Prolog

11.7K 540 5
                                    

Assalamu'alaikum!
Bismillah, selamat datang di sequel Gezelligheid. Kali ini aku bawa cerita Qia sama Aydan hihi.

Selamat membaca, semoga suka ya!

.
.
.

Menjauh untuk Menjaga

Flash back on

[4 tahun yang lalu, setelah lulus SMK]

"Aydan,"

Sang pemilik nama panjang Aydan Sabqi Narayyan itu menoleh ke arah lawan bicaranya.

"Sampai bertemu pada titik terbaik menurut takdir ya,"

Kening Aydan berkerut. Ia sedikit bingung dengan perkataan gadis mungil pemilik nama Qiana Nafeeza Alayna itu.

"Kenapa tiba-tiba, hm?"

Qiana terlihat menghembuskan nafas pelan lalu menarik nafas panjang. Pandangan Aydan tak lepas dari pergerakannya.

"Terimakasih sudah mengajarkan Qia akan arti menjauh untuk menjaga. Sejujurnya Qia benci akan konsep itu, tetapi nyatanya Aydan lebih menyukai konsep itu–"

Qiana memberi jeda perkataannya. Aydan tampak semakin bingung dibuatnya, pikirannya masih mencerna kata demi kata yang Qiana katakan.

"Tidak apa, mungkin itu pilihan Aydan, terima kasih sudah menjaga Qia sampai sejauh ini, dan terima kasih juga telah mengajarkan Qia banyak—"

"Qiana!"

Belum sempat Qiana menyelesakian bicaranya, tiba-tiba Aydan memotong, ekspresinya terlihat sedikit kesal.

"Kenapa?" jawab Qiana lantang.

"Jangan berfikir bahwa Qia marah terhadap Aydan. Qia tidak marah, hanya saja sedang meminimalisir sakit hati yang akan kita dapatkan nantinya," tambahnya.

Aydan kembali terdiam. Perkataan Qiana sulit sekali dimengerti. Ia bertanya-tanya kepada diri sendiri apakah dirinya salah? Kenapa tiba-tiba gadisnya seperti ini?

"Sakit hati?" akhirnya Aydan membuka suara setelah mulai memahami sedikit demi sedikit penjelasan Qiana.

"Tidak semua situasi memiliki arti yang dapat kita jelaskan Aydan,"

Aydan bungkam. Maksud hati ingin menjelaskan bahwa dirinya menjauh bukan berarti pergi, benar sekali konsep 'menjauh untuk menjaga' itu mulai Aydan tanamkan pada dirinya, karena untuk perihal rasa, untuk saat ini belum waktunya dan belum saatnya untuk disatukan.

Qiana tahu, ia tahu betul. Saat ini ia mulai melepaskan Aydan walau pada nyatanya ia belum pernah menggenggamnya.

"Maaf,"

"Aydan ngga salah, Qia juga gak marah kok,"

"Terima kasih sudah banyak mengajarkan hal baik, Qiana."

"Sama-sama, Qia juga tadi udah bilang makasih kan?"

Aydan mengangguk mantap.

"Kita lihat bagaimana titik takdir menemukan kita kembali nantinya."

Satu kalimat penutup yang akhirnya mengakhiri percakapan mereka berdua.

Mulai saat ini, Aydan dan Qiana berpisah. Berpisah untuk dipertemukan kembali di waktu yang tepat.

.
.
.

Sequel Gezelligheid pertama yang aku buat. Buat kalian yang langsung baca ini tanpa baca Gezelligheid terlebih dahulu, ngga apa apa kok. Ceritanya bener-bener baru, mungkin akan ada beberapa yang berkaitan namun nanti akan aku jelaskan kembali di alurnya.

Maacii udah mampir!

AYNA ; The Perfect Couple [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang