11. Bangunlah

472 37 0
                                    

Mata itu memicing, "P'Pha bohong." Kedua lengan disilangkan di depan dada. Bibir sedikit dimajukan. Bukannya mendapat pengakuan, justru jepitan hidung yang diterima.

"Aw... apaan sih Phi.. sakit.." ucap Beam kesal sambil mengelus hidungnya yang jadi korban, sementara pelaku malah tertawa cengengesan.

"Jangan ngambek sok imut begitu, sadar sudah mau jadi Mommy muda.."

Pukulan kecil mendarat di pundak sang pemuda.

"P'Pha menghinaku? Mau ngatain aku tua, begitu?" aksi ngambek dilanjutkan.

Phana terkekeh geli.

"Phi curang." Sahut Beam kesal.

Phana melirik.

"Masalahku sudah aku ceritakan semuanya, justru masalah Phi di rahasiakan dariku.." Sahut Beam serius.

"Memangnya Phi terlihat bermasalah?" ujar Phana masih dengan senyum yang tersungging.

"Mata Phi tidak bisa berbohong. Aku sudah lama mengenal P'Pha. Harusnya jika Phi bersedia jadi tiang penyangga untukku, Phi juga harus bisa menganggapku pilar untukmu.."

Senyuman itu menghilang perlahan dari bibirnya. Ditolehnya pria berwajah imut tersebut, seraya menepuk lembut pucuk kepalanya dengan sayang.

"Jangan sok kuat. Masalahmu sendiri sudah banyak.."

"Tapi-"

"Sstt... Jangan banyak protes, okay? Phi tidak punya masalah yang ingin ku bagi."

Beam melenguh pelan. Dia tahu ada sesuatu yang ditutupi oleh Phana, tapi mungkin itu memang bukan urusannya. Selain itu Phana benar, tidak ada waktu untuk memikirkan yang lain, karena perhatian utamanya saat ini adalah kesembuhan Forth.

"Bisa mampir di toko bunga di depan, Phi?"

Beam ingat bunga di kamar rawat Forth sudah dua hari belum diganti.

"Oke.."

Beam memilih bunganya dengan cepat, dan pilihannya jatuh pada mawar merah, lagi.

Alasannya sederhana, Forth menyukai mawar merah. Sedikit terkejut ketika mengetahui fakta ini dari sang ibu mertua. Seorang Forth Jathurapoom, menyukai bunga, mawar merah pula. Apa dunia mau kiamat? Tapi Beam tidak mempermasalahkannya, sama sekali tidak. Dia justru semakin penasaran dengan sisi lembut pria yang menjadi suaminya itu.

°°°

°°°

°°°

"Bagaimana kondisinya?"

Satu-satunya penghuni yang menemani pasien menoleh. Sang ibu mertua dengan wajah khawatir dan wajah kelelahan menggeleng.

Beam meletakkan tas ranselnya dan mengganti bunga di meja samping tempat tidur Forth.

"Harusnya kau istirahat saja di rumah, jangan kemari dulu.." ucap Bua lembut.

Beam menghampiri sang mertua dan duduk di sampingnya, punggung dielus lembut, tanggapannya hanya senyum getir yang dipaksakan.

Pernikahan YANG terpaksa (ForthBeam)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang