Part 1

10.7K 201 15
                                    

Hy semuanya, aku anak baru, ingin mencoba membuat cerita tentang seseorang dengan idolanya yg membuatnya menjadi semakin dekat kepada Allah dan Rasulullah,,

Kasih tanggapannya ya,,,gimana pendapat kalian??

Ketika sang fajar menyemburatkan warna jingga tersebar diufuk timur. Disaat inilah aku menarik nafas baru dihari senin untuk senin yang kesekian kalinya disepanjang umur yang aku telah jalani. Apa yang bisa aku wujudkan disetiap detik yang akan aku jalani kalau setiap hari menorehkan noda kesalahan dihadapan sang pencipta.

Ya Allah aku ingin dekat kepada- Mu biar setiap hari bisa Engkau tegur dengan kasih sayang-Mu. Sehingga aku bisa menemuimu dalam limpahan kasih sayang.

Goresan pena kerinduan

By Lily.

Aku tersenyum simpul saat membaca ulang tulisan ku sendiri. Dan bacaanku terhenti saat pintu kamarku diketok berulang- ulang oleh Azkia teman satu asrama.

" Assalamualaikum ly..." katanya dengan ketukan pintu lagi.

" Walaikumsalam masuk tidak dikunci kok." jawabku dari dalam dengan nyaring.

" Weleh- weleh... pagi- pagi sudah nulis puisi kamu dah shalat belum ?." Tegurnya saat mengambil kertas binder motif bunga dan ikut membaca.

"Emang klo belum kenapa?" Ku angkat alis sebelah kanan sambil meledeknya.

" Ya ampun lily..... sekarang sudah jam berapa tuh lihat langit udah cerah gini.....gak malu ape kelihatan matahari shalat subuhnye. " Cerocosan khas betawi muncul lagi aku sih menutup mulut untuk menahan ketawa. Lucu sih bahasa tu menurutku walau hampir setahun diam dikalimantan tetep aja belum hilang.

" Eh gue nanya kok gak dijawab". Mulai esmosi nih sahabat ku.

" Iya Azkia gue nda shalat soalnya lagi mens he he".

" Ya ampun coba bilangin dari tadi kek gak buang- buang energi suara deh gue". Sewot wajahnya tampak lagi.

" Azka gimana ceritanya malam tadi?" Aku mengalihkan pembicaraan.

" Aduh ly aku males ngomongnya," Azka menghepaskan badanya dikasur empukku.

" Ya sudah kalo ga mau cerita." kataku tak bersemangat.

" Ya iya gue, mau cerita nih sekarang makanya pagi- pagi udah nangkring kekamarmu. Aku segera memperbaiki posisi dudukku kepada dia supaya nyaman biar lawan bicara merasa dihargai karena tanggapan kita baik karena adab kita.

" Malam tadi gue kan dipanggil ummi Syarifah pengasuh puteri pondok kita ini". Azka menarik nafas sebelum melanjutkan.

" Trus... ". Aku penasaran banget.

" Eh ternyata aku mau dijodohkan sama anak beliau yang namanya Syarif." Aku melongo.

" Hah.....! Syarif bukankah dia yang sekolah di Hadramaut itu, pernah menjadi juara satu dijurusan syari'ah di pondok pesantren Sunniyah Salafiyah." cerecosku tanpa henti.

" Ya sudah - sudah jangan terlalu keras ngomongnya nanti kedengaran anak- anak dikamar sebelah apalagi kalau sampai kedengaran ustadzh lain." Tegurnya.

"Ok.. Sorry- sorry tapi wajar aja kamu dijodohkan sama anak beliau lagian kamu ustadzah penting disini lain dengan aku. Yang cuma ngajar ngaji doang".

" Aduuh jadi orang penting disini itu tambah susah tahu seolah- olah, aku itu kaya terikat. Kalau bantu- bantu ngajar dan lain ok setuju banget tapi klo dijadiin mantunya bu nyai gak deh,, elo tahukan klo gue itu cita- citanya gak mau diam dipondok terus, gue to mau keluar gitu ngajar sambil usaha atau punya toko atau restoran gitu".

" Tapikan kalau kamu jadi mantunya bu Nyai masih bisa kok keluar- keluar, kita aja para aparat pondok gak kena sanksi kalau keluar- keluar, apalagi kamu. " Timpalku.

" Bukan itu masalahnya, tapi mama ga merestui perjodohan ku dengan Syarif. Azkia termanggu dengan menopang tangan ke dagu.

"Lho kok bisa,,, padahal lelaki mana lagi sih yang lebih baik dari pada kak Syarif orangnya alim, pinter kaya juga, ganteng mungkin,, mungkin sih aku kan gak pernah melihat wajahnya." Azkia tersenyum tipis.

" Bener apa yang kamu bilang ly..".

" Tumben pake aku, kamu sejak kapan.?" ujarku menyela ya semenjak dari terpengaruh bahasa kamu." Azkia mendelik.

" Ya gak cocok juga ustadzah ngomongnya begituan nanti ketahuan santriwati bisa- bisa ikutan ngomong kaya kamu". Kataku menasehati.

"Terus gimana dong gue". Yah mulai lagi bahasa asli, tapi aku tak menegur nanti dia akan terbiasa sendiri dengan bahasa sopan.

" Aku bingung kok mama kamu gak setuju sama perjodohan tu kenapa?" Aku meraih selembar tissue.

" Alasannya ya karena aku sudah dinikahkan sejak umur tiga tahun dengan seorang anak kiayi di kota Intan."jawabnya sambil tertunduk malu.

" What..... kok bisa begitu tetap sah nikahnya?."

" Tetap sah,, kalau walinya ya ayahku yang menikahkan waktu itu suamiku juga masih kecil umur kami sama tiga tahun, cuman selama itu sampai saat ini kami belum ada pertemuan apalagi berhubungan paling tidak cuma memandang foto masing- masing saja untuk melihat keadaan masing- masing, dan dari kedua belah pihak keluarga kami pun tetap baik- baik saja tanpa ada kata memutuskan hubungan satu sama lain." Azkia mulai melepas mukananya hingga nampak geraian rambut panjang nan indah.

" Kamu kenapa baru cerita sekarang."? Aku merasa kecewa padahal aku suka sih klo dia bisa menikah dengan kak Syarif.

" Inikan rahasia saja lagian aku gak suka ketahuan orang- orang bahwa Azkia binti Ibrahim adalah istri sahnya Ahmad Rafi bin Kiai H Ahmad Fauzi Al Banjary." Narsisnya keluar lagi..

" Subhanllah jadi lo beneran mantunya Kiai  Ahmad Fauzi Masya Allaah,,,, gak nyangka gue." Nah ketularan penyakitnya gue elo.
" Ha ha...ha gak percaya ya....." Azkia menutup mulutnya supaya ketawa jangan terlalu keras.

" Sumpah mati deh,,, aku nda percaya tapiii kayanya iya sih dipikir- pikir kan rumah nenekmu dekat sama rumah kiai Ahmad Fauzi."

"Gimana menurutmu hei lily...". Aku seolah tak berada dikamar ini.

"Klo yang itu aku setuju banget sih siapa yang tidak pingen sama anak ulama waliyullah habib lagi kaya pinter alim kayanya tambah kece,, klo kulihat foto saat Rafi masih kecil sama kakaknya, kamu harus bilang masalah itu sama ummi biar beliau mengerti." saranku

" Belum sih nanti pas ummi datang kerumah jadi biar mama aja yang menjelaskan."

" Nah bereskan jadi ngapain galau,,,,,". Tembakku.

" Tapi ly,,,, aku tuh mulai suka sama Kak Syarif Ya anggaplah bunga- bunga cinta mulai tumbuh, tapi gue gak tega lagi kalau harus mutusin hubungan kekeluargaan dengan pak Kiai Dahlan." Ucapnya setengah merengek.

" Nona Azkia tak usah bingung hadapi dulu kenyataanya, kamu harus ngomong terbuka sama orang- orang yang punya urusan penting jangan didiemin gitu aja. Mereka orang - orang yang punya pikiran dewasa apalagi ummi kita pasti beliau lebih bijak dan tidak memaksakan keputusan beliau. Tinggal kamunya aja lagi yang pandai- pandai mengelola perasaan hati. Kucoba untuk menenangkannya seraya memegang tangan kanannya.

TBC

.

.

.

.

.

.


Itu dulu ya yang pertama kalinya mohon kritik dan sarannya he he dan votenya juga.

Makasiih

LOVE  PESANTRENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang