[04] Papat

243 11 0
                                    

Usiaku sebagai Hayam Wuruk sudah 23 tahun.Aku mencoba menerima kepada keadaan yang takdir suguhkan kepadaku.

Sudahlah, saat ini aku tidak ingin membahas nasibku yang terombang-ambing ini.

Hari ini aku datang ketempat para prajurit berlatih.Banyak prajurit tengah berlatih pedang maupun panah.

Tentu saja alasanku datang kesini adalah aku rindu melihat suasana berlatih seperti ini.

Sekedar mengingatkan, sebelum tersesat di Majapahit aku adalah salah satu tentara Indonesia.Jadi melihat para prajurit kerajaan ini aku serasa melihat teman-temanku.

Penglihatanku berhenti pada seorang prajurit yang sedang mempersiapkan kudanya untuk pergi ke kolam.

Dia sepertinya tak menyadari kehadiranku.

"Aji Wirasaka, Komandan pleton satu pasukan Bhayangkara." Sapaku tiba-tiba kepadanya.

Kenapa tiba-tiba mulutku mengucapkan ini.Padahal aku tak mengenalnya.Mulut sialan.

Tapi aku merasa sudah mengenalnya cukup lama, padahal ini pertemuan pertama kami.

Prajurit itu membalikkan tubuhnya,la dengan cepat memberikan hormatnya.

"Salam hormat hamba kepada Baginda Raja." Ucapnya.

"Teman masa kecil ku,Aji Wirasaka.Sudah lama kita tak bertemu." Ucapku lagi.

Kenapa lagi-lagi mulut ini tak bisa diam.sudah kukatakan aku tak mengenalnya.

"Iya, Baginda Raja" jawab Aji disertai senyum.

"Melihatmu aku jadi teringat kepada ayahmu.Sifatmu mirip sepertinya.Tenang namun mematikan." sudahlah aku lelah dengan diri sendiri.Mulut ini terus saja berucap hal yang tak ku mengerti.

"Bukankah itu yang harus dimiliki seorang prajurit, Baginda?"

"Iya,kau benar Aji." jawabku mengiyakan.

"Baiklah jika begitu saya pamit undur diri, Baginda"

"Silahkan."

"Huh, untunglah dia sudah pergi.Jika tidak aku akan terus bicara hal yang tak ku mengerti." Batinku merasa lega.

Tersesat di Majapahit (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang