6. Park Taeji's Complaint Box

67 19 170
                                    

"Perkenalkan, aku ketua kesiswaan baru yang akan menjabat sampai semester berikutnya." Ia menjeda perkataannya untuk memberi penekanan di akhir kata. "Han Eunae."

[1]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[1]

(Student Council)

Perkenalan ulang Eunae berlangsung singkat, begitu juga perayaan dari tepuk tangan dari anggota-anggota kesiswaan. Bukan karena mereka tak senang menyambut Eunae, melainkan gadis itu segera memotong perayaan demi cepat-cepat menjalankan program kerja yang menjadi tujuannya menjabat ketua kesiswaan.

Eunae memberi isyarat pada wakil ketuanya untuk meletakkan kotak kayu dengan kaca tipis di salah satu sisinya. Potongan-potongan kertas terlihat memenuhi seperempat bagian dari kaca.

Di sisi atasnya, terdapat lubang sepanjang sepuluh senti, dengan lebar kurang dari sepuluh milimeter. Di belakang bagian yang berkaca, terdapat lubang kunci untuk mengunci ataupun mengeluarkan isi kotak.

"Say hi to kotak pengaduan, tada!" Eunae melemparkan potongan-potongan kertas dari kotak ke udara sehingga berterbangan seperti konfeti, anggota-anggotanya hanya bisa menggelengkan kepala melihat selebrasi aneh ketuanya.

Saat Eunae kembali serius, sinar jenaka di matanya segera tergantikan leh determinasi. "Seperti namanya, kotak ini akan berisikan pengaduan murid-murid yang dirundung terhadap orang yang merundungnya. Kalian tahu sendiri apa yang terjadi di SMA Cheonwang, sekarang mengacuhkan masalah perundungan pun tak perlu menutup mata."

"Itu Salah." Tekanan di intonasi Eunae menegangkan tensi di ruang rapat. "Siapa pun yang tahu soal perundungan perlu menganggap hal itu jadi masalah bagi mereka juga. Terlebih lagi kita. Kalau terus menutup mata perihal ini, lebih baik manusia tak punya mata saja."

"Orang-orang yang dirundung dan yang ingin mengadu, pasti ingin keluar dari zona yang memerangkap mereka. Tapi, tidak banyak yang berani bicara, yang berani mengadu pun terkadang berakhir tak menemukan solusi." Eunae kembali memasukkan kertas-kertas yang ia lempar tadi, gunanya kertas-kertas kosong di dalam kotak tersebut adalah sebagai pendorong keberanian orang-orang yang ingin mengadu nanti.

Jika mereka tahu ada banyak orang yang berani angkat bicara, maka mereka akan mengikuti, begitulah efek beruntun yang ingin Eunae manfaatkan.

"Karena itulah kita harus jadi perantara yang bisa mengeluarkan suara atau kesaksian mereka. Caranya dengan kotak pengaduan ini. Paham?" tutur Eunae.

"Lalu bagaimana caranya, Kak? Kalau berdasarkan suara terbanyak tanpa alibi, sama saja seperti memberi hukum gantung berdasarkan teriakan terbanyak." Adik kelasnya menyuarakan pendapat. "Ah, selain itu bagaimana kalau ada perundung yang tahu dan mereka semakin merundungnya?"

Eunae tersenyum tipis, ia harus mengawasi anak ini. "Tenang. Pertama kita punya kotak pengaduan, kedua kertas kesaksian, dan ketiga ...." Telunjuk Eunae mengarah pada sembilan anggota kesiswaan yang segera berdiri. "Atas izin dari Kepala Sekolah Lee, aku diperbolehkan membuat divisi baru."

ExistereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang