Prologue

684 79 7
                                    

Disarankan membaca menggunakan mode hitam.



























Sebelum Eunbin lahir, Soobin menjalani kehidupan dimasa kecilnya dengan sulit.

Tuhan memberikan semua kesempurnaan didalam diri Soobin dengan seluruh anggota tubuh yang lengkap dan berfungsi dengan baik.

Namun Tuhan tak memberi izin Soobin untuk memiliki mental yang sama seperti anak pada umumnya.

Soobin terlahir dengan keterbelakangan mental yang dibilang ringan, cara otaknya yang bekerja lambat dan sulit mengingat wajah setiap orang.

Sampai Dokter spesialis anak membimbing Soobin, dengan penuh harap Soobin menjadi anak yang sempurna seperti anak-anak lain.

Dimulai dari cara berjalan, tingkah laku dan aktivitas Soobin selalu dipantau oleh Dokter dan kedua Orangtuanya.

Menjelang umur tiga tahun mentalnya mulai ada perkembangan walaupun tak seluruhnya berubah baik.

Otaknya yang masih terlambat berpikir, sulit untuk membaca tapi sudah bisa mengenali wajah setiap orang yang ia temui.

Seiring berjalannya waktu, tibanya di umur kelima tahun Soobin berubah kembali menjadi seorang anak yang sempurna.

Memiliki mental dan otak yang sudah berjalan sebagaimana mestinya, mulai bisa diajak berkomunikasi dan belajar membaca.

Saat itu pula, Eunbin terlahir didunia.

Tangisan bayi perempuan yang pertama kali Soobin dengar, menumbuhkan jiwa seorang Kakak pada balita ini.

"Ini adek Soobin... Ma-Mamah Kakak Soobin punya adek!"

Soobin kecil menyeru kala sang Adik yang sudah seharian penuh dirumah bersalin mulai pulang kerumah.

Soobin memperhatikan terus bayi tersebut, diperhatikan tanpa melepas pandang sedikitpun.

Soobin dan adiknya saat itu berada di kamar Orangtua mereka.

Beberapa menit berjalan, Soobin mendengar suara gesekan jam yang tergantung di atas dinding, tepat dibawah ranjang kecil Eunbin.

Jam dinding tersebut berayunan sebab tali yang menyangkutnya dengan dinding sudah tak kokoh dan hampir terlepas.

Soobin yang menyadari jam dinding tersebut bermasalah mulai berdiri dari duduknya.

Tepat satu detik setelah ia berdiri, jam dinding tersebut terjatuh dengan cepat.

Soobin reflek memukul keras jam dinding tersebut agar tak jatuh pada gadis kecilnya ke arah asal.

Soobin—yang belum menguasai tenaga kuat—ikut terseret karena pukulan sendiri.

Jam dinding tersebut pecah, mengeluarkan pecahan beling yang sebagian terpisah menjadi sekecil partikel debu.

Soobin terseret jatuh bersamaan dengan jatuhnya jam dinding tersebut di kepalanya.

Kepingan kaca tersebut sebagian masuk kedalam dua lubang telinga Soobin yang membuat sang empu reflek menutupi kedua telinganya.

Rasa sakit mulai terasa dialat pendengarannya ketika daun telinga sudah terluka—tersirat pecahan beling.

Sejak itu, pendengaran Soobin terganggu dan berakhir tuli sampai saat ini.

Selama menjadi seorang tunarungu Soobin masih berlatih untuk mengasah mental dan kinerja pikirannya.

Soobin di Sekolahkan di SLB dekat rumah dari tingkat SD hingga SMA.

Setelah lulus SMA, Soobin hanya menikmari hari dirumah.

Berkutik dengan laptop dari pagi hingga ke petang untuk belajar berbicara khusus tunarungu.

Soobin selalu belajar berbicara, membaca mimik mulut seseorang untuk memperlancar cara berkomunikasi.

Sebenarnya hal ini tidak penting, tapi akan menjadi wajib ketika Eunbin enggan belajar bahasa isyarat untuk Soobin.

Seperti biasa, yang lebih tua yang selalu mengalah.

Soobin tak pernah melihat sikap empati Eunbin kepadanya selama ia beranjak dewasa.

Ia sempat berpikir bahwa adiknya malu memiliki seorang Kakak yang tak sempurna, kendati sang adik belum tau sebab tulinya ia sampai sekarang.


























Halo...

Sebenarnya Eunbin gak tau mau berpesan apa lewat cerita ini, yang jelas ini cerita gak sama kayak ABNORMAL BROTHER.

Cuma sama dikonsep peran, dimana Soobin jadi seorang Kakak buat Eunbin.

Udah segitu aja, semoga kamu menikmati ya.





























Bersambung...

IMPERFECT BROTHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang