〇3. ㅡ Selaksa

6.4K 1K 158
                                    

"[Name], diam saja ditempatmu. Oke?"

Paras lemah lembutnya selalu menjadi sorotan, terlebih lagi pada kaum hawa. Lelaki penyandang marga Mitsuya berujar lembut namun tetap terdengar tegas.

Gadisnya tengah merajuk kali ini. Mengabaikan Mitsuya yang asik membereskan beberapa kekacauan di dapur karenanya. Padahal ia yang berulah, tetapi ia yang merajuk.

"Sekarang bereskan dirimu sendiri." [Name] menatap sengit sebagai balasan.

"Kenapa? Kau mau aku yang memandikanmu?"

[Name] menggeleng spontan. Kakinya berlari ke kamar untuk membersihkan diri. Sedangkan Mitsuya menghela nafas pasrah. Padahal bukan ia yang membuat kekacauan, padahal ini bukan dapurnya, tapi kenapa harus ia yang membereskannya.

Terhitung setengah jam, [Name] datang dengan menyodorkan kaus oblong berwarna putih yang tak lagi suci. "Taka, kausku masih tetap kotor walau sudah ku cuci." Rengek [Name].

Memperlihatkan kausnya yang masih tercetak noda kemerahan akibat selai stroberi. "Gunakan pemutih, sayang. Jangan hanya kau cuci biasa." Manik Mitsuya enggan beralih. [Name] dengan kaus oversize dan celana pendek adalah kelemahannya. Terlebih lagi dengan surai yang basah.

Usai merendam pakaiannya. [Name] duduk di kursi, memandang punggung Mitsuya yang sibuk berkutat di wastafel. "Jangan hanya diam saja, bersihkan mangkuk mangkuk disana."

[Name] memberenggut. "Jangan pernah bilang bahwa itu semua akan bersih dengan jurus seribu alasan milik naruto. Itu tidak mungkin." Imbuh Mitsuya.

"Iya iya."

Mitsuya terkekeh pelan. Memperhatikan gadisnya yang berjalan lunglai mendekati mangkuk mangkuk yang sengaja Mitsuya sisakan untuk [Name]. Ia meringis, wajan yang awalnya memiliki kilatan memikat kian di lapisi kerak hangus.

Sibuk dengan dunianya, [Name] yang dari awal khidmat mengerjakan tugasnya kian bermuara. "Sudah selesai."

Mitsuya menoleh. Melempar senyum simpul seraya menggerakkan tangan kanannya, memberi isyarat pada sang gadis untuk mendekat. Alis [Name] terangkat seraya mendekat.

Hingga satu kecupan mendarat secara harus di sudut bibirnya.

"Kerja bagus. Dan itu hadiah dariku."

[Name] duduk anteng di kasurnya, bersandar di headboard kasur dengan pundaknya sebagai sandaran Mitsuya yang tenang menciumi pundak sang kekasih yang dibatasi oleh kain. Mengabaikan tontonan animasi sang gadis lewat gawai.

Usai mampir di minimarket untuk membeli beberapa es krim karena cuaca yang mendukung, Mitsuya mengeluh kepanasan karena matahari yang tiada ampun memancarkan sinarnya.

Tak arang Mitsuya ikut terhanyut dengan tontonan [Name] berupa animasi yang selalu menjadi topik pembicaraan belakangan ini. "Anak laki laki itu nasibnya mirip seperti Takemichi, selalu dijadikan samsak."

"Kenapa lelaki gondrong itu terlihat menyeramkan ya…"

"Kenapa dengan si samsak itu? Aku kasihan dengannya. Benar benar mengingatkanku dengan Takemichi."

"Jalan ceritanya membuatku pusing…"

Dan banyak lagi komentar yang Mitsuya lontarkan entah untuk dan kepada siapa. Entah sejak kapan Mitsuya mulai memiliki rasa ketertarikan, tubuhnya begitu anteng dengan manik berpaku pada layar gawai.

"Apa apaan si pirang itu! Kenapa hampir semua lelaki disini selalu bertelanjang dada sih!"

[Name] tergelonjak. Memukul pundak Mitsuya sebagi tanda refleks. "Kau ini kenapa sih?!"

Mitsuya meringis. "Apa tontonanmu selalu seperti ini? Kau itu masih kecil ㅡmenurutku."

Masih kecil tapi sudah tahu apa itu french kiss, mungkin itu ralatnya.

"Itu tidak adil. Aku bahkan punya yang lebih bagus dari itu." Mitsuya menepuk nepuk perutnya. Mengetatkan sedikit kausnya yang membuat beberapa otot otot perutnya sedikit tercetak.

"Kau curang [Name]. Melihat milik orang lain tapi tidak pernah lihat milikku." Rajuk Mitsuya.

Memangnya [Name] perempuan mesum yang tiba tiba seenak jidat menyibak kaus orang hanya untuk melihat otot perut mereka. Meski sebagian memang benar adanya, terlebih lagi beberapa kalimat awal.

[Name] melotot. "Memangnya kau pernah melihat dada perempuan? Apa artinya jika kau pernah melihat dada perempuan lain, itu artinya kau juga harus lihat punyaku begitu?"

Mitsuya tersenyum miring. "Aku tidak pernah lihat milik perempuan lain sih. Tapi jika kau ingin memperlihatkannya padaku itu tidak masalah."

Dan beberapa pukulan bantal di wajah Mitsuya tak lagi terelakkan.

"IYA AMPUN! AKU HANYA BERCANDA! TAPI JIKA KAU TIDAK KEBERATAN JUGA TAK APA KOK, AKU TAK MEMAKSA. SUNGGUH!"

hola,
aku up semua book
dalam rangka bertambahnya
usia author:)

Boyfie : Mitsuya TakashiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang