Dua tahun sudah Mawar tinggal bersama dengan Nenek dan Kakeknya. Seiring berjalannya waktu, keadaan mulai membaik, Mawar mulai aktif kembali dengan sekolahnya, Kakek juga kembali sibuk dengan bengkel kecilnya dan Nenek kini mengelola toko kelontong peninggalan Ayahnya.Melihat Mawar yang kembali ceria dan tak lagi sungkan, Nenek dan Kakek merasa usaha mereka akhirnya terbayar. Pasalnya cukup sulit untuk membawa Mawar tinggal dengan mereka, setelah banyak bujuk rayu serta syarat-syarat terpenuhi, akhirnya gadis itu bersedia.
Hasil dari tawar menawar yang tidak sebentar, akhirnya diputuskanlah beberapa hal berikut:
1. Kakek berjanji akan merawat rumah Ayahnya yang mana kini menjadi milik Mawar, dan setidaknya dua minggu sekali akan mengunjungi dan membersihkannya.
2. Nenek dan Kakek mengizinkan Mawar untuk tinggal sendiri di rumah miliknya setelah gadis itu menikah atau sekurang-kurangnya telah berumur 20 tahun, akan tetapi untuk hal ini Mawar bersikeras untuk tinggal sendiri setelah dia lulus dari SMA-nya.
3. Setelah Mawar tinggal sendiri nanti, dia melarang Nenek dan Kakeknya untuk datang menjenguknya setiap hari, baik Nenek dan Kakek hanya diperbolehkan datang ke rumahnya seminggu sekali, boleh kurang, tidak boleh lebih.
Bukan tanpa alasan Mawar memberikan syarat nomor 3, hanya saja dia tidak terbiasa dengan semua perhatian berlebih yang diberikan Nenek dan Kakeknya.
Ayahnya juga termasuk merupakan orang tua yang perhatian, hanya saja Ayah memiliki cara yang berbeda dalam menampilkannya. Mereka berdua menerapkan kesan saling melepas, saling percaya.
Contohnya ketika Mawar mempunyai masalah, Ayah selalu tau bahwa putrinya sedang tidak baik-baik saja. Selain karena memang ikatan Ayah-Anak mereka sangat kuat, hal lainnya yaitu sebab Mawar akan bertingkah tidak biasa di rumah, dia akan merasa kesal terhadap apapun, bahkan dia akan marah jika salah memijit nomor pada remote TV.
Meski begitu Ayah tidak bertanya apapun, sebaliknya Ayah akan menjadi lebih perhatian padanya, seperti mengajak Mawar makan diluar atau hanya sebatas membelikan Mawar ice cream.
Pernah satu hari Mawar akhirnya mengungkapkan rasa penasarannya, kenapa Ayah tidak pernah bertanya ketika mengetahui jika Mawar sedang memiliki masalah. Ayah menjawab,
"Ayah nggak akan tanya kalo kamu belum siap terbuka,"
"Menolong orang yang nggak mau ditolong nggak ada gunanya,"
"Saat kamu cerita sama Ayah kamu punya masalah, saat itu juga Ayah akan selalu siap buat tolong kamu, sekalipun itu cuma buat dengerin cerita kamu aja,"
Memang benar, selama ini Mawar selalu menceritakan apapun yang dia alami pada Ayahnya. Mawar mungkin akan merasa kesal dan marah seharian, tapi di ujung senja Ayah selalu bisa menenangkan dirinya setelah Mawar menceritakan keluh kesahnya.
Mengingat kembali hal itu, Mawar selalu merasa beruntung karena telah diberikan sosok Ayah yang begitu sempurna. Dan yang membuatnya lebih bahagia sekarang tak ada lagi tangisan ketika dia mengingat Ayahnya.
Mawar mungkin tidak memiliki kesempatan yang sama dengan orang lain, kebersamaannya dengan Ayah hanya berlangsung dalam waktu yang singkat. Mawar juga tidak memiliki satupun kenangan bersama Ibu, tapi Mawar tau betapa Ibu menyayanginya, dia tau, karena dia merasakannya.
Mawar mungkin yatim piatu, tapi kasih sayang yang dia terima sama sekali tidak berkurang.
Kini dia mengerti kenapa Ayah selalu membual padanya tentang, kenangan, memori, momen, dan hal lain sebagainya.
Kita mungkin tidak hidup selamanya, tapi kenangan akan membuat kita hidup.
Bersama Nenek dan Kakek, Mawar bertekad untuk hidup dengan tanpa penyesalan, menikmati setiap waktu yang berjalan, menciptakan banyak momen indah untuk dikenang, untuk disimpan dalam memori.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hati Sang Mawar
Teen FictionLahir sebagai anak piatu dan harus menerima kenyataan ditinggal Ayahnya saat berumur 16 tahun. Mawar, hidup sebagai remaja periang. Tentu saja gadis itu pernah menyalahkan takdir. Kenapa? Kenapa? Kenapa? Tak pernah habis tanya kenapa dalam diriny...