Chapter 4

11 3 0
                                    


"Kanaya besok setelah kamu pulang sekolah dandan yang rapi ya, Papa tungguin kamu di Kafe xxxxxx" kata Papanya Kanaya dari balik telepon

"ada acara ya Pah?" Tanya Kanaya dengan penasaran

"pokoknya kamu pergi aja" Jawab ayahnya

"Iya Pah" ujar Kanaya malas, ia sudah menduga ayahnya akan pergi mengenalkannya pada teman bisnis papanya,

"Jangan sampai telat ya" papanya memperingatkannya

"iya-iya" Kanaya membalas dengan malas lagi. Ayahnya langsung menutup telepon dan Kanaya langsung merebahkan dirinya ke kasur, lama-kelamaan mata Kanaya tertutup.

Mata Kanaya terbuka secara perlahan dan akhirnnya ia menyadari dirinya sudah tak lagi berada di kamarnya

"Haalloo" Teriak Kanaya dengan ketakutan karena ia mendapati dirinya berada di ruangan yang gelap. Kanaya semakin ketakutan, mengingat kejadian beberapa tahun lalu membuat Kanaya semakin takut. Siapa sangka gadis yang yang ceria dan bersemangat itu ternyata sangat takut dengan gelap, Kanaya berjalan dengan ragu-ragu ke dalam kegelapan yang tak pasti. Tiba-tiba muncul sebuah tangan yang mengerikan di samping Kanaya, Kanaya spontan langsung berteriak

"AAAAAAAAAAAAAA..........." Kanaya terbangun dari mimpinya dengan keringat yang mengucur deras. Setelah menenangkan dirinya Kanaya langsung meraih handphonenya

"Sial dah terlambat gue" Kanaya mendengus kesal ketika melihat bahwa ternyata ia ketinggalan live BTS. Kanaya meninju bantal yang berada disampingnya untuk melampiaskan kemarahannya, ketika Kanaya sedang berada dalam fase 'harimau' tiba-tiba saja ada yang menelponnya

"siapa lagi sih" Kanaya meraih ponselnya dan melihat sebuah panggilan tanpa nama, namun Kanaya malas menanggapi ia langsung mematikannya

Fake Love....Fake Love....I'm so sorry but is Fake Love....

Lagu BTS yang dijadikan Kanaya sebagai nada dering kembali terdengar, akhirnya dengan kesal Kanaya menjawab panggilan itu

"Hallo" Sapa Kanaya namun masih dengan nada kesal

"Kanaya gue sekarang lagi didepan rumah Lo, Gue mau ngembaliin buku Lo" Terdengar suara seorang pria

"Sorry tapi lo siapa ya?" Tanya Kanaya yang mulai penasaran

"......."

"Hellowww" Kanaya menyapa pria itu lagi karena tak mendengar jawaban pria itu

"ini gue......Rafa" mendengar nama Rafa Kanaya langsung tersentak

"lo lagi lo lagi, emangnya lo nggak bisa ya sehari nggak liat wajah gue" ujar kanaya

"heh lo jangan ke ge-eran deh, wajah monyet kayak lo siapa juga yang pengen liat terus" balas Rafa yang mulai terdengar berapi-api

"Apa monyet? Hehe" Kanaya tertawa sinis "kalo gue monyet lo apa? Kerbau?" Balas Kanaya yang tak ingin kalah juga

"Wajah gue yang ganteng gini lo bilang mirip kerbau? Gue anterin lo ke Rumah sakit Jiwa aja ya"

"heh harusnya gue yang anterin lo, dasar Kerbau. Huh"

"Lo berani ya sama gue, lo belum tau ya siapa gue, awas nyesel lo" Rafa mulai terlihat kesal

Ketika Kanaya hendak menjawab tiba-tiba suara guntur yang sangat besar membuat Kanaya terkejut lalu mengusap-usap dadanya untuk menenangkan dirinya, ia tak mau terliahat lemah oleh Rafa, ketika baru saja ia hendak menjawab tiba-tiba kamarnya menjadi gelap

"AAAAAAAAAAAAAAA" pekik Kanaya dari dalam kamarnya

Rafa yang mendengar pekikan Kanaya langsung berlari ke depan rumah Kanaya, namun langkahnya terhenti karena pagar besar mengahadangnya.

Kanaya terbangun dirinya yang sudah berada di tempat tidur

"fiuh" Kanaya menghela napas "untung cuman mimpi" Kata Kanaya sambil mengusap dadanya tanda lega, ketika hendak turun dari tempat tidurnya Kanaya melihat seorang cowok sedang terbaring di sofa, Kanaya dengan waspada langsung mendekati cowok yang terlihat sedang tertidur itu dengan langkah yang sangat pelan agar tidak membangunkan cowok itu

"Ossaaa kenapa nggak bilang-bilang kalo lo mau datang, jangan pura-pura tidur deh gue tau Lo pasti mau prank gue kan" Kata Kanaya sambil melompat dan menindih tubuh cowok itu

"Woiii berat" rintih cowok itu dari balik selimut

"Hehehehehe" Kanaya terkekeh sambil turun "Lo kapan datang?" Tanya Kanaya

Tanpa membalas cowok itu berbalik dan Kanaya merasa disambar petir, karena yang berbalik bukanlah sepupunya Ossa melainkan Rafa.

"Lo tu manusia apa gajah sih berat amat" Kata Rafa sambil mengebas pakaiannya

"Kok Lo bisa ada disni?" Tanya Kanaya tanpa memperdulikan ejekan Rafa tadi
"Gue kalo nggak ada disini lo pasti udah kenapa-kenapa, jangan-jangan lo takut gelap ya" Rafa mulai mengejek Kanaya

Kanaya hanya terdiam, tiba-tiba air mata mulai turun deras di pipinya Kanaya, melihat itu Rafa terkejut dan tanpa memina persetujuan Kanaya Rafa langsung memeluknya. setelah beberapa menit berlalu akhirnya tangisan Kanaya sudah mulai reda hanya isakan yang masih terdengar

"Lo kenapa meluk-meluk gue, dasar mesum Lo" ujar kanaya di sela-sela isakannya sambil mendorong tubuh Rafa menjauh darinya

Rafa hanya tersenyum ketika melihat Kanaya sudah mulai tenang, 

"Nih gue mau ngembaliin ini" Kata Rafa sambil menjulurkan tangannya yang sedang memegang sebuah buku bersampul cokelat ke depan Kanaya. melihat buku yang sedang dipegang Rafa membuat mata Kanaya membulat sempurna, Kanaya langsung merampas buku itu dari tangan Rafa dan langsung membelakangi Rafa dengan wajah yang tertunduk

"Lo udah baca belum?" Tanya Kanaya dengan gugup

"Tenang aja gue belum baca apapun gue bukan tipe cowok yang kepo dengan urusan perempuan" Jawab Rafa sambil tersenyum

tanpa Rafa sadari kanaya juga tersenyum.

>

>


"ya mungkin masih ada yang mirip gitu" ujar Rehan

"Kakak nggak liat cewek kek gini di sekolah kakak" Kata Rafa sambil mengembalikan foto kepada Rehan

"Yaudah kalo gitu aku balik ke kamar aja" Rehan berkata sambil membelakangi Rafa dan berjalan hendak keluar kamarnya Rafa, ketika sampai dipintu Rafa memanggilnya

"Eh Rehan gue bisa minta tolong nggak" Pinta Rafa

"Apa?" Rehan bertanya sambil membalikan badan ke arah Rafa

"Lo tolong salin semua isi buku ini" Kata Rafa sambil menyerahkan buku bersampul cokelat ke Rehan "tapi inget apapun yang lo baca jangan ceritain ke gue" Tambah Rehan

"Siap" Rehan langsung berjalan ke arah Rafa dan mengambil buku itu "BTW ini buku siapa?" Tanya Rehan

tapi tak dijawab oleh Rafa, Rafa langsung menyelimuti dirinya dengan selimut tanpa menjawab pertanyaan Rehan. Rehan yang menunggu jawaban akhirnya mengerti dan berjalan keluar kamar

Ra KaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang