15. pt-2

1.7K 236 26
                                    

Hujan mengguyur deras wilayah Cokeworth, Spinner's End, Inggris. Wilayah itu dekat tepi sungai yang kotor. Rumah-rumah di sana dibangun dengan batu bata yang bobrok. Secara ringkas, Spinner's End adalah lingkungan yang dilanda kemiskinan.

Narcissa bersama saudarinya--Bellatrix melangkah hati-hati di gang Muggle kecil yang kumuh.

"Cissy, kau tidak bisa melakukan ini! Dia tidak bisa dipercaya!" desis Bellatrix pada adiknya yang berjalan beberapa meter di depannya.

"Pangeran Kegelapan mempercayainya," jawab Narcissa tanpa repot-repot menoleh ke belakang.

"Pangeran Kegelapan salah."

Narcissa tidak membalas lagi. Dia berbelok dan mengetuk salah satu pintu rumah di sana. Wajah seorang pria jelek muncul di jendela. Dia mempersilahkan dua wanita itu masuk.

Severus Snape sedang duduk santai sembari membaca koran. Tapi ketenangannya terganggu saat kedatangan dua tamu. Dia mengusir Wormtail di pintu.

"Aku tahu aku seharusnya tidak datang ke sini. Pangeran Kegelapan melarangku membicarakan hal ini," ujar Narcissa membuka pembicaraan.

"Jika Pangeran Kegelapan melarangnya, kau tidak boleh membicarakannya," sahut Snape datar.

Narcissa membuka mulutnya, mengabaikan ucapan Snape sepenuhnya.

"Dia hanya seorang anak laki-laki," katanya sedih.

Snape mengatakan bahwa dia tidak bisa mengubah pikiran Pangeran Kegelapan. Bahu Narcissa menurun--kecewa. Tidak ada harapan lagi. Dia bersiap pergi sebelum suara Snape menyela,

"Namun, aku mungkin bisa membantu Draco."

Narcissa tersenyum lega, dia bangkit dan berdiri berhadapan dengan Snape.

"Bersumpah lah untuk itu," ujar Bellatrix. Narcissa menatap saudarinya terkejut. "Buat Sumpah Tak Terlanggar," dia berbisik rendah.

Setelah mempertimbangkan beberapa hal, Snape akhirnya setuju. Tapi sebelum membuat sumpah Narcissa meminta satu hal lagi.

"Bisakah... bisakah kau menjaga Hermione juga untukku?" pinta Narcissa.

Bellatrix melebarkan matanya.

"Apa—"

Snape memandang Narcissa dingin.

"Aku tidak bisa menjaga gadis itu. Dia berada di sisi lain," balas Snape.

"Kumohon." Narcissa memohon--salah satu yang tidak boleh Malfoy lakukan.

"Tidak."

"Cissy—"

"Diam Bella!" Narcissa membentak. "Tidak tahukah kau bahwa nyawa Hermione juga terancam? Sejak kecil dia memiliki terror pembunuhan dari orang-orang yang ingin membalas dendam padamu!"

Mata Bellatrix menyipit tajam.

"Jika dia tidak menjadi Pengkhianat Darah, aku akan melindunginya," kata Bellatrix jijik. "Urusi saja urusanmu Cissy. Maka aku akan mengurus urusanku."

Sebelum kedua saudari kandung itu bertengkar hebat, Snape menyelanya.

"Sulit melindungi Nona Lestrange. Dia sudah memilih jalannya sendiri. Aku tidak bisa menjamin dia selamat dari amukan Pelahap Maut atau Pangeran Kegelapan."

Mata Narcissa berkaca-kaca. Dia tidak sanggup membayangkan jika Hermione disiksa oleh para Pelahap Maut. Bagaimanapun juga, Hermione sudah dia anggap seperti putrinya. Dia sangat menyayanginya.

Kemudian Snape dan Narcissa membuat Sumpah Tak Terlanggar.

***

Hari itu Diagon Alley sangat suram. Toko-toko di sana semuanya tutup karena sebelumnya para Pelahap Maut menjarah daerah sana. Semuanya, kecuali Weasley's Wizard Wheezes. Toko lelucon milik Fred dan George masih buka di tengah-tengah kesuraman.

la viéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang