Kyaaaaaa demi apa tadi aku ketemu teman yang sudah sepuluh tahun tidak ku dengar kabarnya, namanya Arga. Tapi karena aku mau urus undangan pernikahan ku, makanya gak sempat cerita banyak ke Arga padahal kangen banget sama dia.
Oh ia nama aku Patricia Adeline teman-teman manggilnya Chia, dari dulu sampe sekarang banyak yang bilang cara ku berbicara seperti anak kecil. Padahal kan aku hanya Ikut ajaran grandma, aku juga udah besar kok buktinya sekarang udah mau nikah sama pacarku kak Brian.
Aku sama kak Brian udah 5 tahun pacaran, semua orang pasti juga bahagia kalau dia bisa nikah sama orang yang dicintai. Aku pun juga bahagia.
Sekarang aku baru pulang setelah mengambil undangan pernikahan, duuh jadi senyum-senyum sendiri deh. Tak sengaja mataku melihat sebuah mobil sedan hitam tepat di depan taxi yang ku tumpangi, itukan mobil kak Brian mau ke mana yah dia jam segini.
Kulihat jam sudah menunjukkan pukul 22.00, aku menyalakan handphone ku dan membuat aplikasi WhatsApp mungkin saja tadi Kak Brian mengirim pesan pada ku tapi malah tidak ada pesan masuk sama sekali.
"Pak, kita ikutin mobil yang didepan yah!" Pinta ku pada sang sopir taxi, aku sedikit penasaran kemana dia pergi jam segini tanpa mengabari ku atau jangan-jangan kak Brian mau membuat kejutan?! Ah apa aku terlalu GeEr.
Setelah mengikuti mobil milik kak Brian, aku sudah berada di sebuah club malam yang entah apa namanya. Aku segera membayar dan turun dari taxi, mengendap-endap mengikuti kak Brian yang sudah masuk ke dalam club itu.
"Hei!" Aku menoleh ke salah satu penjaga pintu club "anak SMA tidak boleh masuk!" Apa dia bilang aku anak SMA? apa aku terlalu kecil padahal aku ini sudah 28 tahun.
"Siapa bilang aku anak SMA aku ini sudah dewasa!" Elakku sambil menunjukkan kartu identitas yang aku miliki, setelah membandingkan ku dengan foto di kartu identitas dia baru mau mempersilahkan masuk.
Hah, aneh-aneh saja masa aku dikira anak SMA aku ini sudah dewasa. Aww, seseorang tidak sengaja menabrak bahu ku, dari caranya berjalan sepertinya dia mabuk dan huek bau ini aku baru sadar bau alkohol sangat menyengat ditempat ini dan apa itu wanita yang menari di atas tiang dan bajunya yang begitu terbuka.
Sebenarnya untuk apa sih kak Brian ke tempat seperti ini, mataku terus mencari keberadaan kak Brian dan tanpa sadar aku sudah terlalu masuk ke dalam club ini.
Sangat sesak, banyak orang yang menari dalam keadaan mabuk. Aku sedikit ketakutan jangan sampai ada orang jahat nanti kan aku diculik.
Aku sudah sampai ditempat bartender hmm seperti nya disini lebih baik, tidak terlalu banyak orang.
"Permisi," seorang lelaki menyapa ku sepertinya dia adalah bartender di club ini "seperti nya anda sedang kebingungan" hmm dia benar aku sedang kebingungan.
Aku segera duduk di salah satu kursi yang tersedia, dia menawariku berbagai macam minuman beralkohol akukan tidak minum itu semua dan pada akhirnya hanya memesan jus jeruk.
"Kau mencari seseorang?"tanya si bartender "iya aku mencari seseorang tapi aku tidak tahu dia kemana" dia hanya mengangguk mendengar jawaban ku.
"Siapa namanya? Mungkin aku mengenalnya" aku baru saja ingin menjawab pertanyaan tadi namun aku langsung berdiri dari tempat duduk dan menyusul kak Brian setelah melihatnya memasuki salah satu ruangan.
Aku terus berjalan tanpa menghiraukan panggilan bartender tadi, dengan pelan aku mengintip ke dalam ruangan itu. Seketika mataku terbelalak kaget aku tidak tau mau berkata apa, tapi dengan tekad yang kuat ku buka pintu ruangan itu
"KAK BRIAN!" Panggil ku kepada tunangan yang paling aku cintai yang sekarang tengah bercumbu dengan wanita lain. Terlihat keterkejutan di matanya. Aku fikir dia akan datang padaku menggenggam kedua tangan ini dan berkata kalau semuanya hanyalah salah paham kalau semuanya tidak seperti yang terlihat, tapi apa ini? Dia malah bersikap tenang tatapan matanya yang semula terkejut kini berubah menjadi tatapan biasa seperti tidak ada yang terjadi.
"Haaa, akhirnya ketahuan juga" dia berdiri dan berjalan ke arah ku bersama wanita tadi yang mengikutinya di belakang.
"Apa maksud kakak? di-dia siapa?" tanyaku padanya masih mencoba mencerna semua ini.
"Dia, kekasihku" katanya dengan tegas dan tanpa keragu-raguan, aku entahlah permainan macam apa ini kekasih? Kalau wanita ini kekasihnya lalu aku apa?
"Kekasih? Lalu aku apa?!, Kita akan menikah dan kenapa? Kenapa kak Brian malah selingkuh dibelakang ku?" kataku dengan lirih. Mataku kini beralih ke wanita itu, aku marah kesal dengan cepat aku meraih tangan wanita itu dan menarik rambutnya.
"Hei! Apa yang kau lakukan" kata wanita itu "dasar wanita murahan, pasti kau yang menggoda kak Brian kan aku akan membuat kepalamu ini botak." Kataku dengan wajah marah dan tangan yang terus menarik rambutnya dan ah sial dia juga malah menarik rambutku.
"Hentikan!" Satu kata yang keluar dari mulut kak Brian membuat ku dan wanita ini berhenti.
"Hm, maaf tapi aku mencintainya Chia" kalimat ini terdengar seperti sebuah pisau yang menusuk tepat di jantung ku.
"Kakak gila yah!, kita kan akan menikah. Terus bagaimana dengan ku kakak kan hanya mencintai ku!" Kataku dengan air mata yang sudah mengalir deras.
"Aku tidak pernah mencintai mu," hah tidak mencintai ku dia? Tidak mencintai ku? "Aku bosan dengan sikap mu yang seperti ini terlalu kekanak-kanakan." Apa? Kekanak-kanakan?
"Tapikan kita sudah lima tahun bersama, tidak mungkin kakak tidak mencintai ku." Kataku yang masih berharap semuanya hanya kebohongan belaka.
"Chia Chia, mana mungkin aku jatuh cinta kepada anak kecil seperti mu. Sifat mu itu begitu kekanak-kanakan aku muak dengan semua hal itu." Sakit, aku merasakan rasa sakit yang begitu dalam dia dengan tega melakukan ini ketika pernikahan kami tinggal 2 Minggu lagi. Sepertinya dunia ku telah runtuh.
Aku tidak terima, aku tidak terima semua ini. Dengan cepat aku kembali menarik rambut wanita itu dan menampar wajahnya. Ku dengar wanita itu terus berteriak menerima jambakan ku, hah apa dia pikir aku ini lemah aku dulu sudah dilatih oleh seorang teman cara memukul wanita jahat.
Ketika tangan ku terangkat untuk menamparnya lagi sebuah tangan menghentikan ku, itu tangan milik kak Brian. aku melihat wajahnya yang merah dan tangan satunya lagi ku lihat tengah bersiap mendarat di pipi ku.
Tanpa sadar aku menutup mata sebelum tangan itu menamparku, namun aku tidak merasakan sesuatu setelah beberapa detik menutup mata
"Hati-hati dengan tanganmu!" kata seseorang dari arah belakang ku, membuka kedua mataku dan melihat sebuah tangan lain menghentikan kak Brian yang sebentar lagi menamparku "jangan pernah memukul seorang wanita, apalagi gadis ini!" aku menoleh ke belakang dan ku lihat dia yang begitu dekat dariku dan aku baru sadar kalau kini punggung ku bersandar di dadanya. Dia.... Penyelamat ku dari dulu dan sekarang pun Kalandra Sayudha