!
Fioni lagi-lagi memutar bola mata malas, "Hen..Aku tidak punya banyak waktu please.."
Mahen langsung berdecak kesal, "Oke.. Oke...tapi setidaknya setelah selesai acara makan malam, kamu temani aku sebentar-"
"Kemana?." Potong Fioni cepat.
Mahen tersenyum menggoda. "Ada deh."
Di tempat yang sama, Ziko tengah misuh-misuh karna harus ribet memakai Tuxedo biru tosca karna paksaan oleh Abangnya.
"Demi ikan nimo keselek krebipeti.. Gue nggak sudi kalo bukan karna sogokan lima juta, acaranya sepenting apa sih? Heran deh gue.. Untung boleh pake sneakers.. Males banget harus pake pantopel di resto penuh tangga begini." Ziko membawa langkahnya masuk ke dalam resto bintang lima tersebut, matanya mengedar mencari keberadaan abangnya yang katanya sedang mengadakan pertemuan bisnis dengan koleganya.
Ziko terus berjalan, sampai tak sadar matanya menangkap sosok perempuan bergaun merah marun sedang makan bersana gebetanya. Lantas senyum Ziko tiba-tiba aja terbit, "Gitu kek, keliatan cantik.. Masa pake Jas mulu." Gumamnya, lalu melanjutkan langkahnya mencari sosok Zigas Kakak tercintanya.
"Nah itu dia si Bambang!." Ziko buru-buru menghampiri sosok Zigas yang tengah berbincang dengan Om-om ntah siapa Ziko tak peduli.
"Bang.. Aelah, di cari-cari juga taunya disini." Zigas menoleh kaget, obrolanya dengan koleganya jadi terpotong.
"Nah.. Gini kan ganteng..Em, Pak Pandu.. Ini kenalin adik saya.. Yang tadi saya ceritain." Zigas merangkul bahu Ziko dan mengenalkannya dengan Pandu. Ziko mengernyit heran, apa maksudnya nih Zigas ngenalin dirinya dengan Om-om ini?
"Halo Ziko.. Kamu ternyata beneran ganteng ya, pasti anak Om nggak nyesel Om paksa kesini."
Ziko masih nggak konek, akhirnya hanya tersenyum ramah. "Hehe.. Makasih Om." Lalu mendongak menatap si abang.
"Bang,. Mau ke toilet bentar ya.. Pen kencing." Bisik Ziko "Awas kamu kabur.. Abang tarik lagi uangnya kalo kabur." Ancam Zigas sedikit mendelik.
"Iya-iya enggak!." Ziko berdecak kesal dan melepaskan rangkulan Zigas
KAMU SEDANG MEMBACA
Only You
FanfictionDua kisah seorang laki-laki dan perempuan beda usia yang sangat bertolak belakang, dari segi karakter maupun sifat. Bagaimana seorang Ziko bisa membiasakan diri saat bertemu dengan CEO cantik nan jutek itu. Bagaimana kelanjutan cerita mereka?