14 ─ y'all never know

634 138 1
                                    

"Bagaimana kondisi mu?" Jisung mengangkat suara saat dilihat nya Chenle tersadar. Chenle terkulai lemas di tempat tidur milik nya, dengan Jisung yang duduk di samping Chenle.

"Kepala ku masih terasa sakit." Chenle sedikit mengaduh.

"Kau membahayakan diri mu sendiri, apakah sulit untuk menjaga diri sendiri?! Kau memang bodoh, Chenle. Melakukan hal bodoh merupakan hal yang wajar bagi mu, bukan?" seperti biasa, nada suara Jisung terdengar seperti meremehkan.

"Bukan begitu, Jisung... Aku hanya--"

Belum sempat Chenle menyelesaikan ucapan nya, pemuda Park ini langsung memotong ucapan Chenle.

"Beruntung ada Kak Jaemin, ia menolong mu. Aku tak tahu harus berkata apa pada diri nya untuk berterima kasih. Sepertinya kau harus berterima kasih pada Kak Jaemin."

"Ia yang menolong ku?"

"Ya, kau di temukan oleh nya. Kak Jaemin memberitahu ku tentang ini."

"Ah, aku harus segera berterima kasih pada Kak Jaemin." Chenle menatap kosong ke arah depan.

"Tentu saja. Namun aku tak yakin kau bisa berterima kasih pada nya, kau hanya seorang yang tidak tahu malu." Jisung beranjak dari duduk nya, ia kemudian pergi meninggalkan Chenle.

Jisung kemudian bersiap untuk pergi, ia telah memiliki janji bersama teman nya untuk pergi bermain golf.

Tak lama kemudian, saat Jisung berada di bus ponsel nya berbunyi. Ternyata itu panggilan dari Jaemin.

"Hai, kak."

"Jisung, bagaimana dengan keadaan Chenle?"

"Ia sudah sadarkan diri. Mungkin kini ia baik-baik saja."

"Syukurlah, aku khawatir pada nya."

"Terima kasih telah menolong Chenle. Ia harus berterima kasih pada mu."

"Tak apa, aku senang membantu nya. Lagi pula, Chenle terlihat manis... Rasa nya ku ingin berkawan dengan Chenle."

"Kau ingin berkawan dengan nya?! Ia sungguh bodoh."

"Jisung, jangan begitu... Ah, aku akan menjenguk Chenle lain kali!"

"Baiklah, datang ke rumah ku kapan saja."

Jisung langsung memutuskan panggilan. Soal Jaemin, ia mengira Jaemin sudah melupakan perasaan yang pemuda itu miliki pada nya. Jisung benar-benar tak mengira bahwa Jaemin sedang berusaha mendekati nya, lagi.

Ia hanya berpikiran bahwa Jaemin benar-benar tulus menolong Chenle. Kini tak ada pikiran buruk yang ada dalam diri Jisung tentang Jaemin.

➽───────────────❥

Chenle masih terkulai lemas di rumah, ia merasa pencernaan nya masih sakit. Juga, efek bius nya masih terasa sehingga Chenle masih merasa sakit kepala.

Tak lama kemudian Jeno telah pulang, ia kemudian masuk ke kamar Chenle.

"Kak, kau sudah pulang." ucap Chenle.

"Aku mendengar kabar tentang mu, kau baik-baik saja? Jisung mengirimkan pesan singkat tadi."

"Aku baik, Kak. Kini hanya sakit kepala saja yang ku rasakan."

"Ku dengar kau kesakitan karena memakan kue, ya?"

"Benar. Itu terjadi setelah aku menyantap kue yang lezat, lalu saat di halte bus aku sudah tak mengingat apapun."

"Menyebalkan, siapa yang berani berbuat jahat pada adik ku, huh?!" Jeno mendengus.

"Adik mu? Apakah aku kini telah resmi menjadi adik mu?!" Chenle tersenyum antusias.

"Tentu. Sejak kau berada di rumah ini, kau adalah adik ku. Jisung dan kau adalah adik ku."

Chenle merasa terharu, disisi lain ia bahagia. Kini ia tak merasa sendiri, ia memiliki seorang kakak, walaupun baru bertemu dengan nya, Chenle melihat Jeno adalah seseorang yang baik.

"Namun Chenle, siapa yang menyelamatkan mu? Jisung, bukan?"

"Memang Jisung, namun sebelumnya Kak Jaemin yang telah menyelamatkan ku."

Jeno diam membeku, nama yang baru saja Chenle sebut kembali membawanya kedalam luka, setiap teringat Jaemin, hati Jeno merasa luka nya kembali.

Jaemin sempurna, ia malaikat menurut Jeno. Dengan menolong Chenle, Jeno merasa tingkat kebaikan Jaemin bertambah.

Namun ada hal yang janggal bagi Jeno, mengapa Jaemin yang menolong Chenle? Apakah itu suatu kebetulan?

To be continue...

music box | chenjiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang