|| PROLOG ||

43 1 0
                                    

- Jika hanya mengisahkan banyak luka, lalu untuk apa dihadirkan di dunia?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

- Jika hanya mengisahkan banyak luka, lalu untuk apa dihadirkan di dunia?

____

"Eh bisu coba dong teriak!! HAHAHA"

"Maaf aku tidak bisa"

"Bisu coba deh lo nyanyi pasti suara lo bagus!"

"(Dia tersenyum)"

"Percuma cantik kalo bisu"

"Maaf"

"Udah bisu di tambah tuli lagi, banyak dosanya tuh berarti"

"Maaf"

Arsena menjalani kesehariannya dengan penuh banyak luka. Dia harus hidup dengan segala kekurangan yang dia tanggung. Dalam hidup Arsena dia tidak pernah merasakan apa itu rasa kasih sayang dari seorang ayah palagi sebuah pelukan hangat yang seharusnya ia bisa mendapatkannya namun nyatanya tidak. Arsena juga selalu percaya sama Tuhan jika dia memiliki banyak sekali keajaiban termasuk membuat Ayah Arsena bisa memeluknya meskipun untuk yang terakhir kalinya.

Sore itu saat awan membawa warna kelam dan hitam keabu - abuan pertanda akan segera turun hujan. Anak kucing terlihat sedang berlarian masuk ke dalam rumah majikannya membuat rasa haru seakan terlintas. Roda - roda kendaraan menggelinding sesuai dengan porosnya membuat kondisi udara penuh akan polusi. Seakan menjelma menjadi sebuah sianida polusi itu membuat banyak orang harus kehilangan udara segar.

"Kak Teo jangan lupa ya bawa terus jas hujan sama jaket atau kalau perlu aku tambah dengan payung lipat? Biar nantinya hujan tidak menyakiti tubuh kak Teo lagi. Akhir - akhir ini memang udara sering dingin dan cuaca selalu berubah - ubah kak Teo jangan lupa jaga kondisi badan ya! Kalau emang udah hujan Kak Teo harus mencari tempat berteduh. Jangan lupa minum vitamin juga ya Kak! Kak Teo harus jadi pemimpin yang bisa diandalkan di sekolah (Bibirnya yang mengukir senyuma dengan memperlihatkan gigi yang berjejer rapi)"

Alih - alih memperhatikan dirinya sendiri yang saat ini sedang beridiri di bawah langit yang hitam. Dia hanya berlaga seolah menjadi wanita yang kuat seperti halnya bunda. Senyumannya sama seperti milik bundanya yang selalu di perlihatkan setiap membangunkan tidur. Dia tidak berubah dia tetap sama menjadi sosok yang membutuhkan perlindungan namun baginya dia dialah yang harusnya menjadi pelindung bagi orang - orang yang dia sayangi.

Sruputtt...

Teo meneguk dengan pelan secangkir kopi americano di salah satu kafe yang menjadi saksi dimana Arsena pernah bekerja menjadi badut untuk membeli sebuah hearing aid (alat bantu pendengaran). Teo sengaja memilih tempat di balkon lantai dua kafe tersebut agar bisa menikmati cuaca saat ini. 

"Kak Teo kalau lagi jalan terus lewat jalan pemuda jangan lupa mampir ke kafe brown yaa.."

Bahkan saat dia berada di rumah kata - kata itu selalu dia lontarkan saat bertemu dengan Teo dan juga Dimas yang membuat mereka selalu bertanya - tanya dan terheran dengan kalimat itu. Sejak saat itulah Teo memberanikan diri untuk pergi ke Kafe Brown dengan alibi ingin mencoba menu baru.

"Kak Teo jangan bilang ke bunda ya... Sena ngga mau merepotkan bunda terus"

Seolah menunjukkan perubahan cuaca menjadi hujan seketika raut wajah Teo langus meredup. Dia teringat saat itu dimana dia menemukan salah satu wanita yang dia sayangi sedang berdiri mengenakan kostum badut dengan papan yang di kalungkan di tubuh gadis itu. Tidak hanya itu saja dia melihat bagaimana upaya gadis itu menorehkan senyuman hangatnya sembari memberikan selembar brosur meskipun banyak dari penerima brosur itu yang membuangnya begitu saja di hadapannya. 

"Tidak apa - apa kak mungkin mereka sudah tahu, jadi mudah saja bagi mereka untuk membuang brosur itu"

Lagi - lagi dia tidak memperdulikan perlakuan orang lain kepadanya meskipun itu mampu menyayat hati Teo. Selain keras kepala dia juga bodoh dia tidak pernah marah ataupun kesal kepada orang - orang yang selalu memperlakukannya secara tidak adil. Dia seperti halnya senja yang selalu bewarna namun hanya sebentar saja Tuhan mengahadirkannya. Bak pelangi juga di balik warna warninya ternyata dia menyimpan banyak sekali luka.

"Kak Teo ini bekalnya tadi bunda yang nitip"

Teo menghembuskan nafasnya berharap waktu bisa di putar kembali agar waktu yang selama ini Teo buang untuk membenci Sena bisa dia kembalikan seutuhnya. Kala itu di saat Teo yang memilih untuk langsung berangkat ke sekolah ada Sena yang senantiasa membawakan bekal untuknya dari sang bunda. Kini semua itu sudah menghilang dalam sekejap seperti apa yang Teo harapkan saat pertama kali mengetahui jika Sena adalah gadis bisu yang menjelma menjadi adik perempuan satu - satunya yang harus dia lindungi. Hanya ada rasa bersalah dan rasa menyesal yang selalu menyelimuti hari - hari Teo saat mengingat kejadian demi kejadian saat Teo tidak memperlakukan Sena selayaknya dia memperlakukan yang lain.

Selamat bertemu dengan kisah Arsena dan pohon harapannya....

***
-

----------------------------------------------------------

Follow intagram 

Mocieuy

*ARSENA*
©2021

ARSENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang