Tak terasa kira-kira sudah satu tahun berlalu. Tak ada yang berubah dengan hubungan Jisoo dan Rosé. Semuanya masih sama. Masih dengan hubungan pertemanan antara kakak tingkat dan adik tingkat. Tanpa terucap, seakan-akan saling sepakat untuk fokus dengan mimpi mereka masing-masing. Fokus untuk menjadi pribadi yang lebih baik di segala aspek. Fokus untuk menata masa depan yang lebih cerah.
Saat berpapasan atau bertemu pun mereka hanya sekedar say hello. Tidak ada pembahasan yang berarti. Hanya percakapan ringan layaknya dua orang teman—Catch up tentang progress hidup mereka. Tidak ada percakapan lebih yang menjurus mengenai kejelasan hubungan Jisoo dan Rosé.
Jisoo memiliki banyak mimpi, salah satunya adalah lulus dengan predikat cum laude. Dan hari ini ia berhasil meraih mimpinya itu.
Senyum senang terpatri di wajahnya. Perasaan bangga meletup-letup di dadanya. Buket-buket bunga dan snack berada di dalam pelukan lengannya. Tak terhitung ucapan selamat ia dapatkan hari ini. Dari teman-teman maupun orang-orang kenalannya yang ikut senang dengan pencapaian gadis bermarga Kim itu.
"Wah, gila. Kim Jisoo lo keren banget!" Nayeon memeluk tubuh teman seperjuangannya itu dengan erat.
"Hahaha, makasih, Nay. Kamu segera nyusul, ya."
"Iya-iya. Sumpek gue revisian mulu. Mana dosen pembimbing gue tukang ghosting lagi. Bisa gila gue." Nayeon mengerucutkan bibirnya sebal.
Jisoo yang melihat temannya merajuk itu terkekeh geli. Dosen pembimbing Nayeon memang dosen yang sangat aktif. Sehingga tidak heran Nayeon sering kali ditelantarkan oleh dosen pembimbingnya itu.
"Sepupu aku keren banget!" Sebuah teriakan heboh berasal dari mulut seorang wanita muda yang cantik. Tak lama wanita itu memeluk tubuh sepupunya.
"Makasih, Rene. Kamu juga selamat, ya!" Dengan senang hati Jisoo memeluk tubuh Irene. Ya, kedua sepupu itu memang lulus dengan predikat cum laude.
"Makasih ya kamu selalu semangatin aku. Padahal aku tuh udah mau nyerah lulus cum laude." Irene terkekeh mengingat dramanya yang ingin menyerah untuk lulus cum laude seperti sepupunya. Beruntung Jisoo selalu berada di sisinya untuk selalu menyemangati Irene. "You're the best cousin in the world!"
"Makasih buat aku nggak ada, nih?" Seorang perempuan bermata monolid mendekati Jisoo dan Irene yang masih saling memeluk.
Irene yang mendengar suara kekasih hatinya pun melepas pelukannya dengan Jisoo. Kini ia bergelayut manja pada lengan perempuan bermata monolid itu. "Ih, ya nggak lah, babe. Kamu tetap juara di hati aku, setelah keluarga pastinya, my number one support system!"
Seulgi terkekeh mendengar perkataan manja Irene. Dialihkan pandangannya pada Jisoo. "Selamat ya, Ji. Makasih juga udah bantu motivasi nih Downy buat lulus cum laude." Seulgi mencubit hidung mancung Irene dengan jahil.
"Kamu juga selamat, ya. Nggak nyangka loh kita bertiga bisa cum laude." Ujar Jisoo sambil tersenyum manis pada Seulgi.
Jisoo tentu sangat senang mengetahui mereka bertiga dapat lulus dengan predikat cum laude bersama-sama. Senang, sih. Tapi di hatinya ada yang mengganjal. Ada sesuatu yang kurang untuk melengkapi kebahagiaannya hari ini. Apa lagi jika bukan kehadiran manusia berambut pirang favorit Jisoo.
Ingin sekali ia menanyakan keberadaan gadis jangkung itu pada Seulgi. Namun ia urungkan ketika kedua mata Jisoo mendapati Rosé tengah berjalan ke arahnya sambil membawa sebuket bunga.
Setelah sampai di hadapan Jisoo, Rosé menyodorkan buket bunga yang sedari tadi berada di genggamannya. "Buat kakak."
Jisoo menerima buket dari Rosé dengan senang hati. Bunga lily, bunga kesukaannya. Bunga yang melambangkan kesetiaan. Sama seperti perasaannya pada Rosé yang tak pernah berubah walaupun mereka berdua tak pernah terikat dalam suatu hubungan. Ia tidak tahu bagaimana perasaan gadis bermarga Park itu kepadanya. Namun ia yakin dirinya masih memiliki tempat di hati Rosé.
KAMU SEDANG MEMBACA
How I Met Your Mother | Chaesoo
Fanfiction"Ceritain gimana Mommy ketemu sama Ibu." (Completed)