Di sudut ruang ini, aku masih menangis. Selalu saja seperti ini, aku lemah kalau menyangkut masalah ditinggal pergi.
"Zanuar, bangun, dong ..." gumamku.
Elektrokardiogram di sampingku berbunyi melemah. Aku lantas memanggil dokter, kemudian aku diusir dari ruangan itu.
Tak lama, dokter keluar. Ia memberitahukan bahwa Zanuar telah melewati masa kritisnya. Aku segera masuk ke ruangan itu lagi setelah dokter mengizinkan. Zanuar masih belum sadar. Aku menunggu sadarnya hingga rasa kantuk menyerangku.
"Nana, apa kabar?"
Aku merasakan tangan besar membelai suraiku. Aku bangun, dan yang kulihat adalah Zanuar tengah meletakkan tangannya di suraiku sambil tersenyum lebar. Spontan aku memeluknya. Aku sangat bahagia.
"Apa kabar?" ulangnya
"Sekarang baik," jawabku masih sambil menangis.
"Adiknya Zanuar gak boleh cengeng ... ."
Aku tersenyum lebar, Kakakku kembali. Bahagiaku tidak bisa diukur.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Random Life
RandomOne shoot story, beberapa kejadian yang pernah terjadi di hidup saya dan saya adaptasi.