Tintin
Jaemin tak mendengar klakson tersebut suara musicnya terlalu kencang mengalahkan klakson mobil itu
Grep
Bahu jaemin ditahan oleh orang yang mengklaksonnya tadi
Jaemin menoleh ternyata itu haechan
Jaemin menaikkan alisnya sebelum seolah bertanya 'apa'
"Bareng kuy mobil masih luas"ujar haechan jaemin hanya menggeleng ia tau ada renjun disana lalu kembali memakai headphonannya dan pergi
Haechan tak memaksa sama sekali ia kembali masuk ke mobil renjun dan renjun melajukan mobilnya kembali tanpa memperdulikan jaemin
Sekolah semakin dekat otak jaemin berputar sembari mengingat pelajaran pelajaran yang ia pelajari sejak seminggu yang lalu
Dalam hati ia berkata. Ayo jaem lo bisa seenggaknya lo sudah berusaha semaksimal mungkin berhasil atau nggak itu urusan nanti
Saat ia sampai jaemin langsung menuju kelasnya. Lagi dan lagi jaemin akan mengeluarkan buku buku tebalnya
Disaat yang lain bersantai ada renjun dan jaemin yang akan bersaing kembali dalam ujian ini
Jaemin dengan buku tebalnya sedangkan renjun hanya dengan buku catatan yang bahkan hanya tak ada apa apa nya dibanding ketebalan buku jaemin
Hingga bel berbunyi dan guru masuk untuk membagikan kertas ujian
Tangan jaemin berkeringat bahkan bergetar beginilah ia ketika panik. Namun ia tetap berusaha menenangkan diri takutnya lembar ujian terkena keringat tangannya
Ia mulai mengerjakan satu persatu dengan sangat teliti semua soal mudah baginya hanya saja ada sekita 2-4 dari 50 soal yang tidak ia pahami
Kecemasan benar benar mendominasi hati dan pikiran jaemin takut salah dalam memilih pilihan ABCD
Waktu terus berjalan iris mata jaemin menangkap renjun yang duduk di sebrangnya sangat santai mengerjakan ujian
Hal itu membuat jaemin semakin pesimis
Ia tidak boleh kalah dari renjun kali ini dia harus menang
Setelah dirasa cukup yakin jaemin bangkit untuk mengumpulkan kertas ujian namun ternyata
"Saya sudah pak" ujar jaemin dengan renjun berbarengan dengan menyerahkan kertas itu
Seisi kelas tak heran dengan pemandangan seperti ini sudah biasa terjadi
"Okey kalian bisa langsung istirahat jawaban kalian bapak terima terima kasih"
Jaemin dan renjun membungkuk hormat lalu pergi
Renjun langsung keluar dengan ponsel ditangannya berbeda dengan jaemin
Jaemin kembali ke tempat duduknya mengambil buku tebal lainnya lalu pergi jangan lupakan headphone yang sudah melekat kembali di telinganya
Renjun memilih kekantin berbeda dengan jaemin. Pria itu memilih kembali belajar di perpusatakaan tempat yang sangat sangat sunyi jadi ia tak perlu mendengarkan music untuk saat ini (mungkin tak kan bertahan lama)
Jika saja jaemin bisa mengatur garis takdirnya jaemin sangat ingin hidup sendiri didunia ini tanpa ayah dan mamanya
Tapi disisi lain ia juga masih bersyukur banyak diluar sana yang ingin memiliki orang tua sedangkan dia hidup di dalam kemewahan dibalik pekerjaan orang tuanya
Jaemin membaca dengan sangt teliti ia tidak peduli dengan sekitar pandangannya hanya ke arah buku dan ponsel
Bahkan sekedar ke kantin membeli makan saja sangat berat rasanya
Ujian kedua dimulai jaemin merasa puas melihat soal yang sangat mudah itu. 50 soal ia kerjakan dengan baik sedangkan renjun sepertinya sedikit kesusahan
Diluar itu. Ada jeno dan haechan yang sangat sangat pusing melihat soal. Mereka bukan tipe orang yang akan belajar
Bahkan urutan ranking mereka selalu paling bawah mereka benar benar tidak peduli namun saat ujian maka mereka paling semangat mengeluh
Hanya butuh beberapa menit jaemin sudah selesai dan ia di perbolehkan untuk pulang
Jaemin berjalan menikmati area yang memang sepi itu guna merefresh otaknya yang tak berhenti bekerja
Tiba tiba jaemin berhenti ketika melihat seorang anak kecil yang menangis di ujung jalan dengan pakaian yang begitu lusuh
Jaemin membuka headphonenya lalu berlari ke anak itu
"Hey kenapa menangis" anak itu malah mundur merasa takut dengan jaemin padahal jaemin sudah menggunakan nada yang sangat lembut
"Jangan takut saya bukan orang jahat. Jadi kenapa kamu nangis hm?"
"Hiks hiks aku mau pulang"
"Rumah kamu dimana biar saya antar" anak itu menggeleng menandakan ia tidak tau dimana rumahnya"Hiks hiks lapar" senyum jaemin luntur benar benar tak terbayangkan dengan hal ini
"Emang orang tua kamu kemana?" jaemin
"Hiks nggak tau hiks mereka dibawa pergi"
"Nama kamu siapa?" jaemin sedikit merapihkan rambut anak itu
"C-chenle"
"Ada yang kamu kenal nggak disini biar saya antar pulang" jaemin
Chenle menggeleng
"Hiks hiks hiks" isakan itu benar benar mengguncang hati jaemin
"Gimana kalau ikut saya. Kita makan oke" jaemin
Chenle dengan ragu mengangguk sungguh mengenaskan dimata jaemin
"Ayo jalan" tangan jaemin terjulur namun chenle tak menggapainya sama sekali hanya menunduk dalam isakannya
"Kenapa lagi hm?" jaemin
"Kaki chenle sakit hiks" chenle menaikkan sedikit celananya dan jaemin sangat terkejut dengan kaki chenle yang membiru"Yaudh ayo naik" jaemin berjongkok membelakangi chenle
Chenle yang paham pangsung menaiki punggung jaemin. Tanpa berfikir panjang jaemin langsung membawa chenle ke rumah zia
Saat ia sampai tak ada jisung disana mungkin sedang main hanya ada zia yang sedang menyiram tanaman
"Zia buka pintunya" jaemin
"Eh jae-- anak siapa yang kamu culik jaem" zia"Enak aja udah cepet buka"
Saat pintu terbuka jaemin langsung menurunkan chenle ke sofa dan menyuruh zia mengambil sepiring makanan dan segelas air
"Chenle gpp kan sayang" jaemin khawatir chenle benar benar lemas
"Pusing" chenle
Benar saja wajahnya pucat sekali
"Iya sebentar ya. Zia cepet mana makanannya" jaemin"Iya iya ini makanannya"
Jaemin langsung menyuapi chenle perlahan lahan chenle makan dengan cepat benar benar kelaparan
"Udah kenyang atau mau tambah lagi" tanya zia
"U-udah" chenle kembali menunduk takut"Namanya chenle aku nemuin dia di pinggir jalan lagi nangis dan kakinya bengkak dia juga kelaparan makanya aku bawa kesini" jaemin
"Hmm. Hai chenle orang tua kamu kemana sayang" zia berlutut di bawah chenle supaya anak itu bisa terlihat lebih santai
"M-mereka ngebawa mama papa pergi"
..
.
tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
EVANESCENT🗝
FanficPandangan, ingatan, dan rasa kian menghilang. Tidak ada yang abadi termasuk harapan Harapan yang belum terpenuhi akan semakin memudar dan akhirnya menghilang meninggalkan luka yang belum terobati sepenuhnya Khayalan lebih indah dari kenyataan . . . ...