11 ─ naughty

772 151 7
                                    

"Apakah aku cantik?"chenle bertanya, kedua netra nya menatap Jisung lekat.

Jisung membalas tatapan Chenle, "Tidak."

"Ku kira kau akan mengatakan bahwa aku cantik."

"Aku mengatakan yang sebenarnya."

"Tapi, Kak Jeno mengatakan bahwa aku cantik tahu!"

"Itu menurut Kak Jeno, bukan menurut ku."

"Bagaimana bisa... Kau menyebalkan Jisung." ucap Chenle pelan, ia tak ingin Jisung menyadari ucapan nya.

"Sudahlah Chenle, mulai dengan hukuman mu sekarang. Push up."

"Aku tahu!"

Chenle kemudian bersiap untuk push up, ia mengambil posisi nya. Sedangkan Jisung, ia hanya sesekali menatap Chenle tak peduli.

"Mulai."

"Tunggu sebentar Jisung! Kau memang tak bisa bersabar!"

Chenle memulai push up nya, Jisung mulai tertarik untuk melihat Chenle.

"Satu,

Dua,

Tiga,

Empat,

Lima,

─Mengapa berhenti?!"

"Lelah, aku lelah Jisung."

"Benarkah? Padahal kau baru saja melakukan nya lima kali, masih tersisa sembilan puluh lima kali lagi." ucap Jisung, ia terkekeh kecil.

"Mohon beri aku keringanan, kurangi jumlah nya Jisung.." kini Chenle memohon.

"Tidak, tetap sembilan puluh lima kali tersisa."

"Tapi akan memakan waktu yang lama."

"Tidak apa, aku akan tetap menunggu."

"Mengapa kau sangat bersemangat sekali melihat ku kelelahan?!"

"Kau terlihat bodoh saat kelelahan."kini Jisung tertawa, sedangkan Chenle menatap sinis ke arah nya.

Chenle kemudian bangkit dari posisi nya, ia berjalan ke arah Jisung. Wajah nya terlihat kesal, ia menarik lengan Jisung agar segera ikut bangkit dari duduk.

"Ada apa? Kau memang aneh."

Chenle tak menjawab, ia justru meraih tubuh Jisung agar Chenle dapat menelusup dalam pelukan Jisung. Kedua lengan cantik nya mengerat saat memeluk Jisung.

"Apa yang kau lakukan sebenarnya?! Aku tidak suka ini, Chenle."

"Kurangi jumlah hukuman ku maka aku akan melepaskan ini."

Jisung menghela nafas kasar, terpaksa ia harus menuruti kemauan Chenle. "Baiklah, aku akan mengurangi jumlah hukuman mu. Lima puluh kali, cukup?"

Wajah Chenle terbenam dalam dada Jisung, ia mencicit "masih kurang. Aku tidak akan melepaskan ini sampai kau memberi keringanan."

Dengan tidak nyaman nya, Jisung akhirnya mengalah.

"Baiklah, berapa yang kau inginkan?"

"Sepuluh kali, sehingga aku tinggal menyelesaikan lima kali lagi, bukan?"

"Terserah. Cepat lepaskan tubuh ku Chenle, aku merasa tak nyaman."

Alih-alih melepaskan, Chenle justru bersikap iseng, "aku tak mau melepaskan mu? Bagaimana?"

Terpaksa Jisung mendorong tubuh Chenle hingga ia terduduk di sofa.

"Sakit tahu!"

"Rasakan, kau tak tahu malu ya? Memeluk orang lain sembarangan. Bagaimana bisa? Bila aku menjadi dirimu, aku akan malu."

Chenle mencebik, "itu kan kau, ini aku. Aku akan melakukan apapun yang ku sukai!"

Jisung menyeret Chenle agar segera kembali push up. Rasanya ia sangat kesal, pasalnya Chenle begitu menyebalkan. Jisung tidak suka dengan perlakuan Chenle yang dengan mudah nya menempel pada tubuh nya, ia benar-benar tak menyukai itu.

Sepuluh menit kemudian Chenle selesai dengan kegiatan nya, di rasa telah selesai, Jisung berniat keluar dari kamar Che nle.

Melihat Jisung yang akan keluar dari kamar, Chenle berguling-guling hingga pintu. Ternyata ia tidak membiarkan Jisung keluar.

Lengan nya sontak memegang kaki jenjang Jisung.

"Ada apa lagi?"

"Jisung sungguh kau tampan. Aku cantik. Bukan kah kita serasi?"

"Tidak. Kau bahkan tak cantik."

"Kau berbohong."

"Berhenti, aku akan keluar sekarang. Kau ingin aku menendang mu?"

"Tendang saja."

Jisung menarik kaki nya perlahan, ia tidak menendang Chenle. Mana mungkin ia bersikap kasar pada orang lain, selama hidup nya Jisung tak pernah bersikap kasar.

Ia kemudian keluar dari kamar Chenle, menyisakan Chenle yang sedikit tertawa. "Senang nya mengganggu Jisung. Aku akan jahil pada mu Jisung, tunggu lah. Aku akan menumpahkan semua kenakalan ku pada mu, karena Kak Jeno tidak bisa di ganggu, ia tidak seru. Mungkin karena sudah tua, ya?" ia bermonolog.

➽───────────────❥

Malam hari, Jisung keluar dari kamar dengan wajah yang di tekuk.

"Siapa yang menumpahkan parfum ku?!"

"Mana mungkin aku yang melakukan nya." ucap Jeno santai.

Kini hanya tersisa satu orang, Chenle. Ia terlihat diam saja, namun sangat jelas wajah nya menahan tawa. Ia tak sedikit pun melirik dan menjawab Jisung.

Pandangan Jisung memincing ke arah Chenle, "pasti kau, anak nakal!"

"Tidak, kok!" Chenle mengelak.

"Kak, lihat lah kelakuan Chenle. Ia nakal sekali, Kak. Ia selalu mengganggu ku. Apakah kau tidak merasa kasihan pada ku yang selalu di rundung Chenle?"

"Chenle merundung mu? Kau berlebihan." Jeno tentu saja tahu, Chenle hanya jahil bukan merundung.

Chenle menatap Jisung, lalu ia memeletkan lidah nya. Mengejek Jisung yang terlihat sangat kesal.

"Pasti kau Chenle, menumpahkan satu botol parfum di kasur ku. Bagaimana ini? Aku telah mengganti sprai nya, tetap saja masih terasa menyengat."

"Besok aku akan membeli yang baru bila kasur mu masih terasa menyengat, Jangan khawatir." ucap Jeno.

"Lalu sekarang bagaimana aku tidur?!"

"Tidur bersama Chenle, atau tidur di sofa."

"Tidak kah bisa aku tidur bersama mu, Kak?!"

"Tidak."

"Padahal kau pernah tidur bersama ku pada saat kau ketakutan, memang licik!"jisung berceloteh.

"Jadi bagaimana? Apa kau tidur bersama ku, Jisung?" ucap Chenle, wajah nya masih mengejek Jisung.

"Tentu tidak, aku lebih baik tidur di sofa."

Jeno terkekeh gemas melihat Chenle dan Jisung. Mereka saling beradu argumen.

To be continue...

music box | chenjiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang