PLAK...
"Pasti kamu yang mengirim rekaman itu pada kepala sekolah. Gak usah sok rajin deh! Kalau gak suka sama aturan kita, pergi aja dari kelas favorit."
Dili berlari keluar kelas sambil memegangi pipinya yang memerah, perih, tapi dia enggan memperlihatkan air matanya di depan siapa pun. Satu persatu anak tangga berhasil dilewati meski pandangannya mulai mengabur, langkahnya terhenti di pinggir tembok pembatas teras lantai 3.
"AKU BENCI SEKOLAH INI!" teriaknya melepaskan beban yang telah ditahan sejak lama. Belum genap sebulan sejak dia menjadi murid SMA, begitu banyak hal buruk yang menyertai hari-harinya. Andai saja dia tidak mengharapkan beasiswa, lebih baik belajar di sekolah biasa, andai saja orang tuanya masih ada, mereka pasti tidak akan membiarkan anak kesayangan mereka terus-menerus meneteskan air mata.
SMA Cahaya Banua adalah satu-satunya SMA unggulan di Banjarmasin yang memiliki program beasiswa penuh untuk murid-murid berprestasi. Sekolah ini bahkan menyediakan rumah pribadi di kompleks perumahan Cahaya Banua sebagai asrama untuk murid-muridnya, dan tersedia gratis bagi murid-murid yang berhasil masuk kelas favorit. Mereka bisa belajar dengan nyaman di lingkungan yang damai.
Dili begitu terkesan saat mendengar kakak angkatnya menceritakan betapa beruntungnya bisa menjadi murid kelas favorit. Kelas yang diisi 15 murid cerdas lewat proses seleksi yang ketat, tentu saja setiap orang merasa beruntung menjadi bagian darinya. Hanya saja, yang terjadi pada Dili justru sebaliknya.
Sejak hari pertama Masa Orientasi Siswa, Dili diganggu oleh seseorang yang bahkan tidak dia kenal. Berbagai hal buruk terus menerus berdatangan saat proses seleksi ekstrakurikuler dan organisasi sekolah. Belum cukup dengan itu, teman-teman sekelasnya bahkan sepakat dengan gerakan anti belajar yang mereka sebut Merdeka Belajar. Gerakan ini bertujuan mengusir guru-guru sehingga mereka enggan mengajar di kelas favorit.
Hanya tiga dari lima belas murid yang menolak gerakan tersebut secara terang-terangan, yaitu Dili serta si kembar Ali dan Lia. Tapi Ali dan Lia tidak menunjukkan penolakan mereka dengan serius, mereka tetap belajar secara pribadi di kelas yang gaduh tanpa protes sedikit pun. Jadilah Dili yang dituduh menyebarkan rekaman video berisi seruan Dhoni saat memulai gerakan tersebut.
"Kita ini murid-murid terbaik, tanpa belajar pun tidak akan ada murid dari kelas biasa yang bisa menyaingi kepintaran kita. Mari bertaruh untuk itu!" teriak Dhoni dengan percaya diri. Isi rekaman ini cukup untuk dijadikan bukti tentang dalang di balik semua kekacauan yang terjadi pada Kelas Sepuluh Favorit. Berkat hal itu pula, Dhoni mendapatkan hukuman yang mempermalukan harga dirinya sebagai ketua preman sekolah, yaitu tugas menjadi Ketua Keamanan Siswa selama satu tahun.
______________________________________
"GOGENPEDIA"Tokoh yang terlibat:
1. Dili
2. Dhoni
KAMU SEDANG MEMBACA
Good Generation (TERBIT✓)
Teen Fiction🥇#1 - Potensi 🥇#1 - Marathon 🥉#3 - Istimewa SMA Cahaya Banua adalah satu-satunya sekolah yang memiliki program kelas favorit. Program ini bertujuan untuk mengembangkan potensi para murid agar siap menjadi pelopor kemajuan bangsa di masa depan. ...