8

1.2K 184 5
                                    

Keesokan harinya, sampe menjelang makan siang. Ziko belum juga datang.. Sehabis visit, dokter bilang kondisi tangan Fioni sudah agak mendingan, itu artinya Fioni sudah boleh pulang. Wajah Fioni bahagia luar biasa, ia tidak sabar ingin pulang kerumah, baginya di rumah sakit sungguh menyiksa.

Tepat jam dua belas siang, Freya datang dengan tampang tak bersahabat. Diliat dari pakaianya, Freya baru saja dari kantor dan langsung menjenguk Fioni ke rumah sakit, memang hanya Freya lah yang bisa hendel kerjaan Fioni.

"Gue nggak ngerti dan nggak paham kenapa lo bisa deket sama itu bocah!."

Alis Fioni mengkerut mendengar ucapan Freya tiba-tiba, "Maksut lo apa?."

Freya menghembuskan nafasnya dengan kasar, lalu merogoh ponsel di kantong blazernya, mengutak atik benda pipih tersebut lalu di sodorkan ke arah Fioni.

"Liat ini!." Ujar Freya dengan tampang emosi, Fioni menatap bergantian kearah ponsel dan wajah sang teman. Akhirnya Fioni meraih ponsel Freya dan memencet tombol Play di video tersebut.

"Emang biasanya di hargain berapa kamu?."

"Tergantung kerjaanya sih, Tante.. Sehari kadang lima juta, bisa juga sepuluh juta."

"Waow.. Mahal juga ya.. Yaudah terserah kamu bisanya berapa hari, nanti uangnya tante transfer ya.. Apa mau di transfer sekarang?"

"Nanti aja kalo kerjaan saya udah selesai tante, biar enak.. Hehe."

Fioni masih nggak paham dengan maksut video tersebut, dimana Mamanya dan Ziko sedang mengobrol perihal kerjaan. Di pandangnya sang teman yang kini mengangkat sebelah alis menatap balik dirinya, "Lo ga paham maksut video itu?."

Fioni menggeleng ragu, "Kenapa bisa lo rekam obrolan mereka? Mereka lagi dimana?."

"Mereka ada di kantor pusat, gue tadi emang kebetulan harus kesana, ada si bocah itu sama Mama elo.. Gue ga paham awalnya kenapa dia bisa deket juga sama Mama lo.. Pas gue nguping.. Ternyata dia lagi bahas kerjaan ntah apalah.. Dan lo mau tau, itu video maksutnya apa?."

Fioni mengangguk dengan perasaan sedikit was-was.

"Bocah itu, lagi meras Mama lo.. Gue kira dia disini emang suka rela mau nemenin elo, baik banget ya keliatanya.. Tapi tadi gue nggak sengaja liat dia nerima debit dari Mama lo.. Dan lo tau Mama lo bilang apa?-"

"Terserah kamu mau belanja apa saja.. Nanti kalo udah balikin ke tante lagi ya."

Wajah Fioni langsung menegang, benarkah yang di ucapkan Freya barusan? Ziko memeras mamanya hanya karna dia mau menemaninya disini?

"Nggak mungkin." Ucap Fioni lirih, matanya berkeliaran kemana mana memikirkan ucapan Freya barusan..Seketika kepala Fioni mengingat semua perilaku Ziko selama ia mengenalnya, tidak mungkin Ziko seperti itu.

"Terserah kalo lo nggak percaya, tapi gue kasih tau ya, Fi.. Bisa aja bocah itu bersikap polos, dan memanfaatkan keadaan, sekarang gue tanya.. Lo tau nggak dimana bocah itu tinggal? Dari kemarin gue mau ngepoin itu bocah sama elo, agar supaya lo hati-hati.. Inget, Fi.. Dia orang asing, dan nggak mungkin sesuka rela itu dia mau nemenin lo disini, tanpa adanya imbalan."

Dada Fioni bergemuruh hebat, apa yang di katakan Freya ada benarnya.. Bisa aja, Ziko memanfaatkan situasi, bisa aja Ziko emang mau disini karna ada maunya. Kenapa Ia tidak kepikiran kesana? Bali itu jauh, dan di Jakarta Ziko tidak punya saudara, tapi.. Ziko adiknya pengusaha sukses.. Buat apa jika Ziko memeras Mamanya? Toh Ziko bisa minta uang ke Abangnya.

"Dan, harusnya dia disini dari pagi.. Gue tebak dia belum kesini kan?." Fioni menggeleng kaku.

"Fiks sih, dia lagi foya-foya ngabisin duit di Atm Mama lo.. Gila-gilaa.... Pinter banget dah itu bocah." Freya menggeleng sambil melipat tangan di dada.

Only You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang