04

1.2K 111 3
                                    

Setelah Seungmin membayar biaya rumah sakit dan obat istrinya, Seungmin langsung menghampiri Lina. Malaikatnya itu masih memejamkan mata, tertidur dengan alis yang sedikit mengerut.

Seungmin duduk di samping Lina, menggenggam tangan lentik nan lembut itu dan mengusap dahi Lina yang mengerut. Perlahan Lina terlihat semakin tenang.

Seungmin benar-benar mengutuk dirinya karena harus bekerja hingga malam. Kalau tidak ada persidangan sialan itu, ia harusnya sudah sampai di rumah sejak jam 5 sore tadi. Dan hal ini tidak harus terjadi.


Saat Seungmin sedang menunduk merutuki diri, ia merasakan tangan Lina bergerak. Seungmin langsung mendongakkan kepala dan mendekat pada malaikatnya itu.

"Sayang. Ini aku." Kata Seungmin.

"—min-ah." Ucap Lina dengan suara yang sangat kecil.

"Iya sayang, aku di sini. Bagian mana yang sakit, beritahu aku." Kata Seungmin sambil berdiri dari bangku dan membungkuk mendekat pada Lina agar ia bisa mendengar suaranya.

"Maaf." Bisik Lina.

"Kenapa kau minta maaf? Kau gak salah apa-apa, sayang." Kata Seungmin sambil mengusap kepala Lina dengan sayang. Tapi Lina menggelengkan kepalanya.

"Maaf." Ucap Lina yang disertai airmata. Jantung Seungmin saat ini terasa seperti dihunus pisau dan pedang ratusan kali.

"Hey, hey. Sayang. Lee Lina-ku. Kau tidak punya salah apapun. Aku yang harusnya minta maaf karena aku meninggalkanmu terlalu lama. Sudah ya. Jangan nangis lagi. Aku ada di sini sekarang. Jangan takut lagi, ya." Kata Seungmin sambil mengusap air mata Lina.


Setelah beristirahat beberapa jam, sambil menunggu emosi Lina stabil, mereka memutuskan untuk pulang. Tak lupa Seungmin juga mengambil obat di apotek rumah sakit.

Keduanya pulang tanpa ada yang bersuara. Lina masih terus diam dari rumah sakit hingga sampai di rumah. Saat sampai rumah, Seungmin menuntun Lina masuk ke kamar dan mendudukkan wanita itu di tempat tidur.

Ekspresi wajah Lina begitu datar. Wajah yang selalu Lina tunjukkan kelau sedang banyak pikiran yang terlintas di kepalanya.


"Sayang." Panggil Seungmin sambil berlutut di hadapan Lina. Lina menatap Seungmin dengan tatapan kosong.

"Hey." Panggil Seungmin. Perlahan focus Lina kembali dan menatap Seungmin dengan kesadaran penuh. Tiba-tiba butiran bening menumpuk di pelupuk mata Lina.

"Hey, sayang. Kenapa? Ada apa?" Tanya Seungmin langsung menangkup pipinya.

"Maafkan aku yang selalu membuatmu terbebani, Seungmin-ah." Kata Lina.

"Hey, dengar. Kau tidak pernah menjadi beban di hidupku. Jadi sekarang, berhentilah menyalahkan dirimu sendiri, oke?" Kata Seungmin yang masih menangkup pipi Lina. Sedangkan Lina mengarahkan pandangannya ke arah bawah. Menghindari kontak mata dengan Seungmin.

"Sekarang, apa kau ingin tidur sekarang?" Tanya Seungmin yang langsung dijawab gelengan oleh Lina.

"Ya sudah ayo kita nonton di ruang tengah. Mau kugendong?" Tanya Seungmin yang membuat Lina langsung menatapnya lalu menggeleng malu. Seungmin terkekeh gemas melihat tingkah laku istrinya itu. Akhirnya keduanya berjalan ke ruang tengah dan menyalankan tv dan menonton film. Sedangkan Lina duduk di samping Seungmin sambil merangkul lengan Seungmin dengan posesif seakan Seungmin akan menghilang jika ia tidak memeluknya erat.


Lina tidak benar-benar menonton tv. Ia terus saja berpikir tentang perkataan wanita sialan itu.

"Tadi wanita sialan itu datang lagi." Kata Lina tiba-tiba, membuat Seungmin sedikit terkejut.

"Kenapa?" Tanya Seungmin sambil menoleh ke arah istrinya yang masih merangkul lengannya.

"Wanita sialan itu datang dan mengatakan kalau kau sudah tidak tahan denganku, kau harus pergi sejauh mungkin dariku." Kata Lina. Seungmin pun merasakan lengan bajunya mulai basah yang menandakan istrinya ini kembali menangis.

"Hey, dengar aku." Kata Seungmin menarik dagu Lina agar wanita itu mendongak ke arahnya.

"Aku tidak akan pergi kemanapun. Aku di sini. Bersamamu. Sampai kapanpun. Jadi kau tidak perlu memikirkan yang aneh-aneh. Aku akan selalu di sini." Kata Seungmin berusaha meyakinkan Lina. Kemudian Seungmin menarik lengannya yang dipeluk Lina, untuk bisa memeluk wanitanya yang sedang rapuh ini. Lina pun memeluk tubuh Seungmin dan mencari kehangatan dari pria itu.


Seungmin memeluknya erat. Berusaha memberikan kehangatan dan rasa aman pada wanita yang 2tahun lebih tua darinya ini, namun sudah berstatus sebagai istrinya sejak 2 tahun lalu. Seungmin pun mengecup puncak kepala Lina dalam waktu yang cukup lama.

Hingga akhirnya ia merasakan pelukan Lina melemah. Saat ia berusaha melihat wajah sang istri, ternyata malaikat tak bersayap itu telah terlelap dengan wajah yang begitu damai. Tidak seperti saat ia membawanya ke rumah sakit tadi. Seungmin pun kembali mengecup puncak kepala Lina sebelum akhirnya menggendongnya ke kamar.


***

Suara bel rumah Seungmin berbunyi begitu nyaring, mengusik sang empunya rumah untuk segera beranjak dari dunia mimpi.

Seungmin membuka matanya sedikit dan melihat Lina masih terlelap dengan damai. Dengan kesal, Seungmin beranjak dari tempat tidur dan berjalan menuju pintu rumahnya.

"Aish! Siapa sih pagi-pagi udah bertamu?" Gerutu Seungmin sambil memakai kacamatanya dan merapikan rambutnya. Begitu ia membuka pintu, hal pertama yang ia lihat adalah kakaknya.

"Heol! Ini sudah siang dan kau masih tidur? Tumben sekali." Ucap Jisung yang sedang menggendong Chan.

"Apaan sih hyung?!" Omel Seungmin.


"Aku titip anak-anak, ya. Aku mau pergi bareng Jinnie."

"Kenapa harus ke sini?"

"Chan pengennya ke sini. Jadi sekalian aja sama Changbin." Ucap Jisung.

"Tapi Lina sedang sakit, hyung." Ucap Seungmin.

"Sakit? Sakit apa? Kok bisa? Dari kapan?" Tanya Jisung bertubi-tubi.

"Appa! Appa kenapa sih?" Protes Changbin saat melihat appa-nya yang terlihat panik.

"Jakeun appa! Chanie yang akan jaga jakeun eomma!" Teriak Chan.

"Oh, Chanie mau jagain Jakeun eomma?" Tanya Seungmin pada Chan yang dijawab anggukkan antusias oleh Chan.

"Baiklah. Jakeun appa percaya Chanie bisa jaga jakeun eomma. Ayo sini-sini." Kata Seungmin. Lalu Chan memaksa untuk turun dari gendongan sang appa lalu berlari masuk, disusul oleh Changbin.

"Hyung juga mau masuk?" Tanya Seungmin, Jisung terdiam sejenak.

"Enggak deh. Aku langsung pergi aja. Aku titip anak-anak, ya. Kalau ada apa-apa, langsung telfon." Kata Jisung.

"Iya. Hati-hati, hyung." Ucap Seungmin. Kemudian Jisung pun pergi setelah mencari anak-anaknya dari pintu depan, namun anak-anaknya sudah menghilang entah kemana.


Seungmin menutup pintu dan berjalan kembali ke kamar, disitulah ia melihat Chan sudah berbaring di kasur sambil di peluk oleh Lina. Sedangkan Changbin duduk di pinggir tempat tidur.

"Kukira kau belum bangun." Kata Seungmin yang berjalan menghampiri Lina dan kemudian mengecek suhu tubuh Lina.

"Sudah. Masa penjagaku datang, aku tetap tidur? Ya gak Chanie?" Tanya Lina pada Chan.

"Iya dong. Jakeun eomma juga harus sembuh. Karena ada Chanie di sini." Kata Chan bersemangat.

"Siapa bilang jakeun eomma sakit?" Tanya Lina bingung. Chan dan Changbin langsung menunjuk ke arah Seungmin. Lina pun menatap Seungmin

"Aku cuma ingin kau istirahat lebih lama, yeobo." Kata Seungmin.

"Aku tidak sakit, sayang." Ucap Lina sambil tersenyum manis.

TBC

My Universe (Seungho Spin Off)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang