03

18 1 0
                                    

Aku ke toko swalayan ini hanya untuk membeli makanan. Tidak lebih. Perlahan kakiku melangkah ke depan pintu yang terbuka otomatis. Kurasa aku pernah punya pintu ini, tapi dalam mimpiku.

Sekarang pintu itu terbuka untukku. Tanpa reaksi berlebihan aku langsung masuk untuk melihat-lihat makanan yang sesuai dengan isi dompetku. Kemungkinan aku akan membeli makanan yang dapat bertahan lama. Seperti kentang atau makanan kaleng.

Belum lama saja para manusia itu sudah melihatku dengan tatapan yang mengintimidasi. Begitu juga dengan penjaga toko yang ada didepanku. Untungnya dia membiarkanku masuk dan tidak berprasangka buruk.

Tidak semua orang dengan pakaian compang-camping mau melakukan hal buruk. Terkadang orang yang memakai jas rapih saja bisa jadi adalah pencuri atau semacamnya.

Aroma aneka makanan sudah memasuki indra penciumanku. Ketika melihat makanan-makanan itu aku ingin langsung melahap semuanya. Semuanya terlihat lezat dan mahal.

Apa 10 CAD bisa membeli semua ini? Bodoh sekali. Rata-rata makanan itu harganya di atas 15 CAD untuk sekali makan. Lebih baik aku membeli makanan yang harganya murah tapi bisa dapat banyak. Aku sudah tak peduli lagi tentang kesehatan.

Pertama-tama makanan yang membuatku tergiur karena kemurahannya adalah sekaleng kornet seperti yang tersisa di rumah. Bedanya disini tidak kadaluwarsa. Aku ingin membeli 3 kaleng dengan harga 5 CAD.

Aku tak mau menghabiskan uangku.

Sisanya untuk bertahan hidup seminggu kemudian. Saat aku mengambil 3 kaleng kornet itu rasanya tanganku sangat ketakutan. Bergemetar seperti orang belum makan, padahal perutku biasa saja. Aku tidak mengerti apa yang terjadi pada tubuhku. Reaksi aneh dari sesuatu yang nampaknya belum kusadari.

Sebelum aku merepotkan orang lain sebaiknya aku cepat-cepat pergi dari toko ini. Aku menghampiri tempat kasir tanpa melihat wajah kasir itu. Aku menghindari tatapan langsung.

Kasir itu juga terlihat sedikit takut ketika aku menghampiri nya tiba-tiba. Aku hanya bisa melihat badannya saja. Dia menjulurkan tangannya setelah aku menyerahkan 3 kaleng kornet itu.

Dia bilang harganya 5 CAD, benar yang aku hitung tadi.

Entah kenapa tanganku masih menunjukkan reaksi aneh. Aku menyerahkan uang 10 CAD yang berada di dalam saku dengan tangan yang gemetaran. Penyakit apa yang aku derita ini?

Kasir itu mengambil uangku dengan hati-hati. Kemudian menyerahkan 5 CAD sebagai kembaliannya. Aku tak mau masalah ini jadi panjang. Langsung saja kutarik plastik berisi belanjaan ku yang sudah dikemas.

Aku langsung pergi dari sana dengan terburu-buru.

Wajar saja mereka takut melihatku. Penampilan yang seperti perampok ini tidak akan bisa meminta tolong pada siapapun. Belum ku hampiri saja mereka sudah lari terbirit-birit.

Aku segera memasukkan plastik berisi kaleng kornet ke dalam saku jaket. Untungnya saku itu muat menampung benda besar.

Aku terlihat seperti orang bodoh yang sedang berjalan di tengah kota. Mereka terus melihatku dengan tatapan diskriminasi. Mungkin saja jika mereka kutatap balik akan ketakutan.

Menjadi perampok itu sebenarnya sangat mudah. Tetapi soal nyali dan hati nurani setiap kita. Aku tak ingin mati sebagai pendosa. Biarkan Tuhan yang membalas mereka, bukan aku.

Aku meneruskan langkahku menuju ke gang sempit dimana aku lewat tadi. Anehnya para gelandangan yang tadi duduk disana sudah tidak ada.

Kemana mereka?

Aku terus melewati jalan itu dengan banyak pertanyaan. Orang-orang yang tampak tidak punya harapan untuk berjalan seperti mereka dengan cepatnya menghilang?

Kupikir tadi mereka tak akan melakukan apapun. Tidak hanya gerombolan mereka, tetapi di tempat lain juga. Semua nampak sepi seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan.

Tetapi aku bersumpah melihat mereka dengan jelas sebelum aku kembali. Semua ini membuat bingung saja, mustahil mereka pergi secepat itu.

Aku hanya pergi 15 menit. Artinya ada selang sekitar 10 menit mereka beranjak pergi. Hal itu mungkin saja terjadi, tapi apa wajar segerombol orang pergi dalam satu waktu yang sama? Bukankah mereka terlihat seperti orang-orang bimbang.

Terakhir aku keluar rumah sekitar 2 minggu yang lalu. Akupun pernah bertemu dengan mereka saat itu. Mereka selalu berada di tempat yang sama. Seperti manusia yang menunggu ajalnya. Itu sebabnya aku bisa berasumsi bahwa mereka sedang menunggu kehadiran Tuhan.

Tuhan sudah datang?

Aku belum siap.

Ataukah ini hanya sebuah jebakan? Mereka mungkin sudah ditangkap. Oh bisa jadi, aku melihat satu mobil van yang terparkir dua petak dari tempat tinggalku. Mobil penjaga, aku harus waspada.

Ada dua orang pria tinggi yang sedang mengintai di sekitar sana. Pakaian mereka serba aneh dan misterius. Nampaknya mereka juga sangat hati-hati terhadap lingkungan sekitar mereka. Disamping itu nampaknya kedua ke pria ini sangat menjaga mobil van mereka.

Tidak ada yang spesial dari mobil van itu. Apakah mereka dalang dari perginya orang-orang disini? Apa yang telah mereka lakukan?

Hewan saja lebih bisa dikatakan berguna daripada para gelandangan sepertiku. Pokoknya sekarang aku harus sebisanya menghindari orang berbahaya macam mereka.

Entah kenapa tanganku kembali bergemetar. Penyakit ini kurasa baru muncul sekarang. Kali ini bukan tangan saja yang menunjukkan reaksi anehnya, melainkan sudah menjulur ke seluruh tubuhku. Gejala aneh ini muncul ketika mataku melihat kedua orang misterius disana.

Instingku mengatakan bahwa mereka adalah orang yang berbahaya. Tetapi berbeda dengan tubuhku yang seakan-akan ingin mendekati mereka. Orang-orang itu seperti punya keahlian hipnotis, dapat mengendalikan pikiran orang-orang di sekitar mereka.

Aku ingin cepat-cepat pulang ke rumah dan bersembunyi dari orang-orang menakutkan itu. Mereka nampak seperti investigator. Akan berbahaya jika aku tertangkap, aku tak mau menjalani sisa hidupku sebagai budak.

Aku memutuskan untuk mengambil jalan memutar.

Hosshh, nampaknya mereka hampir menyadari keberadaanku. Bersembunyi di balik dinding kecil ini tak akan membantu, aku harus pindah ke tempat yang lebih besar.

Satu per satu kakiku melangkah secara perlahan tapi pasti. Untungnya mereka tidak sadar ada orang sepertiku dibelakang mereka.

Sampai punggungku ditepuk keras oleh seseorang dari belakang.

Kenapa kau lari?

Tanya orang di belakangku ini. Ketika aku menoleh, ternyata dia juga bagian dari orang-orang misterius tadi. Celaka.

Tanpa pikir panjang aku langsung berusaha berlari sekencang-kencangnya menghindari mereka.

Jantungku mulai melemah.

Apa aku selemah ini? Baru berlari seperti itu saja sudah tidak kuat. Sekarang penyiksaanku sudah di mulai. Seluruh badanku berasa sangat panas seperti terbakar. Nafas menjadi cepat, penglihatan mulai tidak jelas, dan urat-uratku menonjol semua.

Arrghhh aku tak tahan.

Aku hanya bisa pasrah ditangkap orang-orang itu. Kesadaranku mulai hilang ketika orang ini merogo-rogo saku jaket ku.

Apa iya mereka mau merampas makanan dari orang sepertiku?

Tapi perlahan penglihatan dan pendengaranku mulai lemah. Orang itu tersenyum saat berhasil mengambil sesuatu dari jaketku.

Dia hanya bilang,

Kau akan bertemu dengannya!

MJTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang