[Chapter 1] Intro.

466 68 10
                                    

Mamah sama Papah emang cuma sayang sama Kak Soobin aja!





























"Dek, tolong kecilin volume TVnya. Kakak lagi main puzzle nanti keganggu"

"Apaan sih Mah? Kak Soobin mana bisa denger"

"Ya udah kamu matiin aja TVnya, Mamah yang keganggu"

"Ck!"

Eunbin berjalan gontai mendekati Televisi untuk mengurangi volume suara dengan malas.

Selesai hanya hitungan detik Eunbin  kembali kedalam kamarnya kembali setengah berlari.

Tepat diambang pintu langkah Eunbin terhenti saat suara peluit yang menyayat telinga mendadak berbunyi.

"Ish apa lagi si Kak? Ganggu aja." Eunbin menoleh dengan rotasi matanya, ia mendapati Soobin yang berjarak sekitar lima langkah.

Soobin mengisyaratnya dengan telapak tangan agar sang adik mendekat.

Akhirnya Eunbin berjalan pelan mendekati Soobin yang mulai menulis sececah pesan dibuku kecilnya.

Ayo buat roti manis, Kakak bakal ajarin Ade cara bikinnya♡

Eunbin menerima secarik kertas yang Soobin robek dari bukunya, termenung beberapa saat sesekali menatap sang Kakak yang tersenyum indah.

Tulisan tangan Soobin bertinta hitam yang rapih dengan gambar cinta di akhir kalimat.

Soobin hanya bermaksud agar sang Adik bisa menerima permintaannya dan sebagai simbol kasih sayang yang tak pernah hilang.

Meski ribuan kali Soobin tak pernah merasakan sedikit perhatiannya sang Adik kepadanya.

"Males! Kak Soobin aja sendiri"

Eunbin membuang kertas tersebut di depan Soobin, tak berpikir panjang ia kembali membalikan badannya memasuki kamar.

Sikap Eunbin yang sudah sering melakukan ini membuat senyuman Soobin samar, ia berjongkok pelan mengambil kertas yang sudah dibuang itu.

"Mmmmm... ee" Soobin berusaha mengeluarkan suaranya meski sulit sembari mendekati kamar Eunbin.

"DEK, ITU KAK SOOBIN SAMPAI MANGGIL KAMU KENAPA GAK DI JAWAB?!?"

Sang Ibu dari kedua anak tersebut kembali mengomel, ia ikut mendekati Soobin yang berada di ambang pintu kamar Eunbin.

"Apa sih Mah? Aku mau istirahat aja diganggu terus"

Eunbin mengendus kesal, dirasa waktu istirahatnya setiap hari selalu terganggu karena keadaan sang Kakak.

Tak pernah sekalipun Eunbin bersyukur memiliki seorang saudara.

Saudara yang baginya tidak berguna, hanya bisa merepotkan orang lain.

"Kalau Kakak manggil tuh langsung dijawab, jangan diem aja!" Irene mengelus punggung Soobin yang berdiri termenung di depan pintu kamar.

"Kamu jangan rebahan terus Dek, Mamah malu nanti sama keluarga calon suami kamu! Punya anak perempuan gak pernah bener"

Eunbin termenung beberapa saat.

Dirasa ucapan sang Ibundanya sangat menyekik kenyamanan hati, gadis itu mulai menahan tangisnya di tengah tenggorokan.

"Aish kenapa sih Mah? Udah Eunbin bilang kalau Eunbin mau kuliah dulu, gak mau nikah nikahan begitu"

"Udah berapa kali Mamah bilang? Kamu harus nurut sama Mamah, jangan jadi anak nakal"

IMPERFECT BROTHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang