"Kalau tentang Lea, aku tidak pernah berhubungan dengannya sejak dia meminta cerai dariku." Edwin menjawab tanpa basa-basi sembari menyugar saat Sally aku suarakan untuk memberondong pertanyaan mengenai kabar Lea.Entah kenapa jawaban itu membuatku spontan menelan ludah dan membelalak. "Cerai?" Tanpa sadar aku melepaskan Sally dan merasa ada sesuatu kuat yang menahan degup jantungku. Namun, Edwin masih menolak untuk menjelaskan alasan perceraiannya.
"Sudahlah, Yank. Aku tidak mau membicarakan hal itu, setidaknya hari ini. Aku dan Lea sudah sepuluh tahun tidak berkomunikasi apalagi bertemu. Aku sudah benar-benar mengubur semua cerita dengannya karena ...." Muka Edwin layu saat menjeda kalimatnya. Beberapa saat jeda, lalu ia melanjutkan dengan suara lirih, "Apa pun yang terjadi pada kami di masa lalu, yakinlah kalau sampai kapan pun aku cuma punya kamu dan semuanya kulakukan buatmu. Untukmu, mama, Eou ...." Senyum tipis kulihat muncul di wajah suamiku, tetapi di dalam matanya aku masih bisa melihat ada kabut yang tidak bisa aku terobos.
"Ish ... Masih aja nggombal. Kaleng!" makiku dengan sedikit bercanda sambil meninju lengan suamiku. Namun, Sally seketika ikut nimbrung tanpa aku rencanakan dalam sekali tarikan napas.
"Maaf, pak Edwin, bagaimana mungkin semua bapak lakukan untuk Miss Ester, sedangkan hari ini bapak meminta Miss Ester bertemu dengan Sunny yang selama ini bapak sembunyikan. Justru di saat Miss Ester menginginkan sesuatu yang baru dalam hubungannya dengan Pak Edwin."
Edwin terlihat terenyak, tetapi pandangannya tetap ke depan menyusuri jalanan yang mulai berkelak-kelok meski tidak lagi macet.
"Sally sayang," jawabnya sembari melirik bonekaku sepintas, lalu melanjutkan, "Aku melakukan ini agar tidak ada rahasia lagi di antara kami."
Aku mendengkus dan Sally berujar, "Baiklah, semoga itu menjadi kenyataan dan merupakan kabar bahagia. Jadi, Miss Ester tidak perlu menghabiskan waktu berdua denganku saja di kamar, seperti beberapa hari ini," ujar Sally seraya tanganku mengarahkan pandangannya ke depan.
Edwin mengangguk dan mengacungkan jempol untuk menyatakan kesiapannya semacam mengadakan perjanjian dengan anak kecil.
"Kita beli kelengkeng dulu, untuk camilan, yuk, Yank. Perjalanan kita masih sekitar dua jam, nih."
Edwin menepikan mobil dan berhenti di depan kios yang menjajakan buah-buahan. Sepertinya ini kios terakhir karena saat aku menoleh kiri kanan, sepanjang jalan yang sudah kami lewati memang banyak sekali pedagang buah, tetapi kosong di depan.
Perbincangan kami terus bergulir dengan ringan, seringan kulit kelengkeng yang sudah memenuhi tempat sampah mini kami di mobil, hingga sampai kepada hal yang mengejutkan. Edwin dengan memohon, melarangku bercerita tentang hal ini kepada mama mertua.
Ya Tuhan, aku benar-benar tidak paham dengan keinginan suamiku.
***
Sepuluh menit lagi pukul enam, dan kami sudah sampai di sebuah rumah lumayan besar dengan enam pintu, semacam rumah kontrakan atau indekos. Edwin menghentikan mobilnya tepat beberapa meter dari pintu rumah paling ujung. Dan setelah aku mengembalikan Sally ke dalam koper, sekali lagi Edwin memegang tanganku dan mengucapkan terima kasih dengan sangat pelan, bahkan aku hanya mendengarnya melalui gerakan bibir Edwin.
Aku menoleh ke arah rumah itu dan kembali menghadap ke arah Edwin untuk meyakinkan bahwa dia tidak membawa kami ke alamat yang salah. Edwin mengangguk dan menunjukkan catatan alamat di kotak pesan sosial medianya dari akun bernama LeaYunita dan justru membuatku salah fokus dengan memperhatikan foto profilnya. Sejak kapan mereka mulai menjalin komunikasi?
"Ya ampun, Sayang. Ini hanya untuk membahas Sunny yang mencariku. Nggak ada komunikasi lainnya." Edwin memegang pipiku dan mengusapnya pelan dengan ibu jari. Sorot matanya memintaku percaya. Mungkin dia menangkap lirikan maut yang kulemparkan saat itu. Ah, bukan hal penting untuk aku membahas hal remeh seperti ini. Yang lebih penting adalah siapa yang akan kami temui dan apa yang akan terjadi selanjutnya.
YOU ARE READING
Sun in the Winter
RomanceBagi Ester, kehadiran anak akan mampu mempererat hubungan keluarga. Jadi, ia berencana mengikuti program kehamilan. Namun, Ester justru menemukan bukti bahwa Edwin, suaminya, sudah memiliki anak dari pernikahan sebelumnya. Lantas, kenapa Edwin berce...