Tapi, hidup tetaplah hidup, dengan semua ketidakberuntungan miliknya, ternyata masih ada saja orang yang merasa iri padanya. Hey, bukankah justru Mawar yang harusnya iri pada kehidupan orang lain?Bagaikan sebuah dongeng lama yang menceritakan tentang dua saudari bawang merah dan bawang putih, seperti itulah Mawar menganalogikan keadaanya saat ini.
Hanya saja, dia bukan sedang berselisih dengan saudari tiri, karena seperti yang semua orang tau, Mawar merupakan anak tunggal. Tepatnya dia berselisih dengan saudari sepupunya. Ya, ini tentang sepupunya, Melati.
See?
Bawang merah dan bawang putih.
Mawar dan Melati.
Meski dia harus menjadi sosok bawang merah karena namanya Mawar, juga karena Melati yang identik dengan warna putih, tapi satu yang Mawar yakini dia tidaklah sejahat bawang merah untuk dinobatkan sebagai saudara yang buruk, ya meskipun dia juga tidak sebaik itu.
Mawar sepenuhnya mengerti kenapa Melati merasa iri padanya, semua tidak lain karena penyakit yang diderita gadis itu. Melati menderita gagal fungsi ginjal sejak dia kecil, kini dia bahkan harus rutin melakukan cuci darah untuk bertahan hidup, meskipun cukup satu bulan sekali, tapi hey siapa yang ingin hidup dengan bergantung pada medical treatment seperti hemodialisis meskipun jika itu dilakukan 6 bulan sekali? Tidak ada!
Karena inilah Mawar tidak pernah bisa membenci Melati meski gadis itu sering memperlakukannya kurang baik. Sepertinya Melati melihat Mawar sebagai sosok asing atau mungkin musuh, jangankan untuk bertanya, Mawar bahkan tidak ingat kapan terakhir gadis itu tersenyum padanya.
Dibalik sikap dingin Melati, Mawar selalu tahu bahwa sebenarnya gadis feminim penyuka dress itu merupakan anak yang baik, hanya saja keadaan yang membuatnya bersikap menjadi seperti sekarang.
Mawar mengerti mengapa Melati merasa iri padanya, semua dikarenakan gadis itu tidak memiliki hidup normal, seperti yang Mawar miliki. Mawar mengerti, Melati hanya ingin menjalani hidup seperti dirinya, seperti kebanyakan orang lain.
Ada satu kutipan yang sangat Mawar sukai dari film Harry Potter,
"You're not a bad person. You're a very good person. Who bad things have happened to."
Meskipun tidak berelasi dengan keadaan Harry Potter, tapi kurang lebih kutipan tadi sangat menggambarkan Melati.
Ya, seperti itulah Melati.
Melati adalah gadis baik yang sedang terlibat dalam suatu keadaan yang buruk.
Ada satu kejadian yang tidak pernah sekalipun Mawar lupakan, waktu itu Mawar dan Melati yang masih duduk dibangku kelas 1 SD baru saja pulang sekolah. Seperti biasa mereka selalu berjalan bersisian, tiba-tiba saja sekelompok teman dari sekolahnya berlarian ke arah mereka, mengelilingi dan mengitari mereka sambil berteriak,
"Nggak punya Ibu~ nggak punya Ibu~ Mawar nggak punya Ibu~"
Mawar baru saja meneteskan air mata saat suara gedebuk jatuh menarik perhatiannya. Apa yang dia lihat selanjutnya sungguh diluar dugaannya, Melati gadis dengan tinggi 2 cm diatasnya sedang menerjang salah satu anak laki-laki dengan badan terbesar.
Mawar tertawa melihat Melati yang dengan berani melemparkan tas ke wajah lawan bertarungnya.
Mawar senang dengan pembelaan Melati, tapi air mata tak surut tetap bercucuran melewati pipinya. Kini Mawar justru merasa lebih sedih, karena dia tidak memiliki Ibu dan juga karena dia tidak memiliki keberanian seperti Melati.
Entah berapa lama perkelahian berlangsung, yang jelas mereka segera berhenti saat ada pemuda yang memisahkan mereka.
"Malu-maluin! Sama cewek aja kalah!" Ditengah tangisannya, samar-samar Mawar mendengar bentakan salah satu teman perempuan dikelasnya, yang mana anak itu memang memiliki sifat usil dan sering menghasut anak lainnya.
"Cemen! Maju sini kalo berani!"
"Hey!"
Mawar kembali terkekeh mendengar teriakan Melati yang segera ditegur oleh wasit yang baru saja menjadi penengah dalam pertandingannya.
Mereka kembali melanjutkan perjalanan pulang, Mawar masih sibuk dengan sisa tangisannya dan Melati sibuk merapikan penampilannya.
Melihat keadaannya saat ini, sungguh sangat bukan Melati. Rambut berantakan hasil jambakkan, baju putihnya menjuntai keluar dari rok merah, jangan lupakan kotornya tanah pada baju seragam dan tasnya, semua adalah hasil dari pertunjukan gulat yang dilakukannya.
"Jepit rambut aku! Yaah, ikat rambut juga ilang, ihh baru aja beli kemaren!"
"R, kamu yang ganti ya!"
Saat tidak mendapatkan respon sedikitpun dari lawan bicaranya, Melati menengok dan mendapati Mawar masih saja menangis.
"Hey, nggak usah nangis, kamu nggak salah kok R,"
"Udah berenti!"
"Kamu itu kuat!"
"Kamu bisa!"
Melati terus berusaha menyemangati Mawar sambil mengusap air matanya yang tak berhenti mengalir.
Jika diingat kembali, saat itu mereka masih berusia 7 tahun, dan entah bagaimana Melati bisa mengatakan hal yang sangat bijaksana.
Sampai saat ini kalimat itu masih menjadi penguat bagi Mawar, jadi bagaimana bisa Mawar membenci Melati?
Mawar sangat menyayangi Melati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hati Sang Mawar
Teen FictionLahir sebagai anak piatu dan harus menerima kenyataan ditinggal Ayahnya saat berumur 16 tahun. Mawar, hidup sebagai remaja periang. Tentu saja gadis itu pernah menyalahkan takdir. Kenapa? Kenapa? Kenapa? Tak pernah habis tanya kenapa dalam diriny...