03. Keniah Faeyzan Nazeeh

20 7 1
                                    

Haiiiiiiiiiii
Lanjut gak? Mengoke

"Menyerah bukanlah jalan yang harus kau tempuh untuk menyelesaikan semuanya"

***

"Kamu dengar gak sih Mama ngomong apa? kalau orang tua ngomong itu di dengar!!" ucap Karin dengan nada tinggi.

Sedangkan lawan bicaranya dengan enteng berjalan menuju pintu utama keluarga Nazeeh. Dia hanya menganggap suara Karin bagaikan Radio rusak.

"Ezaa, EZAAA!!" teriak Karin lagi. Mama Eza.

Suara bising motor yang memenuhi pekarangan Rumah perlahan mulai menghilang pertanda bahwa Eza telah melajukan motornya entah kemana.

Karin yang mengetahui hal itu segera berhenti memanggil Putra bungsunya itu.

"Jadi Anak gak mau dengerin apa kata mamanya selalu aja papa papa dan papaa!!, padahal yang ngelahirin dia itu sayaa!" gerutu Karin pada dirinya.

***

Keniah Faeyzan Nazeeh. Yang terkenal dengan nama Eza sebagai orang yang sangat ditakuti oleh banyak orang, preman kampung saja tunduk kepadanya.

Sebenarnya mereka bukan genk motor atau apalah, mereka hanya sekumpulan cowok berandalan yang sukanya tawuran, perokok, peminum, yah walaupun tidak semua diantara mereka yang doyan minuman beralkohol.

Eza melajukan motor berwarna hitam itu, tujuannya saat ini adalah Club malam.

"Tempat biasa ajak yang lain, 5 menit" ucap Eza pada benda pipih yang ditempelkan di telinga.

"Siap Ja" jawab seseorang diseberang sana.

Club Malam.

Berbagai macam kegiatan yang dilakukan orang orang di club malam seperti main judi, dance floor, dan wanita wanita penggoda.

Tempat berdosa ini seolah menjadi tempat pelarian Eza jika dia memiliki masalah apa pun itu, pasti tujuannya Clubbing.

Tiga cowok menuju meja yang berada di sudut ruangan menghampiri temannya itu.

"Davian?"

"Gak ikut" jawab Edgar.

"Masih?"

"Masih apaan dah?" tanya Erik bingun.

"Masih 'cupu. Rik, telmi bet" ucap Rayan membuat Erik terkekeh kecil.

"Hehe gak telmi, ya emang lupa aja" alibi Erik. Padahal emang telmi orangnya.

"Serah lu"

Mereka melanjutkan kegiatan mereka masing masing. Eza yang sudah menghabiskan 2 botol minuman beralkohol itu, matanya sudah sangat merah.

"Lah Ja? udah abis aja 2 botol" heran Erik. Temannya selalu begitu menyiksa diri. Tapi bagi Eza itu adalah penenangnya.

Eza hanya diam, dia hanya ingin melupakan masalahnya dengan cara seperti ini.

Jika Karin berada di Rumah, Eza sangat malas karena pasti dia akan mendengar omelan Mamanya itu makanya dia jarang di Rumah.

Entah kenapa dia sangat membenci wanita itu.

"Drrrtrrt drtttt" sedari tadi Ponsel Eza berdering menandakan panggilan masuk, tapi sang empuh tidak berniat untuk mengangkatnya.

"Za, Freya tuh" ucap Edgar kepada Eza yang pandanganya mulai samar samar.

"Orang mau udah tepar gitu juga, sini gw yang angkat" ujar Erik antusias mengambil benda pipih itu.

Erik menekan tombol hijau.

"Iya sayang kenapa?" Tanya Erik dengan nada jijiknya. Iyuuhh

"Ihh tumben banget manggil sayang" ucap Freya dengan sumringan di seberang sana.

"Hehe iy-" ucapannya twrpotong saat ingin membalas ucapan Freaya Edgar langsung menarik benda pipih itu.

"Apaansih Gar, orang mau ngomong juga" rengek Erik. Gagal deh kesempatannya berbicara dengan Gadis incaran banyak cowok yang menjabat sebagai pacar Eza.

"Bego"

"Sory Frey. Itu tadi Erik, Ezanya dah tidur dari tadi" jelas Edgar kepada Freya.

Pupus sudah kebahagiaannya. Dia pikir Eza, "dasar Erik blo'on" benak Freya.

"Yahhh kok tidur sih? bukan Eza banget tidur dibawah jam 10.00, lu bohong yaa, mana Ezanya gw mau ngomong" rengek Freya masih tak percaya, dia pikir Edgar membohonginya?

"Gw nggak bohong, dia dah tidur. Bye" final Edgar memutuskan sepihak. Lalu menonaktifkan Ponsel Eza, supaya Freya tidak menghubunginya lagi. Berisik.

Eza sudah kehilangan kesadarannya sejak tadi. Gimana gak tepar orang dianya minum 2 botol.

Disisi lain, Freya menggerutu kesal. Setelah Edgar memutuskan telpon sepihak, Freya menghubungi Eza lagi berharap lelaki itu mengangkatnya bukan temannya.

Alhasil, nomornya sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan.

"Iiihh kok ga aktif sih? trus gw gimana dong, pulangnya sama siapa?" Kesal Freya.

Freya habis selesai Les menari dan berniat menyuruh Eza untuk mengantarnya pulang, sebenarnya Freya bukan tidak punya kendaraan hanya saja dia ingin Eza yang mengantarnya pulang. Lagian
Eza itu pacarnya.

Tetapi kalau telponnya saja tidak diangkat apa yang akan dia lakukan selain naik taxi online?

"Yaudah lah" akhirnya Freya pasrah.

lagian dia gak tau apa kalau Eza beneran dah tepar? lagian Eza tidak mau mengantarnya jika tidak
Mood.

***


Maaf Gaje ya?😢, Beri saran di kolom komentar bebas. Aku akan ambil positifnya aja kok. Karna Aku sangat butuh kritik dari kalian. Ily


SheanetteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang