Ivander mengerjap-ngerjapkan matanya perlahan saat sinar matahari menelisik masuk melalui celah jendela, mengganggunya. Sepertinya ia sudah berada di surga, terlebih lagi saat membuka matanya lebar-lebar dan mendapati sosok perempuan bertubuh indah yang berdiri memunggunginya. Apakah itu bidadari yang ditakdirkan untuknya? Sungguh sebuah akhir yang memuaskan, jika ia benar-benar berada di surga, mengingat dua puluh empat tahun yang dihabiskannya di dunia adalah untuk mengabdi setia pada kerajaan."Kau sudah bangun?" tanya Riana sambil berbalik, melihat Ivander yang sedang berusaha bangkit dan memposisikan dirinya terduduk di atas ranjang.
Ivander menoleh, manik biru gelapnya menatap Riana dengan saksama dari atas pangkal rambut hingga ujung kaki. Tatapannya tidak lepas, bagaimana mungkin ia bisa mengalihkan perhatian dari sosok menarik yang sedang berjalan mendekatinya? Rambut merah yang sedikit berkibar ke belakang dengan langkah yang terasa lambat itu benar-benar mencuri perhatiannya.
"Apa keadaanmu sudah membaik?"
Ivander terperangah, matanya terpaku pada sosok gadis cantik di hadapannya. "Apa bidadari bisa berbicara?" pikirnya. Ia berusaha berkedip, mengerjap-ngerjapkan matanya untuk memastikan siapa perempuan itu. Benarkah ia bidadari?
"Apa kau baik-baik saja?" tanya Riana beberapa kali, tetapi tidak mendapatkan jawaban dari Ivander. Merasa diabaikan, ia mencoba menyentuh dahi Ivander untuk memastikan sendiri apakah suhu tubuhnya sudah menurun atau malah sebaliknya.
Tak! Belum sempat tangan Riana menyentuh dahi, Ivander sudah menepisnya terlebih dahulu, menyebabkan rasa nyeri datang menjalar di seluruh tubuhnya, sangat menyakitkan! "Aargh!!" Kesadarannya pulih sepenuhnya, ternyata ia masih hidup. Tapi siapakah perempuan ini?
"Kau tidak apa-apa?" tanya Riana cemas saat melihat Ivander meringis kesakitan.
Tak! Lagi-lagi Ivander menepis tangan Riana yang hendak menyentuhnya, manik biru gelapnya menatap Riana dengan tajam. "Siapa kau?"
"Ri-Riana... Namaku Riana," ucap Riana cepat, tatapan tajam itu sejenak membuatnya gugup. "Sekarang kau sedang berada di rumahku, semalam aku menemukanmu tergeletak di jalan." Ia melanjutkan menjelaskan kejadian yang sebenarnya.
Ivander yang masih melayangkan tatapan tajam pada Riana, membuatnya sedikit tertekan dan merasa takut. Apakah ini yang didapatkan setelah menolong seseorang? Sungguh konyol! Riana tertunduk, merasa gentar dengan tatapan Ivander yang tampak seolah akan menerkamnya, sangat berbeda saat ia baru bangun. "Ma-maafkan aku yang telah membawamu ke rumahku."
Apa yang dipikirkan Riana sangat berbeda dengan yang ada di benak Ivander. Meskipun Ivander melayangkan tatapan tajam, ia cukup terkejut dengan permintaan maaf Riana. Bagaimana bisa seseorang meminta maaf atas pertolongan yang diberikannya?
"Cih!" Sekelebat ingatan kelam melintas bersamaan dengan nyeri yang kembali muncul. Ivander menatap wajah Riana dengan saksama, merasa ragu. "Tidak mungkin dia orang baik, pasti ada maksud jahat di balik ini."
Ingatannya semakin lama semakin jelas tergambar, menampakkan bayangan saat dirinya mati-matian melawan demam yang hebat dan harus berhadapan dengan para pembelot. Andai saja demam tidak datang, ia pasti berhasil mengalahkan para pembelot bodoh yang dikabarkan menjual baju besi dan senjata secara sembunyi-sembunyi kepada pihak musuh. Selama tujuh tahun menjadi seorang prajurit, Ivander tidak pernah kalah, dirinya dikenal sebagai kesatria barat yang tak kasat mata—karena kegesitannya, sehingga sebelum musuh dapat menyentuhnya, ia sudah lebih dulu menghabisi mereka.
"Apa kau baik-baik saja?" tanya Riana, sudah entah untuk kesekian kalinya. Ia tidak lagi tertunduk sejak Ivander kembali merintih.
Merasa pandangan Riana tertuju padanya, Ivander kembali memperhatikan sosoknya dari pangkal rambut hingga ujung kaki. Bola mata hijau emeraldnya tampak jernih, rambut lurus panjang berwarna merah menjuntai indah, dan tubuhnya yang kecil serta ramping begitu mempesona. Tak heran jika ia mengira dirinya sudah mati karena melihat bidadari di hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Waiting For Lover (Menanti Kekasih)
RomanceDILARANG KERAS PLAGIAT⚠️ Senja kala itu menjadi awal pertemuan yang tak terduga, seolah takdir mengisyaratkan bahwa dialah Sang Penyelamat bagi Kesatria Barat. Sebagai satu-satunya yang tersisa, hatinya tergerak untuk memberikan pertolongan kepada s...