-2-

330 51 0
                                    

Levi dan [Name] bisa disebut teman masa kecil.

Jika mau lebih keren, kalian dapat menyebutnya osananajimi?

Dari sekolah dasar ia dan [Name] sudah berteman dekat. Tapi sekarang hubungannya dan [Name] sudah agak longgar.

Penyebab utamanya tentu saja karena kesibukan masing-masing.

Bedanya [Name] sibuk berkencan, sementara Levi diam-diam mengikuti [Name].

Agak seram memang kesannya.

Sebenarnya, awal mula dari itu semua adalah salah Levi sendiri, yang tiba-tiba pindah ke pusat kota bersama Ibunya.

Sebuah keajaiban, sekarang [Name] bisa berduaan dengan Levi, ya, hanya berdua.

"Sudah lama ya"

"Hm"

Sialan, kenapa canggung seperti ini.

Birunya air laut menjadi latar mereka saat ini, seharusnya ini menjadi hal yang mendukung Levi melakukan aksinya.

Mereka berdua saling diam. Hening, sampai-sampai suara burung di pulau seberang pun dapat terdengar.

[Name] menghela nafasnya, tidak suka dengan suasana seperti ini. Dulu, tepatnya 5 bulan yang lalu ia dan Levi masih berkomunikasi secara normal, topik pembicaraan pun selalu mengalir.

"Pacarmu mengizinkanmu pergi denganku?" tanya Levi memulai pembicaraan kembali.

[Name] menoleh, uh akhirnya.

"Agak sulit meminta izin padanya, sepertinya ia takut jika aku berselingkuh denganmu" jawab [Name] dengan nada jahil diakhirnya, Levi mendengus mendengarnya.

Dasar, padahal [Name] sendiri tahu bagaimana perasaan Levi kepadanya.

Jika ditanya tahu darimana, tanpa diberitahu saja sudah terlihat jelas. Levi memperlakukannya berbeda dengan gadis lain. Kecuali--

--Hange? Levi menganggap Hange seperti teman lelakinya, jadi normal saja.

Tapi, hal itu tak sama jika dengan Petra.

Jujur [Name] sedikit sakit hati jika melihat interaksi mereka berdua.

"Bukankah anak itu terlalu mengekangmu?" tanya Levi ketus.

Bagus Levi, langkah pertama yang baik, meskipun caranya kurang mulus.

"Tidak apa, aku menyukainya" jawab [Name] sambil tertawa, "kau sendiri? Apakah pacarmu tak marah--"

"Tch, aku tak punya pacar atau apapun itu. Memikirkannya saja geli jika aku berpacaran dengan gadis lain."

"Oh? Jadi siapa yang menjadi pengecualian untuk 'gadis lain' itu?" [Name] gemas, ia ingin memastikan apakah yang ia pikirkan tentang Levi benar?

"Bukan urusanmu." Levi menenggak teh di kaleng, kemudian berdiri di hadapan [Name]. "Apakah kau akan tetap bertahan bersama anak itu jika dia bermain dengan gadis lain?"

[Name] sontak menepuk paha Levi, lalu ikut berdiri menatap laki-laki yang lebih pendek sedikit dari dirinya itu. "Jahat sekali kau, jangan menakut-nakutiku,"

Gadis itu tak marah dengan ucapan Levi, hanya sedikit kesal jika Levi bercanda seperti itu.

"Aku hanya bertanya" Levi memegang kedua bahu [Name], mendorongnya agar duduk kembali. Tak nyaman jika harus sedikit mendongak ketika berbicara dengan gadis itu.

Kekehan lolos dari bibir [Name], "Bukan kau sekali. Ngomong-ngomong bagaimana kabar bibi Kuchel? Aku rindu masakannya~"

[Name] tak bisa merajuk pada Levi, ingat.

Levi menarik satu sudut bibirnya, tipis, sangat tipis. [Name] yang berada didekatnya saja tak menyadarinya.

Kaleng ditangannya diletakkan di kepala [Name], kemudian Levi mulai melangkah untuk pulang.

"Datanglah ke rumahku, dia bilang padaku jika dia merindukan kau juga."

---

"Ibu, besok masaklah yang banyak, aku akan membantu memasak"

"Levi? Selamat datang di rumah. Ada apa tiba-tiba?"

Kuchel menatap anak bujangannya heran, ia tak pernah seperti ini sebelumnya. Kecuali jika ada sangkut pautnya dengan [Name], anak perempuan yang paling Kuchel sukai.

"Apakah [Name] akan datang kesini?"

Tanpa menjawab pertanyaan Ibunya, Levi langsung masuk ke kamarnya.































'Berhasil'

Couple : Tanpa Rem 『Levi Ackerman』HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang