16.

1.7K 238 21
                                    

Hermione sedang berada di Burrow. Dia menikmati musim dingin bersama Harry dan keluarga Weasley. Saat ini dia dan Ginny berada di kamar.

Girl's talk.

"Menurutmu siapa pria yang paling menarik di Hogwarts?" tanya Ginny.

Hermione membayangkan wajah-wajah anak laki-laki di Hogwarts. Banyak yang tampan sebenarnya, tetapi baginya tidak menarik.

"Cassius dari Ravenclaw," sahut Hermione. "Dan Draco dan—

Ron.

Dia diam-diam tersipu. Tetapi setelah mengingat bahwa Ron dan Lavender berkencan membuat hatinya menjadi panas dan dengki.

"Kau benar. Cassius Silverstone. Dia benar-benar tampan dan menarik," kata Ginny terkikik geli. "Emm apa kau ingat Tom Riddle? Sejujurnya dia sangat tampan."

Hermione sontak menggigil jijik. "Dia adalah Voldemort, Gin, jangan lupakan itu!"

Ginny menghela napasnya.

"Kau benar. Apa pria tampan itu semuanya bajingan?"

Hermione tertawa kecil. Dia jadi mengingat Draco. Si prat itu memang bajingan. Selalu mengganggu mereka bertiga di sekolah.

"Lalu bagaimana denganmu?" Hermione balik bertanya.

"Harry, tentu saja," ujar Ginny tanpa ragu-ragu.

Hermione menyeringai. Mereka berdua sudah tertebak saling menyukai tetapi ada sedikit masalah di antara mereka.

"Aku terkejut kau berkencan dengan Dean. Mengingat kau sangat mengagumi Harry."

Wajah Ginny bersemu merah hampir menyamai rambutnya. Dia memalingkan wajahnya malu.

"Apa kau mengingat wajah Ayahmu?" celutuk Ginny tiba-tiba. Sedetik kemudian matanya melotot, baru menyadari apa yang dia ucapkan.

Bodoh.

"A-ah jika tidak ingin—"

"Aku ingat wajahnya saat di Departemen Misteri. Dia mirip denganku. Rambutnya pirang dan matanya biru safir. Sejujurnya dia tampan," kata Hermione mengakui dengan enggan.

"Sejujurnya Bellatrix juga cantik," ujar Ginny.

Hermione tertawa lepas. Dia memegangi perutnya, setitik air matanya keluar.

"Kau benar. Dia tampak seperti wanita kebanyakan jika tidak gila, fanatik, rasis, sombong, jahat, psikopat, pembunuh, kejam, prat, git, bajingan!" Hermione mengumpat. "Itu termasuk Ayahku."

Ginny tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Mulutnya kaku dan bibirnya kering. Dia merasa percakapan ini sudah tidak bagus lagi.

"Aku belum pernah mendengar cerita tentang hidupmu. Jadi, ayo ceritakan!" seru Ginny antusias.

Hermione mengambil napas dalam sebelum berbicara.

"Well, itu tidak terlalu menyenangkan sebenarnya. Aku harus memakai gaun setiap hari. Belajar tata krama sejak kecil. Meminum teh dan mendengar omong kosong penyihir lain. Menghadiri pesta, menjamu tamu, menghadiri acara amal, dan bla bla bla."

"Itu terdengar cukup menyenangkan sebenarnya," sahut Ginny hati-hati. "Tetapi setelah melihat raut wajahmu, sepertinya itu benar."

Hermione tersenyum kecil. Dia melihat ke langit-langit kamar yang sudah dia beri pesona. Seolah-olah mereka berbaring di bawah bintang-bintang.

Hidupnya setidaknya tidak terlalu menyedihkan dengan kehadiaran Harry dan Ron.

Selama liburan musim dingin, dia juga kerap berlatih bersama Profesor Dumbledore di tepi laut. Perkembangan latihannya cukup pesat.

la viéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang