#1 Saga

3 0 0
                                    


Hari sudah menjelang sore, tapi sekolah masih ramai dengan para siswa yang sedang melakukan kegiatan ekstrakurikuler, salah satunya club bola basket yang tengah melakukan kompetisi rutin antar anggota, karena alasan itulah saat ini lapangan ramai dengan sorak sorai para siswa yang menonton.

Pertandingan berjalan alot, jelas saja karena kedua tim yang sedang bertanding saling memperebutkan gelar champion untuk semester ini. Suasana masih tenang sampai salah satu pemain memblokir bola yang menyebabkan bola terpental jauh hingga ke luar lapangan.

"Awaaass!!"

Gema koor peringatan terdengar begitu kompak dari paduan suara para penonton. Hal itu karena laju bola yang cepat mengarah pada salah satu siswa yang berjalan di koridor kelas. Benar, lapangan memang terletak di tengah-tengah bangunan sekolah, maka tak heran banyak sekali jendela yang tidak memiliki kaca alias bolong.

Hap!

Nyaris saja bola berat itu mengenai wajah tampan seorang siswa yang berdiri mematung, sebenarnya dibandingkan dengan lemparan bola yang menghadang padanya, dia lebih terkejut oleh teriakkan peringatan dari para siswi yang ditujukan padanya.

"Hampir aja,"

Saat bola menjauh dari pandangannya, barulah dia dapat melihat pemilik suara serak yang sudah menyelamatkan wajahnya. Cantik.

"Kaliaan tuh yaa!!!"

Sambil memeluk bola basket, gadis itu memejamkan mata dan mencoba menulikan telinganya saat Bu Rima salah satu Guru Matematika yang memang terkenal dengan lengkingan suaranya, berteriak.

Begitu juga dengan siswa laki-laki yang hampir saja jadi korban hantaman bola basket, dia harus kembali mengernyitkan dahinya saat mendengar teriakan yang dua kali lipat lebih berdampak pada telinganya. Ternyata satu jam bersama tak membuatnya bisa terbiasa dengan Bu Rima.

"Kamu juga Mawar!"

Ah, Mawar, ya?

"Eh?!" Kenapa juga namanya terseret, Mawar bahkan belum ikut bermain di lapangan. Dia hanya bisa tersenyum canggung dan meminta maaf, "Eh.. iya maaf Bu,".

"Saga, kamu nggak pa-pa?" Bu Rima baru saja pulih dari rasa terkejutnya dan tersadar bahwa murid laki-laki di sampingnya lah yang seharusnya lebih terkejut.

Mawar ikut menolehkan wajahnya, bermaksud memastikan bahwa bola basket ditangannya tidak sampai menyentuh wajah laki-laki itu. Membulatkan matanya, Mawar sedikit terkejut, untuk menyembunyikan kekagetannya cepat-cepat Mawar melempar wajahnya ke sisi lain, semoga saja laki-laki itu tidak mengenalnya.

"Enggak ko bu, saya nggak pa-pa, berkat Mawar, makasih ya," Merasa tidak bisa tinggal diam, Saga segera bertindak toh semua bukan salah Mawar, gadis itu malah baru saja membantunya.

"Eh?!" Mawar terkejut, darimana laki-laki itu tau namanya? Tunggu, tentu saja dari Bu Rima, beliau baru saja meneriakkan namanya tadi.

Tolong jangan menjadi bodoh hanya karena panik Mawar, "Ah, iya sama-sama,".

Andai saja Mawar melihatnya bahwa laki-laki itu, Saga, sedang menatap lekat padanya, sayangnya Mawar memilih untuk berpura-pura tidak menyadarinya.

"Well, kerja bagus Mawar," Bu Rima memang bukan termasuk guru killer, hanya saja sampai saat ini tidak ada yang bisa mengalahkannya suara soprano miliknya.

"Mawar! Oper bolanyaa!" Teriakan anggota satu tim Mawar menginterupsi percakapan mereka.

Ah iya bola!

"Kalo begitu, saya permisi Bu, Eh.. Saga, mari," Enggan rasanya Mawar mengarahkan pandangannya pada laki-laki itu, lebih tepatnya bukan karena malu ataupun apa, dia hanya merasa takut jika Saga tau akan kebenaran dirinya. Jadi setelah berpamitan kilat, Mawar segera melarikan dirinya kembali ke bangku cadangan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 01, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hati Sang MawarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang