1

4.1K 278 33
                                    

Suara lagu anak-anak yang sedang diputar di televisi memenuhi ruang keluarga kediaman keluarga Park. Seorang gadis kecil sedang asik mewarnai seorang tokoh kartun yang terkenal akan kemampuannya mengendalikan es di sebuah buku gambar, salah satu barang yang kedua orang tuanya belikan saat mereka mengunjungi  pusat perbelanjaan beberapa pekan yang lalu. Sembari mewarnai tokoh kartun kesukaannya, tubuhnya ikut bergoyang mengikuti irama lagu yang sedang terputar.

Sedangkan wanita dewasa di samping gadis kecil itu tengah berkutat dengan laptopnya. Jemarinya melesat cepat di atas keyboard. Ia sedang menyusun soal-soal untuk para mahasiswanya yang akan menghadapi UAS minggu depan. 

"Ibu?" 

"Ya, sayang?" Jisoo menoleh, menghentikan aktivitasnya sebentar untuk menanggapi anak perempuannya.

"Mommy masih lama ya pulangnya?"

Jisoo tersenyum lembut kepada anak perempuannya yang tengah mengerucutkan bibirnya lucu. Ia meraih ponselnya yang tergeletak tepat di sebelah tangan kanannya. Ia membuka layar, berharap terdapat pesan dari istrinya yang belum pulang dari tempat kerja. Namun nihil, pesan terakhir yang Jisoo dapat dari Rosé adalah aku udah di jalan. Jisoo menghembuskan nafas pelan.

Perasaan khawatir menyergap hati Jisoo. Sudah lebih dari dua puluh menit istrinya yang berambut pirang itu belum tiba di rumah. Pasalnya Rosé jarang pulang terlambat tanpa kabar. Terlebih lagi malam ini merupakan jadwal mereka untuk makan malam bersama. Jika Rosé melembur, ia akan mengabari Jisoo terlebih dahulu. Sehingga istri dan putri kecilnya tak perlu menahan lapar menunggu kepulangannya.

"Mommy lagi di jalan," Jisoo mengelus lembut kepala anak perempuannya. "Vara udah lapar, ya?"

Isvara menjawab pertanyaan ibunya dengan anggukan. Jisoo terkekeh gemas. Seperti kata pepatah, buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Nafsu makan Isvara dengan mommynya tidak berbeda jauh. Mungkin begitulah gambaran Rosé di masa kecilnya. Dari luar, Isvara boleh saja seperti copy paste dari Jisoo, namun segala tindak tanduk gadis kecil itu benar-benar turunan dari Rosé. Bahkan Isvara juga tidak menyukai buah alpukat, sama seperti sang mommy.

Jisoo mencium pipi gembul Isvara dengan gemas. "Sabar dulu, ya. Mungkin bentar lagi Mommy datang."

Panjang umur. Tak sampai berselang lima menit, suara deru mesin mobil terdengar memasuki halaman rumah.  Isvara yang mendengar itu sontak bangkit dari duduknya. Ia segera berlari menuju pintu rumah, ingin menyambut kedatangan mommynya.

Setelah memarkirkan mobilnya dengan sempurna, Rosé memutar kuncinya ke kiri, mematikan mesin mobil. Ia meraih tas kerja dan blazer-nya yang berada di kursi penumpang, membuka pintu lalu keluar dari mobilnya. Setelah keluar, wanita bertubuh jangkung itu menutup pintu mobil kembali. Jempolnya menekan sebuah tombol yang berada di gantungan kunci.

Bip! Bip!

Setelah memastikan mobilnya terkunci, Rosé melangkahkan kaki jenjangnya dengan malas. Rasa lelah menguasai fisik dan mentalnya. Pekerjaan yang tiada habisnya menjadi beban di pundaknya. Namun Ia harus tetap semangat demi menghidupi keluarga kecilnya. Memberikan rasa aman dan nyaman dalam bentuk mencukupi secara finansial merupakan motivasi terbesar Rosé untuk tetap berjuang dan bertahan. 

"Mommy!"

Rasa lelahnya dengan ajaib langsung menghilang saat melihat putri kecilnya sedang berlari ke arahnya sambil merentangkan kedua tangannya. Rosé tersenyum, ia berlutut kemudian ikut merentangkan kedua tangannya untuk menyambut Isvara dalam pelukannya.

Rosé mengangkat tubuh mungil Isvara untuk ia gendong. "Vara nunggu lama, ya? Hm?" Rosé menghujani wajah Isvara dengan ciuman-ciuman.

Isvara yang wajahnya dihujani ciuman oleh Rosé terkikik geli. Ia menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Rosé. "Iya, Vara sampe laper, nih."

How I Met Your Mother | ChaesooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang