Suara nyaring alarm yang berasal dari benda pipih persegi panjang di atas nakas memenuhi seluruh ruangan berukuran 4x6. Di atas kasur, Junioky sedang menggeliat seraya meraba-raba nakasnya untuk meraih ponselnya. Ketika ia berhasil mendapatkan benda yang ia cari, susah payah ia membuka kedua matanya yang terasa masih mengantuk, segera ia matikan alarm tersebut agar bunyinya yang begitu memekakan telinga tidak terdengar lagi. Baru beberapa detik kedua matanya berhasil terbuka untuk melihat jam yang tertera di layar ponselnya, Junioky pun kembali terpejam.
Maklum, semalam ia secara kebut mengerjakan tugas dari dua mata kuliah sekaligus. Sejak kemarin sore di kafenya Junioky mulai menyicil mengerjakan soal-soal hitungan dari mata kuliah Sains Bangunan. Untuk yang satu itu ia secara khusus mengerjakan bersama Antares, karena mata kuliah Sains Bangunan ini dominan berisi hitungan. Perletakan titik lampu pada sebuah ruangan saja harus dihitung secara fisika. Dan junioky benar-benar pusing dibuatnya. Setelah beres mengerjakan tugas Sains Bangunan--yang untungnya bisa selesai lebih cepat karna jasa Antares--kemudian ia melanjutkan mengerjakan laporan analisa survey dari mata kuliah Pengantar Perancangan Kota atau yang lebih sering disebut PerKot oleh masyarakat jurusan Teknik Arsitektur.
Berkat kedua tugas dari mata kuliah tersebut, Junioky baru bisa merebahkan tubuhnya dan memejamkan mata sekitar jam satu pagi. Karna itu lah saat alarm dari ponselnya berbunyi di jam lima pagi, ia langsung mematikannya dan kembali tidur. Untung saja hari ini kelas dimulai sekitar pukul sebelas siang. Jadi ia bisa kembali tidur barang dua atau tiga jam lagi. Baru saja Junioky akan melanjutkan mimpinya, sebuah kaki mendarat di atas dadanya. Ia melirik si pemilik kaki yang tak lain dan tak bukan adalah Antares, kemudian ia langsung menyingkirkan kaki Antares dari tubuhnya. Junioky sempat lupa kalau sekarang ini ia tidak sendiri di kamar kosnya. Antares memang sejak semalam lembur bersamanya. Karna merasa malas dan nanggung untuk pulang, akhirnya sahabat Junioky dari jaman maba itu memilih untuk menginap.
Entah Junioky harus berterima kasih atau justru merutuki kaki Antares yang mampir di dadanya tadi, sekarang rasa kantuk lelaki itu hilang dalam sekejap. Sementara si empunya kaki masih terlihat pulas dan sepertinya tidak ada rencana akan bangun dalam waktu dekat. Junioky kembali meraih ponsel yang sempat ia kembalikan di atas nakas samping kasurnya. Niatnya untuk mengecek notifikasi chat yang dari semalam belum ada yang sempat ia buka dan balas sama sekali.
Junioky langsung terduduk tegak di atas kasurnya ketika melihat notifikasi chat dari satu nama. Hanya dari satu nama itu langsung membuat Junioky membeku. Cukup lama ia termenung memandang dengan tatapan kosong layar ponselnya yang menampilkan chat room dengan seseorang yang sudah lama tidak ada kabar. Selain karna orang itu tidak memberi kabar, Junioky juga tidak ingin tahu sama sekali. Entah sudah berapa lama Junioky tidak melihat atau mendengar nama itu lagi.
Shennafia Gantari.
Seorang gadis bertubuh mungil dengan wajah yang menurut Junioky imut dan menggemaskan. Gadis yang pernah mengisi hari-harinya di masa lalu. Seorang gadis yang pernah membuat Junioky merasa menjadi lelaki paling beruntung dan bahagia. Seorang gadis yang pernah menjadi seseorang yang begitu penting kehadirannya. Dan seseorang yang sudah dengan tega meninggalkannya begitu saja.
Junioky tersadar dari lamunannya. Ia hanya membaca pesan dari Shenna. Tanpa ada keinginan untuk membalasnya, Junioky mengunci layar ponselnya kemudian mengembalikan benda pipih itu kembali ke atas nakas. Dengan sedikit frustasi, ia mengacak-acak rambutnya yang sudah berantakan karna baru bangun tidur itu secara kasar.
Junioky tidak mengerti, setelah sekian lama, kenapa Shenna tiba-tiba kembali menghubunginya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Tanpa Tergesa
Romance-Project pribadi author Ky dengan nama pena Raelianna- "Aku nggak tau, sekarang aku harus apa." Tutur Genia lirih, memandang sosok di sampingnya. Lelaki yang duduk di sebelah Genia terdiam cukup lama, memilih kata yang tepat untuk merespon Genia. "I...