__________________
Happy Reading
__________________Saat ini Ava tengah duduk manis di depan teras sambil menikmati bubur yang tadi di belikan oleh Evan di tukang bubur naik haji, sebetulnya gak seperti itu sih kejadiannya. Singkat cerita.
Flashback on
Evan yang saat itu tengah bingung harus mencari bubur yang sudah naik haji, ralat maksudnya yang jual sudah naik haji. Mulai frustasi ketika dari daerah sekitar kompleks nya ia tanyai semua tukang bubur itu mengaku belum pernah naik haji.
Semoga setelah ini Evan diberikan kesabaran yang lebih lagi dari Allah untuk menghadapi tingkah ajaib kakaknya.
Saat sedang bingung ia melihat ada bapak-bapak berbincang di pos ronda, ternyata bukan cuma ibu-ibu yang doyan gosip.
"Permisi pak, saya mau tanya" ucap Evan sopan kepada bapak-bapak yang sedang berkumpul.
"Ya dek, mau tanya apa" Salah satu diantara mereka menanggapi,
"Tukang bubur yang haji dimana pak ya" semua orang yang ditanyai Evan mengernyit bingung, apa maksud pertanyaan tersebut sangat tidak jelas sekali. Hmm mungkin Evan merasa sudah sedikit depresot, gak papa baru sedikit kok.
Lama para bapak-bapak itu terdiam, akhirnya salah satu dari mereka berceletuk pelan bahkan menyerupai bisikan.
"Haji si tukang bubur kali yang dimaksud"
"Oh iya pasti itu"
Akhirnya salah satu dari mereka yang tadi menjawab sapaan Evan kembali menghadap pemuda tersebut, sementara si Evan juga dari tadi menunggu jawaban.
"Itu dek di perempatan depan, ada warung bubur Haji" jawab nya, Evan mengangguk mengerti lalu berterima kasih dan mengucapkan pamit setelah itu baru lanjut beli bubur di tukang bubur Haji bukan yang naik haji.
Flashback off
Evan hanya menatap kakaknya yang sedang menyantap bubur dalam diam, pemuda itu merasakan perasaan jengkel dihatinya. Rasanya ia ingin mencabik-cabik wajah polos kakaknya, tapi sayang yang seperti kakaknya ini langka jadi harus dilestarikan agar tidak punah.
Waktu liburan sudah habis dan besok Evan serta Ava harus berangkat ke sekolah, rasanya Evan tidak ingin masuk dia masih ingin bermanja-manja dengan kakak dan mami nya dirumah. Betapa senangnya.
Besok si bocil Ava akan memasuki sekolah baru, tapi entah mengapa Evan malah khawatir dengan kakaknya. Bukannya apa kalo soal teman sih kakaknya udah pandai bergaul, cuma begonya itu loh suka dimanfaatkan orang. Ya kalo teman-teman nya morotin uang gak apa-apa lah kan orang tuanya kaya, kalo dijadiin babu gimana? Hadeh dahlah gak baik berprasangka buruk.
"Kak" panggil Evan, yang dipanggil menoleh dengan ekspresi lugu.
"Besok kan hari pertama kakak masuk sekolah baru, udah buat persiapan belum?" Tanya Evan, kebiasaan kakaknya yang pelupa. Entahlah kadang Evan bingung Ava itu cantik, imut, baik, suka menolong tapi kekurangannya juga banyak. Seperti, pelupa, suka lola, bego juga, bocil lagi. Hah, memang manusia tidak ada yang sempurna.
"Belum, katanya mau di siapin mami. Kalo Ava yang buat nanti malah gak sesuai" ya Evan setuju sama maminya,
"Udah habis kan buburnya" ujar Evan melihat semangkuk bubur tadi sudah tandas berpindah dalam perut Ava,
Gadis polos itu mengangguk pelan lalu tanpa di perintah dia membawa mangkuk bekas buburnya ke wastafel dapur dan mencucinya. Mami Sarah memang membiasakan mandiri mulai dari hal-hal yang kecil, seperti mencuci piring setelah makan, lalu membereskan tempat tidur setelah bangun, dan membersihkan kamar. Sebenarnya ada ART namun ia juga ingin anaknya sedikit mandiri tidak terlalu dimanja, nanti bahaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AvaRay
HumorBukan kisah tentang tetangga yang bertengkar bak kucing dan anjing. Tapi tentang tetangga baru yang menempati samping rumah gadis polos dan lugu bernama, Caroline Ava Wizard~anak pertama dari pasangan kaya yang terkenal harmonis dan hangat dengan ke...