12

1.1K 177 10
                                    


Fioni.

Saya tidak pernah menyangka akan berada di pesawat dengan Ziko, dia sedang tidur setelah semalaman menangis. Ya, dia ikut bersama saya ke Jakarta. Sebernya saya memang menginginkan dia ikut bersama saya, tapi tidak dengan keadaan seperti ini.

Jadi ceritanya begini.

Flashback.

"Apa maksud lo nyebut gue rumah?."

Ziko menatap balik mata saya sangat dalam, dan itu membuat saya semakin tidak bisa menahan gejolak hati saya.

"Zi, barangkali saya perempuan dewasa yang kaya tujuh turunan, saya memiliki segalanya, saya bisa kemana saja, tapi jelas, saya tidak bisa berada di Bali selamanya..Saya harus mengurus perusahaan, tapi. Zi.. Perempuan dewasa ini, hatinya telah lama kosong, lalu.. Saya ketemu kamu disini.. Saya, nyaman setelah kenal sama kamu."

Saya mengusap Pipi Ziko, remaja ini telah mengubah hidup saya.. Boleh saya egois untuk menginginkan kehadiran dia di samping saya selamanya?

"Kak, gue ini hanya cowok gajelas yang minim tatakrama, gue miskin!.. Apasih yang lo suka dari gue? Lo bisa cari cowok yang lebih baik, ganteng, dan mapan di luar sana, Om-om CEO kek, penjaga Caffe kek.. Jangan gue kak, gue nggak bisa-"

"Jangan bohongin perasaan kamu, Zi.. Mulut kamu bisa aja bilang begini.. Tapi mata kamu nggak bisa bohong."

Ziko berdecak gemas, lalu berdiri dan mendekat kearah arus ombak. "Kita awalnya bukan siapa-siapa, Kak.. Lo dateng kesini juga tanpa sengaja kan? Dunia lo dan gue berbeda, Gue harap setelah ini, kita juga bisa saling melupakan."

Hati saya tercabik mendengar ucapannya. Saya menyusul Ziko dan memeluknya dari belakang, "Bilang sama saya, kalo setelah ini.. Kita masih bisa saling telfonan, atau mungkin kamu akan bilang kangen sama saya."

"Gue jarang buka Hp.. Dan gue nggak akan kangen sama elo, Gr banget." Ziko tertawa, namun tawanya terdengar sumbang.

"Setidaknya jangan bohongi perasaan kamu, Ziko.. Saya akan angkat telfon begitu kamu nelfon, saya bakal jadi perempuan dewasa yang bucin hanya untuk menunggu kabar kamu."

Ziko perlahan berbalik, lalu tersenyum hingga lesung pipinya terlihat. Saya tak pernah sebahagia ini ketika mendapat senyum manis dari orang, "Kak Fioni," Hati saya berdebar kala Ziko mengusap puncak kepala saya, "Seberapa besar perasaan lo ke gue?."

"Besar sekali-" Jawab Saya langsung.

"Sampai lo nggak bisa nahan diri lo dan, akhirnya lo jatuh cinta sama gue?."

"Ya." Saya memang telah jatuh cinta kepadanya.

"Lalu, lo berharap gue bisa bales perasaan lo?."

Saya menggeleng. "Saya hanya ingin kamu tidak membohongi diri kamu."

Ziko menatap saya dengan sorot teduh, saya suka melihatnya setenang ini.

"Oke, mungkin Ini pertemuan kita yang terakhir, setelah ini gue nggak tau bakalan bisa nemuin lo apa enggak-"

"Kita pasti ketemu lagi, Zi."

Ziko menggeleng. "Bosen ketemu lo terus, Kak. Haha."

"Saya akan kesini kalo ada waktu-"

Only You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang