Keesokan harinya.. Pagi-pagi sekali. Ziko sudah pergi dengan mengendarai motor scoopy milik Adzana. Ia pamit sama Jabib ingin mengunjungi panti, sang pemilik Studio mengiyakan saja, toh meskipun di larang, Ziko tetap akan pergi. Meski Jabib sendiri tidak paham panti mana yang Ziko kunjungi setiap seminggu sekali itu."Pagi Bro!." Suara ngebas milik Zigas mengagetkan Jabib yang hendak mengecek stok tinta tatto. Segera Jabib keluar dari ruang tatto dan menghampiri sang sahabat.
"Pagi, tumbenan lo kesini.. Eh ini Nona yang pernah ngelukisin papan surfing board nya disini kan?." Zigas melirik gadis di sampingnya, Jabib langsung tersenyum hangat kearah gadis disamping Zigas.
"Eh.. Hallo.. Ketemu lagi kita Bli." Jabib dan gadis tersebut berjabat tangan, Zigas tolah toleh kedalam.
"Si bocah kemana?."
"Setengah jam yang lalu pamit mau pergi."
Alis Zigas naik, "Pergi kemana? Nglayap mulu tuh anak.. Jangan sering-sering di ijinin."
"Biasalah tuh bocah."
"Fi, duduk sini." Zigas mengajak gadis yang ternyata Fioni itu duduk di kursi tempat biasa pelanggan menunggu pesanan lukisan. Fioni duduk di sebelah Zigas, "Adik lo mau di larang kayak apa tetep bakalan nekat, Gaz.. Yaudah biarin aja."
"Eh.. Bentar, saya ambilkan minum dulu." Jabib hendak beranjak, namun Fioni mencegahnya.
"Nggak usah Bli..saya kesini mau cuma mau ketemu sama Ziko."
"Coba di telfon deh, Gaz.. Nona ini pesen lukisan sama Zi?."
Zigas mengeluarkan ponselnya, diam-diam penasaran dengan maksud tujuan Fioni ingin bertemu dengan sang adik.
"Enggak.. Saya ada urusan aja.. Mau minta di ajarin ngelukis." Jabib mengerjap sebentar, lalu menatap tuhuh Fioni, kening di tambal perban, tangan di Gips.. Jabib meringis, Demi kutang mermaid, gimana cara dia mau nglukis kalo kondisnya lagi babak belur begitu?
Jabib jadi penasaran, apakah Fioni habis loncat dari tebing?
"Nona mau minta di ajarin lukis? Yang bener aja Nona?." Jabib melirik tangan kiri Fioni yang di gips
Fioni menoleh kearah tanganya. "Belajar kan nggak harus langsung praktek Bli."
"Ah.. Bener juga.. Gimana? Bisa di telfon anaknya?." Zigas menggeleng.
"Nona mau belajar dulu sama anak saya? Sambil nunggu bocah itu pulang.. Biasanya dia nggak lama kog." Fioni menoleh kearah Zigas.
"Iya, sama Ana aja dulu, Jago juga lho anaknya temen gue ini.. Atau mau di ajarin sama gue aja?." Goda Zigas.
Fioni tersenyum tipis dan menggeleng. "Boleh deh Bli.. Di ajarin sama anaknya."
Jabib menatap nyinyir kearah Zigas.. Mengejeknya sebab gagal telah modusin cewek cakep.
"Mari masuk kesini." Jabib mengajak Fioni memasuki ruangan kusus melukis.
"Ana.... Sini,Na.. Ini ada pelanggan." Jabib berteriak memanggil anaknya, tak lama, sosok gadis remaja keluar.
"Ya Pak.. Eh.. Ini kakak yang waktu itu kan." Fioni melempar senyum ramah kearah Adzana.
"Hay.. Kita ketemu lagi." Adzana mendekati Fioni dan menyambar dua kursi kayu, satunya di berikan kepada Fioni untuk duduk.
"Duduk kak.. Kakak ada perlu apa?."
"Dia mau belajar nglukis,An.. Tolong ajarin ya.. Sambil nunggu Ziko pulang." Adzana melirik tangan Fioni yang di gips.. Lalu mengangguk saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Only You
FanfictionDua kisah seorang laki-laki dan perempuan beda usia yang sangat bertolak belakang, dari segi karakter maupun sifat. Bagaimana seorang Ziko bisa membiasakan diri saat bertemu dengan CEO cantik nan jutek itu. Bagaimana kelanjutan cerita mereka?