Mitsuya berjalan mendekat. Mendekap [Name] yang asik membelakanginya tengah mencuci piring dan beberapa gelas. "Takashi, lepas!"
Menelisik tengkuk [Name], wajah ia dekatkan. Menyembunyikan wajah tampannya di antara perpotongan leher [Name]. Menggeleng sebagai jawaban atas ketidakmauan Mitsuya untuk melepas sang kasih.
"Takashi!"
Mitsuya mendecak. "Kau ini kenapa sih, dari pagi tidak pernah absen meneriaki namaku. Kalau kau mau, aku bisa membuatmu meneriakkan namaku, tapi dengan intonasi yang nikmat."
[Name] mendelik. Mencubit pinggang Mitsuya tanpa ampun. Beruntung tidak melempar piring yang ada di tangannya.
"Aduh! Mitsuya [Name] ku sayang, aku hanya bercanda!"
"Jangan seenaknya mengganti nama orang!"
Mitsuya mengangkat kedua alisnya. Menatap wajah kesal [Name] yang menurutnya lucu dari arah kanan. "Eh? Memangnya kau tidak mau?"
"Bukannya tidak mau." [Name] berujar pelan, sangat pelan sampai sampai membuat Mitsuya mengernyit keheranan. "Apa? Aku tidak dengar."
[Name] berdecak. "Sudah jangan menggangguku. Sana kerjakan hal lain!" Batin Mitsuya, benar benar tipe tsundere. Ia terkekeh, mengusap surai [Name] sebelum benar benar melenggang pergi.
Tapi bukannya melaksanakan seperti apa yang [Name] ucap, Mitsuya malah melangkah kearah meja makan dan duduk melelapkan diri disana. Dengan lipatan tangan sebagai pengganti bantal.
Kali ini [Name] maafkan. Padahal awalnya ia ingin pergi ke minimarket ditemani Mitsuya. Rasanya seperti orang LDR, punya pacar rasa jomblo.
Setelah hampir satu jam bergelut dengan beberapa bumbu masakan, [Name] kembali dengan kedua tangannya yang sibuk menenteng kresek putih berukuran sedang.
Di depan pintu ia terkejut kala barang belanjaannya diambil alih. "Kenapa tidak membangunkanku tadi?"
[Name] menggeleng pelan. "Maaf." Mitsuya berujar murung. Dua sudut bibirnya tertarik ke bawah.
Sang hawa melempar senyuman tipis, "Tak apa. Lagi pula minimarketnya dekat kok." Memberi beberapa rangkai kata guna membuat Mitsuya tak lagi murung.
Dilihatnya Mitsuya duduk di lantai menyandarkan diri di badan sofa. Dengan gawai sebagai pelengkap serta ibu jari yang asik bergerak pada layar.
"Taka..." Panggil [Name] namun tiada jawaban. Memposisikan tubuhnya tidur tengkurap, menaruh atensi penuh pada game yang Mitsuya tengah mainkan.
"Taka..."
Untuk yang kedua kalinya, Mitsuya menolehkan kepala meski tak sepenuhnya tapi dengan matanya yang tetap terpaku pada game.
[Name] memeluk leher Mitsuya. Tak arang ia mengeratkan pelukan, atau sekedar menggerak gerakkan kepala Mitsuya lewat pelukannya. Masa bodoh jika Mitsuya mengamuk karena kalah.
[Name] melangkah pergi, meninggalkan Mitsuya yang seakan ada yang hilang dari tubuhnya. Menyibukkan diri dengan meletakkan beberapa buah dan sayur yang lupa ia tata tadi.
Beberapa detik membalikkan badan, [Name] di buat spot jantung karena kehadiran Mitsuya tepat di belakang. Pemuda tersebut merentangkan tangannya.
[Name] paham, ia merapatkan diri. Menabrakkan diri pada tubuh Mitsuya yang seingat [Name] belum mandi sejak pagi. Meski masih bau wangi sih.
Sesekali Mitsuya mengecup ujung kepala [Name] sebagai bentuk afeksi. "Game mu sudah selesai?" [Name] mendongak karena perbedaan tinggi badan yang terlihat cukup jelas antar keduanya.
Mitsuya menggeleng, mengeratkan pelukannya. Mengecup sekilas bibir [Name] yang seakan candu.
"Bosan."
Tertawa pelan, mengerti sifat dasar Mitsuya yang gampang bosan. Jemari lentik [Name] bergerak bebas mengusap surai Mitsuya. Membalikkan tubuh [Name] tanpa harus melepas pelukannya. Menuntun [Name] bergerak maju meninggalkan dapur.
[Name] merutuk, kenapa sekarang ia malah duduk dipangkuan Mitsuya.
Terlebih lagi hidung Mitsuya yang aktif mengendus endus lehernya. Menyesal kenapa ia menguncir rambutnya ke atas tak bersisa.
"Taka, bisa kau lepaskan aku?"
Mitsuya menggeleng. Hanya deruan nafas Mitsuya yang semakin menjadi. "Takaaa...."
"Diam atau kuterkam?"
Diterkam saja ㅡbukan.
ㅡ
tbc,
double up ihiy...
jangan bosen bosen
sama book aku yaa!!
makasihh banyakkk
KAMU SEDANG MEMBACA
Boyfie : Mitsuya Takashi
FanfictionTentang Mitsuya yang mencintai gadisnya. 「ooc, tidak mengikuti manga. Tokyo Revengers © Ken Wakui.」