Bagian 1

3.2K 257 15
                                    

Sambil nunggu cerita lain update, aku kasih kalian bacaan baru. Semoga kalian suka dan jadi pelajaran berharga.
Selamat membaca!
Jangan lupa tap bintang dulu, ya.
Terima kasih.
.
.
.
☆☆☆

"Kok Tante yang jemput Hanan, bukan Ibu?"

Pertanyaan itu membuat pikiran Safina buyar. Sosok laki-laki kecil berdiri tak jauh dari bangku yang dia duduki. Senyum menghiasi wajah Safina untuk membuat laki-laki kecil itu tenang. "Ibu lagi ke rumah sakit, jadi Tante yang jemput Hanan," katanya pada laki-laki kecil bernama Hanan.

"Dedek Hanan mau lahir?" tanya Hanan polos.

"Iya," balas Safina singkat sambil tersenyum getir.

Di saat Hanan terlihat bahagia dan bersorak kemenangan karena akan mendapat keponakan, Safina justru merasa sedih. Bayi yang lahir dari rahimnya justru belum mau mengakui Safina sebagai ibunya, dan lebih mengakui Wulan sebagai ibunya. Wulan adalah bibi Safina, adik perempuan dari ibunya. Safina tak menyalahkan Hanan atau Wulan. Hanan seperti itu karena diabaikan oleh Safina setelah melahirkannya dan lebih memilih untuk pergi jauh menyembuhkan luka hati.

"Ibu bilang sama Tante kalau Hanan tidur di rumah Tante dulu sampai Ibu dan Ayah pulang dari rumah sakit," ungkap Safina pada Hanan sambil berjalan pulang.

"Enggak mau. Hanan mau ke Ibu dan Ayah. Hanan mau tidur di rumah sama Ibu dan Ayah." Hanan menolak.

Safina harus lebih sabar menghadapi putranya. Hanan butuh adaptasi menerima kehadirannya. Untuk saat ini, mungkin Hanan belum bisa menerima kenyataan jika Safina ibu kandungnya, tapi Safina yakin jika suatu hari nanti Hanan mengerti dan mau menerimanya.

"Ya sudah kalau Hanan nggak mau pulang ke rumah Tante. Biarin Hanan sendirian di rumah. Padahal Tante sudah siapin kamar buat Hanan. Tante beli gambar dinosaurus, boneka dinosaurus, dan baju dinosaurus buat Hanan." Safina memancing.

"Tante nggak bohong, 'kan?" tanya Hanan memastikan. Ada keraguan dalam ucapannya.

"Makanya ikut Tante dulu biar Hanan percaya," timpal Safina.

"Iya. Hanan mau ke rumah Tante Fina."

Safina berhasil membujuk Hanan agar percaya dan mau tinggal bersamanya untuk sementara waktu. Bagaimana mungkin seorang ibu tidak bisa membuat anaknya percaya? Saat ini, Hanan adalah harta paling berharga dalam kehidupan Safina. Sudah tiba waktu di mana Safina harus mengakhiri keegosiannya selama ini karena sudah meninggalkan Hanan.

Setelah menempuh perjalanan selama 30 menit menggunakan angkutan umum, Safina dan Hanan tiba di halaman sebuah rumah. Safina menyiapkan rumah itu untuk dihuni bersama putranya. Rumah itu sengaja Safina beli dengan hasil jerih payahnya selama bekerja di negeri orang. Hampir lima tahun Safina tak bertemu Hanan. Dia menitipkan Hanan pada Wulan setelah melahirkan. Beberapa hari yang lalu Safina tiba di rumah bibinya setelah kontrak kerjanya di negara orang berakhir.

"Mana dinosaurusnya?" Hanan langsung menagih saat mereka tiba di dalam rumah milik Safina.

Senyum tak pudar dari wajah Safina melihat raut putranya. Langkahnya terayun menuju sebuah pintu. "Ini buat Hanan." Safina membuka pintu kamar yang sengaja dibuat khusus untuk putranya.

Kejutan dari Safina disambut bahagia oleh Hanan. Laki-laki kecil itu terlihat senang melihat beragam tokoh hewan kesukaannya. Pandangannya tak henti mengitari seisi ruangan itu. Rautnya takjub. Safina tak menyangka jika putranya akan menyukai jenis hewan besar yang sudah punah itu. Hanan bahkan fasih menyebut satu per satu nama spesies dinosaurus. Dengan cara seperti itu, Safina berhasil membujuk Hanan dan membuatnya percaya.

Kenapa Memilihku, Ustadz?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang