-7-

138 18 0
                                    

Kamar yang gelap serta sepi, hanya terdengar suara samar-samar dengkuran halus dari seorang pemuda yang tengah bermesraan dengan selimut dan kasurnya, juga jangan lupakan si bantal yang kini sudah berpindah fungsi menjadi bantal kaki.

Nikmat sekali.

Namun kenikmatan itu sirna seketika saat ponselnya berbunyi.

Levi, ia tidak mengalami gangguan telinga, akhirnya terbangun dengan wajah masam.

"Siapa pengganggu yang menelfonku?"

Ekspresinya langsung berubah 180° setelah melihat nama sang penelfon, yang tak lain dan tak bukan adalah [Name].

"Aku tarik kembali ucapanku tadi" gumam Levi.

"Levi!"

Levi langsung menjauhkan ponselnya dari telinga. Rasa kantuknya langsung hilang setelah mendengar teriakan [Name] dari seberang telfon.

Ia terkejut.

"Ada apa?" tanya Levi sambil berjalan ke lantai bawah, ia berniat mencuci muka.

"Kau lupa hari ini hari apa?" tanya [Name]. Namun Levi salah fokus dengan suara belender yang terdengar seperti berada di dekat [Name].

'Apa yang sedang dilakukan [Name] tengah malam begini?'

"Memangnya hari apa?"

[Name] terdengar mendengus, "hari Pocky!"

Ha?

"Benarkah?" tanya Levi memastikan.

"Kau lupa?"

"Aku akan segera kerumahu."

"EH?! KAU BODOH YA? bercanda deh. CEPAT ATAU KUENYA AKAN KUHABISKAN!"

---

"Levi!!"

Sesampainya di rumah [Name], Levi langsung diserbu oleh ibu sahabatnya itu. Di pat-pat kepalanya, di cubit pipinya, dan lainnya. Rutinitas Ibu [Name] dulu ketika Levi bermain ke rumahnya.

"Sudah lama sekali kau tak main, nak!sudah berapa tahun ya sejak terakhir kali kau kesini? [Name] merindukanmu tahu!" oceh Ibu [Name].

Sebentar...

[Name] merindukannya?

[Name]?!

Merindukannya?!

Sulit dipercaya, tadi siang saja mereka bertemu.

"Ibu jangan membual!" [Name] mengelak, semburat merah tipis terlukis di pipinya.

Ibu [Name] hanya tertawa, ia lalu mendorong Levi untuk duduk di kursi. "Sudah-sudah, ayo kita makan kuenya."

Mereka bertiga memakan kue dengan isian beberapa rasa Pocky didalamnya.

Ayah [Name] yang mendengar suara gaduh di lantai bawah ikut menyusul, padahal sebelumnya ia bilang "aku mengantuk, mau tidur saja"

Dari dua kue yang dibuat, mereka ber empat berhasil menghabiskan satu kue. Perut mereka sudah terisi penuh,  rasa kantuk pun datang menyerang.

"Levi menginaplah disini, Bibi sudah menghubungi ibumu" ujar Ibu [Name]. Jika sudah begitu tak ada pilihan lain selain menyetujuinya.

"Baiklah, terimakasih."

Ibu [Name] tersenyum misterius ke [Name], [Name] yang tak paham hanya membalas senyuman Ibunya.

"Ibu daritadi tersenyum, kenapa?"

Mungkin merutuki tingkah [Name] di dalam hati adalah cara terbaik yang harus dilakukan.

"Tidak, setelah gosok gigi kalian langsung tidur di kamar [Na]--"

"Levi tidur bersama ayah, tidak ada yang namanya dua remaja yang belum menikah tidur bersama" potong Ayah [Name] dengan tegas, Ibu [Name] mendengus kesal.

Ya Tuhan, sabarkanlah Levi.

---

"Nak Levi" panggil Ayah [Name].

Kini Levi dan Ayah [Name] sudah berbaring di tempat tidur, namun diantara mereka belum ada yang tertidur.

Levi yang dipanggil sang calon mert-- Ayah [Name] berusaha untuk menjawa sesopan mungkin "ya?"

"Sebenarnya, paman..."

Levi diam saja, ia menunggu Ayah [Name] meneruskan ucapannya.

"Paman tidak suka dengan kekasih [Name] yang sekarang, paman tahu dari seseorang kalau dia sering bermain ke ho--"

"Paman, tolong jangan diteruskan." Sela Levi, firasatnya ternyata benar.

"Saya tahu apa yang harus saya lakukan" lanjut Levi.

Ayah [Name] mengangguk, ia tersenyum. "Terimakasih, paman mohon bantuanmu"

TBC

AKHIRNYA BISA PUBLISH LAGI!

Ai udah masuk SMA guis, jadi sibuk dan bener-bener gak ada waktu buat lanjutin cerita, maaf banget hwhw. Sampai jumpa lagi kapan-kapan☝️

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 01, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Couple : Tanpa Rem 『Levi Ackerman』HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang