8

1 1 0
                                    

Tintin

Jaemin tak mendengar klakson tersebut suara musicnya terlalu kencang mengalahkan klakson mobil itu

Grep

Bahu jaemin ditahan oleh orang yang mengklaksonnya tadi

Jaemin menoleh ternyata itu haechan

Jaemin menaikkan alisnya sebelum seolah bertanya 'apa'

"Bareng kuy mobil masih luas"ujar haechan jaemin hanya menggeleng ia tau ada renjun disana lalu kembali memakai headphonannya dan pergi

Haechan tak memaksa sama sekali ia kembali masuk ke mobil renjun dan renjun melajukan mobilnya kembali tanpa memperdulikan jaemin

Sekolah semakin dekat otak jaemin berputar sembari mengingat pelajaran pelajaran yang ia pelajari sejak seminggu yang lalu

Dalam hati ia berkata. Ayo jaem lo bisa seenggaknya lo sudah berusaha semaksimal mungkin berhasil atau nggak itu urusan nanti

Saat ia sampai jaemin langsung menuju kelasnya. Lagi dan lagi jaemin akan mengeluarkan buku buku tebalnya

Disaat yang lain bersantai ada renjun dan jaemin yang akan bersaing kembali dalam ujian ini

Jaemin dengan buku tebalnya sedangkan renjun hanya dengan buku catatan yang bahkan hanya tak ada apa apa nya dibanding ketebalan buku jaemin

Hingga bel berbunyi dan guru masuk untuk membagikan kertas ujian

Tangan jaemin berkeringat bahkan bergetar beginilah ia ketika panik. Namun ia tetap berusaha menenangkan diri takutnya lembar ujian terkena keringat tangannya

Ia mulai mengerjakan satu persatu dengan sangat teliti semua soal mudah baginya hanya saja ada sekita 2-4 dari 50 soal yang tidak ia pahami

Kecemasan benar benar mendominasi hati dan pikiran jaemin takut salah dalam memilih pilihan ABCD

Waktu terus berjalan iris mata jaemin menangkap renjun yang duduk di sebrangnya sangat santai mengerjakan ujian

Hal itu membuat jaemin semakin pesimis

Ia tidak boleh kalah dari renjun kali ini dia harus menang

Setelah dirasa cukup yakin jaemin bangkit untuk mengumpulkan kertas ujian namun ternyata

"Saya sudah pak" ujar jaemin dengan renjun berbarengan dengan menyerahkan kertas itu

Seisi kelas tak heran dengan pemandangan seperti ini sudah biasa terjadi

"Okey kalian bisa langsung istirahat jawaban kalian bapak terima terima kasih"

Jaemin dan renjun membungkuk hormat lalu pergi

Renjun langsung keluar dengan ponsel ditangannya berbeda dengan jaemin

Jaemin kembali ke tempat duduknya mengambil buku tebal lainnya lalu pergi jangan lupakan headphone yang sudah melekat kembali di telinganya

Renjun memilih kekantin berbeda dengan jaemin. Pria itu memilih kembali belajar di perpusatakaan tempat yang sangat sangat sunyi jadi ia tak perlu mendengarkan music untuk saat ini (mungkin tak kan bertahan lama)

Jika saja jaemin bisa mengatur garis takdirnya jaemin sangat ingin hidup sendiri didunia ini tanpa ayah dan mamanya

Tapi disisi lain ia juga masih bersyukur banyak diluar sana yang ingin memiliki orang tua sedangkan dia hidup di dalam kemewahan dibalik pekerjaan orang tuanya

Jaemin membaca dengan sangt teliti ia tidak peduli dengan sekitar pandangannya hanya ke arah buku dan ponsel

Bahkan sekedar ke kantin membeli makan saja sangat berat rasanya

Ujian kedua dimulai jaemin merasa puas melihat soal yang sangat mudah itu. 50 soal ia kerjakan dengan baik sedangkan renjun sepertinya sedikit kesusahan

Diluar itu. Ada jeno dan haechan yang sangat sangat pusing melihat soal. Mereka bukan tipe orang yang akan belajar

Bahkan urutan ranking mereka selalu paling bawah mereka benar benar tidak peduli namun saat ujian maka mereka paling semangat mengeluh

Hanya butuh beberapa menit jaemin sudah selesai dan ia di perbolehkan untuk pulang

Jaemin berjalan menikmati area yang memang sepi itu guna merefresh otaknya yang tak berhenti bekerja

Tiba tiba jaemin berhenti ketika melihat seorang anak kecil yang menangis di ujung jalan dengan pakaian yang begitu lusuh

Jaemin membuka headphonenya lalu berlari ke anak itu

"Hey kenapa menangis" anak itu malah mundur merasa takut dengan jaemin padahal jaemin sudah menggunakan nada yang sangat lembut

"Jangan takut saya bukan orang jahat. Jadi kenapa kamu nangis hm?"

"Hiks hiks aku mau pulang"
"Rumah kamu dimana biar saya antar" anak itu menggeleng menandakan ia tidak tau dimana rumahnya

"Hiks hiks lapar" senyum jaemin luntur benar benar tak terbayangkan dengan hal ini

"Emang orang tua kamu kemana?" jaemin

"Hiks nggak tau hiks mereka dibawa pergi"

"Nama kamu siapa?" jaemin sedikit merapihkan rambut anak itu

"C-chenle"

"Ada yang kamu kenal nggak disini biar saya antar pulang" jaemin

Chenle menggeleng

"Hiks hiks hiks" isakan itu benar benar mengguncang hati jaemin

"Gimana kalau ikut saya. Kita makan oke" jaemin

Chenle dengan ragu mengangguk sungguh mengenaskan dimata jaemin

"Ayo jalan" tangan jaemin terjulur namun chenle tak menggapainya sama sekali hanya menunduk dalam isakannya

"Kenapa lagi hm?" jaemin
"Kaki chenle sakit hiks" chenle menaikkan sedikit celananya dan jaemin sangat terkejut dengan kaki chenle yang membiru

"Yaudh ayo naik" jaemin berjongkok membelakangi chenle

Chenle yang paham pangsung menaiki punggung jaemin. Tanpa berfikir panjang jaemin langsung membawa chenle ke rumah zia

Saat ia sampai tak ada jisung disana mungkin sedang main hanya ada zia yang sedang menyiram tanaman

"Zia buka pintunya" jaemin
"Eh jae-- anak siapa yang kamu culik jaem" zia

"Enak aja udah cepet buka"

Saat pintu terbuka jaemin langsung menurunkan chenle ke sofa dan menyuruh zia mengambil sepiring makanan dan segelas air

"Chenle gpp kan sayang" jaemin khawatir chenle benar benar lemas

"Pusing" chenle

Benar saja wajahnya pucat sekali
"Iya sebentar ya. Zia cepet mana makanannya" jaemin

"Iya iya ini makanannya"

Jaemin langsung menyuapi chenle perlahan lahan chenle makan dengan cepat benar benar kelaparan

"Udah kenyang atau mau tambah lagi" tanya zia
"U-udah" chenle kembali menunduk takut

"Namanya chenle aku nemuin dia di pinggir jalan lagi nangis dan kakinya bengkak dia juga kelaparan makanya aku bawa kesini" jaemin

"Hmm. Hai chenle orang tua kamu kemana sayang" zia berlutut di bawah chenle supaya anak itu bisa terlihat lebih santai

"M-mereka ngebawa mama papa pergi"
 
.

.

.

tbc

EVANESCENT🗝Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang