13

0 0 0
                                    

Tiba tiba suara derap kaki terdengar mendekat ke kamar jaemin. Pintu terbuka menampilkan sosok ayah yang tadi berani menonjok anak bungsunya

"Jaem" panggil sang ayah membuat jaemin menatap atap kamarnya tanpa niat melihat ayah jangan lupakan dengan kondisinya yang masih sesak dan terbaring dilantai yang dingin

Ayah mendekat dan semakin mendekat lalu duduk di sofa

"Mama sama ayah udah buat perjanjian..... Kalau nilai kamu nggk sempurna dan nggak diperingkat pertama maka mama akan menikahi pria itu"

Jaemin terdiam ayah juga berbicara tanpa ketegasan sedikit pun

"Kenapa harus nilai jaemin yang jadi patokan yah" jaemin sendu dadanya semakin perih dengan kata kata menyakitkan

"Jaemin sayang ayah kan....belajar tingkatkan kualitas kamu" ayah langsung bangkit dan menutup pintu kamar jaemin begitu saja tanpa memperdulikan bagaimana kondisi jaemin saat ini

Jaemin menyeret tubuhnya menuju laci nakas samping tempat tidurnya

Dengan tangan gemetar diiringi petir dan rintik hujan dimalam ini mengundang kesedihan yang mendalam

Jaemin langsung menghirup oksigen portable yang memang tersedia dikamarnya tanpa di ketahui oleh siapapun bahkan termasuk jeno 

Sesak didadanya perlahan menghilang namun tidak dengan rasa nyeri itu. Rasa nyerinya malah semakin bertambah parah namun sesaknya hilang

Jaemin berdiri perlahan dengan tangan yang masih memegang oksigen yang masih menempel di mulut dan hidungnya

Ia menuju meja belajarnya mengambil beberapa buku dan membuka laptopnya. Tangannya perlahan menaikkan headphone yang bertengger di lehernya lalu memutar music yang santai

Halaman demi halaman jaemin baca. Ia berusaha untuk fokus namun rasa takut dan tekanan itu selalu menghantuinya

Bagaimana jika ia gagal?

Bagaimana jika renjun yang berada diperingkat satu?

Apa yang bisa ia lakukan untuk mengagalkan pernikahan ini?

Dan....

Mengapa harus nilai yang menjadi patokan?

Hingga matahari terbit jaemin tetap fokus pada buku dan tangannya menulis banyak point penting disana

Alarm ponselnya berbunyi tanpa berfikir panjang jaemin mandi dan bersiap untuk kesekolah

Saat jaemin memakai dasi sembari merapikan mejanya tiba tiba ayah membuka pintu

"Oh udh bangun cepet turun sarapan" ayah

Jaemin benar benar tak mengeluarkan sepatah katapun tubuhnya lesu bibirnya pucat pasi dan beberapa buliran keringan didahinya

Jaemin berusaha cuek dan langsung turun tanpa menghiraukan ayahnya

"Jaemin makan dulu" ayah dengan tegas menahan jaemin untuk pergi tanpa sarapan

Jaemin berbalik mengambil sepotong roti polosan lalu berkata

"Jaemin pergi. Masih banyak yang harus dipelajari" dengan nada dinginnya jaemin melangkah keluar

Kali ini dia tidak berjalan kaki jaemin memilih untuk menggunakan mobilnya agar cepat sampai ke sekolah

Namun faktanya saat sampai disekolah jaemin tidak turun dari mobil ia hanya diam diparkiran dengan buku di tangannya kali ini tanpa headphone

Entah mengapa sekitar jam 4 dini hari tadi telinga jaemin berdengung dan ia merasakan sakit di dalam telingannya jadi ia tidak mendengarkan music sama sekali

EVANESCENT🗝Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang