BAB 19

17 6 0
                                    

“Membuat perangkap memerlukan waktu yang tidak sedikit, sebaiknya kita fokus pada penyamaran saja,” usul Dili setelah mendapatkan misi baru dari panitia yang datang ke setiap area kemah peserta. Panitia yang diutus tersebut membawa selembar kertas berisi keterangan misi yang harus ditaklukkan untuk mengeliminasi para peserta yang kurang layak menjadi anggota Pramuka.

Nama misinya adalah menyatu dengan alam, tugas mereka yaitu kembali ke posko utama dalam waktu secepatnya, mereka boleh melakukan apa saja untuk menyingkirkan saingan yang berada di luar tenda, mereka tidak harus bersama anggota kelompoknya karena ini misi individu, 25 peserta tercepat akan langsung dilantik menjadi anggota Pramuka di posko utama.

Kelompok Dili memutuskan untuk menyelesaikan misi ini secara berkelompok agar bisa saling melindungi, apalagi kondisi Ika belum membaik. Mereka melepas ikatan di empat sudut jas hujan, lalu memasanginya dengan dahan yang bisa ditancapkan ke tanah untuk mendirikan tenda. Cara ini tidak mereka lakukan saat membuat tenda kemarin karena tenda mereka akan lebih luas jika ujung-ujungnya di bentangkan membentuk atap yang rata.

“Karena tidak boleh menyerang kelompok yang di dalam tenda, maka kita akan aman, hanya saja kita harus berjalan sambil jongkok agar tenda ini tidak terlihat mencurigakan.” Dili kembali menjelaskan tentang rencana mereka. Dia membuat konsep tenda berjalan agar bisa mengecoh saingan, empat orang yang memegangi dahan di ujung tenda akan menancapkannya ke tanah jika mereka bertemu seseorang, hal ini akan membuat orang lain berpikir bahwa dia sedang melewati area tenda kelompok lain yang sudah kosong.

Satu orang lainnya berada di posisi tengah untuk menjadi penunjuk arah yang dia lihat dari lubang bagian kepala jas hujan. Mereka hanya perlu berjalan sambil bersembunyi, penyamaran yang cukup mudah dan tidak memakan banyak waktu, dibandingkan dengan mencari bahan-bahan alam seperti daun untuk membentuk pakaian penyamar, atau membuat perangkap yang juga perlu waktu dalam penyiapannya.

Berjalan dengan cara jongkok dalam jarak kurang lebih satu kilometer memang tidak mudah, apalagi saat hati mereka dipenuhi rasa khawatir. Saat bertemu tanjakan atau menyeberangi sungai kecil, mereka harus berdiri dan keluar dari tenda, sebelum itu mereka harus memastikan bahwa tidak ada siapa pun di sekitar mereka.

Di satu sisi, kelompok Satria juga memilih bergerak bersama dengan anggota kelompok mereka. Strategi mereka adalah berjalan dengan penuh hati-hati sambil bersembunyi di balik pohon, salah satu dari mereka bertugas untuk memantau sekitar dengan cara memanjat pohon. Mereka lebih memilih bersembunyi dari pada melakukan cara licik untuk menjebak saingan.

Di sisi yang lain, Rama justru memilih untuk memisahkan diri dari kelompoknya karena beranggapan bahwa melindungi anggota kelompok hanya akan membuang waktu dan sangat merepotkan. Dia bisa sampai ke posko utama lebih cepat jika bergerak sendirian.

Tanah yang licin dan dipenuhi genangan air bekas hujan, menjadi salah satu menghambat. Beberapa peserta yang tidak hati-hati dalam melangkah bisa terjerumus ke dalam lubang yang tertutup air, maupun tergelincir, ada pula yang masuk dalam perangkat peserta lain sehingga kesulitan untuk menyelesaikan misi.

Satu jam berlalu dan hanya ada 25 peserta yang berada di posko utama. Mereka mendapat misi kedua yaitu mencari teman-teman mereka yang hilang. Dili merasa ada yang aneh, para panitia seperti sudah menentukan siapa yang akan diterima menjadi anggota Pramuka dan siapa yang harus disingkirkan. Hadirnya misi kedua seakan bukti kuat tentang pendapat Dili, panitia terlihat bersikap normal dan tenang meski lebih dari setengah peserta menghilang.

Tugas untuk mencari mereka diserahkan kepada peserta, padahal harusnya panitialah yang bertanggungjawab atas kendala-kendala yang terjadi selama proses seleksi. Kali ini, mereka diberi tiga pembekalan setiap orang yaitu ponsel, tali tambang dan pisau yang sangat tajam. Demi menghemat waktu, mereka hanya boleh membentuk kelompok menjadi dua orang. Belum sempat Satria mengajak Dili untuk satu kelompok dengannya, Dili sudah menghampiri Rama dan membentuk kelompok dengannya.

Empat ratus meter berjalan, Dili dan Rama menemukan sebuah rumput yang aneh. Meskipun berada di antara hamparan rumput lainnya, rumput tersebut sangat kering seakan tidak terkena hujan kemarin malam. Rama mengambil sebuah ranting panjang yang sudah jatuh dari pohonnya, lalu mengarahkan ranting tersebut ke arah rumput kering.

Firasatnya benar karena dibalik rumput aneh tersebut terdapat sebuah lubang besar dan dalam. Hal yang mengejutkan adalah peserta yang terjerumus di dalamnya tampak tidak sadarkan diri. Meski dilarang oleh Rama, Dili tetap masuk ke dalam lubang tersebut dan menemukan luka goresan benda tajam di telapak kaki laki-laki tersebut. Lalu, yang menarik perhatian Dili adalah jejak kaki orang lain yang dia temukan di dalam lubang.

Dia menduga bahwa laki-laki itu dilukai setelah jatuh ke dalam lubang, luka di telapak kaki seakan menjadi pengalih, padahal bisa saja pelaku sengaja melukai di bagian telapak kaki agar korban kesulitan untuk berdiri dan keluar dari tempat tersebut. Hal ini juga dibuktikan dengan adanya rumput pelindung yang diletakkan tepat di atas lubang, menyamarkan tempat kejadian agar tidak mudah ditemukan.

Kalau dipikir-pikir, rasanya terlalu berlebihan jika salah satu peserta melakukan hal seperti ini hanya demi mengurangi saingan. Melukai dan mengurung orang lain di tempat yang sulit ditemukan adalah tindak kejahatan, korban bisa kehilangan banyak darah akibat lukanya, apalagi jika ditemukan dalam waktu yang cukup lama, tentu akan berakibat sangat buruk.

“Kita harus segera kembali untuk memperingatkan yang lainnya. Ada penjahat di sekitar kita, Rama.”

“Sejak kapan kamu bisa khawatir terhadap orang lain?” Meski ekspresinya terlihat santai, sebenarnya Rama cukup terkejut mendengar berita buruk dari Dili.

“Aku memang tidak khawatir, tapi ada seseorang yang mengajarkanku untuk berpikir logis sebelum bertindak. Aku merasa hal seperti ini bisa digolongkan sebagai bahaya, jadi ada baiknya kalau memperingatkan yang lain agar tidak ada korban tambahan. Apakah aku salah?”

Tanpa membuang waktu, Rama membantu Dili mengeluarkan laki-laki tersebut. Mereka membopongnya dengan langkah cepat. Dili teringat adegan-adegan di film thriller yang membuat Kiya sangat ketakutan saat mereka menonton bersama, tokoh antagonisnya adalah seorang manusia yang tidak berperasaan, dia bisa melakukan apa saja kepada orang lain tanpa merasa kasihan.

Setibanya di posko utama, Khaidir bertanya tentang apa yang terjadi terhadap orang yang dibawa oleh Dili dan Rama. Dili segera menjelaskan tentang keanehan yang membuat dia merasa ada seseorang yang berbahaya di sekitar mereka. Khaidir langsung memerintahkan para panitia untuk mencari semua peserta dan membawa mereka ke posko utama secepatnya.

“Tentu saja ini aneh, Dili. Karena area hutan tidak boleh dimasuki siapa pun jadi harusnya hanya ada para peserta, tapi orang ini bukan salah satu peserta,” ucap Khaidir dengan ekspresi takut.



______________________________________
"GOGENPEDIA"

Tokoh yang terlibat :
1. Dili

 Dili

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

2. Rama

 Rama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Good Generation (TERBIT✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang