S-P-O-K

12 2 0
                                    

Don memiliki kepala yang menghadap ke Selatan. Pucuk-pucuk rambutnya menyanyikan tembang yang memanggil Burung Kurtenikus mematuki batang-dahan eukaliptus. "Hidup hingga tujuh juta delapan ratus ribu enam ratus dua puluh tujuh hari lagi agar bisa mencapai Ursa Major." Kemudian, kau akan berharap pada sistem-sistem pemerintahan.

Dimiliki oleh Din kepala yang menghadap ke Barat. Di sana ia akan memburu kepala seekor naga dekat gunung berapi yang sedingin jemari kaki beruang pendengkur. Lalu apabila didapatkan olehnya seseorang yang menangisi malam tahun 1998, akan tersungkur ia menghantam kapal-kapal yang berangkat tiap subuh dua tahun lalu. "Hidup hingga sebelas juta lima ratus ribu dua ratus sembilan puluh satu hari lagi agar bisa mencapai Ursa Minor." Lalu, kau akan mengakar pada foyer-foyer di rumah hutan.

Kepala yang dimiliki oleh Dun menghadap ke Timur. Bahunya kelu dan ia hanya membawa telur paskah delapan belas buah. Tas tentengnya lebih berat daripada kerajaan di Dunia Lama, tempat ibumu dan aku menetap sebelum digusur babi-babi hijau. "Hidup hingga lima juta delapan ratus ribu dua ratus dua puluh sembilan hari lagi agar bisa mencapai Sabuk Jupiter." Setelahnya, empat kepala di pundakmu akan berputar searah matahari terbenam.

Menghadap ke Utara, kepala yang dimiliki oleh Den. Ia merobek kepingan rambutnya. Pinggangnya dilukis oleh Van Gogh. Untuk tiga puluh tiga ekor Tikus Bornis yang ia lepaskan dari celah-celah selokan raja-raja, delapan mati ditabrak sedan. "Hidup hingga satu juta lima ratus ribu enam ratus sembilan puluh tiga hari lagi agar bisa mencapai Neptunus." Sehabisnya, lidahmu akan terpelintir dicacah empat kepala di pundakmu.

Dan tidak memiliki kepala. Kepalanya tidak menghadap ke mana-mana. Tidak ada hewan yang ia temui di Selatan. Kerajaan yang ia datangi di Timur tidak memiliki pemimpin manusia. Di Utara, ia tidak mengendarai sedan. Ia tidak mendengar tangisan di ufuk Barat. "Hidup hingga satu hari lagi agar bisa mencapai surga." Kali ini, kau sudah mati, sembari membawa kepala Dan di pemakaman.

Rumah Kakek dan Aku yang Mati di Tanah PolitikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang