11'Rumpang

428 64 5
                                    

2019,

Kami sedang menghadiri suatu rapat bersama seperti biasa.

Malaysia yang heboh dengan Philipina,

Singapura yang ditengah-tengah rapat suka menawarkan produknya,

Thailand dan Vietnam pusing dengan mereka semua, sudah seperti orang tua.

Aku? Menyimak mereka saja.

Hari-hari biasa dilewati.

Bahkan sekarang sudah masuk satu tahun setelah kepergianmu.

Kembali ke hari itu..

Setelah kau menghembuskan napas terakhir, aku segera menghadiri rapat.

Adikku, Malaysia menanyakan keadaanmu setiap hari kami bertemu.

Sayang sekali, kali itu jawabanku membuat dia menangis.

Philipina juga begitu, Singapura dan Vietnam hanya bisa menenangkan mereka walau ia juga sama sedihnya.

Thailand tahu aku tak kuasa, jadi ia memelukku.

Berkata padaku bahwa, 'kau harus ikhlas, Dirga.'

Apa itu ikhlas? Adanya terpaksa saat itu aku membatin.

Sekitar dua minggu aku terpuruk dalam kesedihan kehilanganmu.

Baru sadar bahwa kau hanya manusia biasa.

Bisa mati,

Bisa membusuk.

Atasanku sampai mengomel padaku, apakah mentalku tak terguncang?

Aku tak terbiasanya sendiri sepertinya.

Suatu hari tuan Netherlands dan Jepang berkunjung, entah untuk apa.

Aku bisa membaca bahwa mereka prihatin pada keadaanku.

"Dirga, kau tak bisa seperti ini terus." Ucap Netherlands, Abel.

Aku tahu itu.

Aku yang paling tahu soal itu.

"Dirga-kun, jika (name)-san melihatmu seperti ini apa dia akan senang?" Tanya Jepang, Kiku.

Tentu tidak, aku tahu itu..

"(Name)-san, tak pernah menyesal bertemu denganmu.." ucap Kiku lagi.

Tahu dari mana kamu?

"Wajahnya selalu berseri-seri saat bersamamu. Saat kita rapat bersama dia tak pernah melihat kearah lain selain kamu." Kiku.

"Saat Italia-kun mengajaknya ngobrol, dia yang paling antusias berbicara tentangmu." Kiku.

"Dia sayang padamu, Dirga-kun."

....

Aku juga..

"(Name)-san pamit memintamu untuk relakan dia pergi.."

Ah..

Pada saat itu, air mataku tak dapat dibendung kembali.

Lolos dari kedua pipiku jatuh ke lantai.

Kiku dan Abel memelukku kembali, membiarkan air mataku jatuh di kedua bahu mereka.

Memang susah merelakanmu, (name).

Tapi aku harus terbiasa.

Jika tidak, kau akan sedih 'kan?

Dan yang benar saja,

Bunga Anggrekmu telah layu bersamamu.

Maaf aku tak bisa menjaganya.

"Abang bengong aja, ribut dong bareng kita" ucap Malaysia.

"Yeeee ribut kok ngajak-ngajak. Kamu noh yang diem." Singapura.

"Eh asik tau ribut begini, ciri khas ASEAN kan." Philipina.

"Mana ada kayak begitu.." Vietnam.

Aku tertawa bebas, sudah lama tak begini.

Ah,

Aku lihat (name) berdiri disana,

Kau masih muda disana,

Tersenyum manis.





















'Aku bangga padamu, Dirgantara..'











'Terima kasih sudah mengajakku hidup bersamamu..'

















Katanya mimpiku akan terwujud

Mereka berbohong

Mimpiku tetap semu

- Rumpang -

END

RumpangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang