Sekarang Jeno hanya berdua dengan Jaemin dikamar barunya dan Jaemin kini tengah membereskan semua barang-barang sepupunya. Sementara Ayah dan Ibunya sudah pergi dua jam yang lalu.
"Jeno-ya kau tidak mengingatku?" Jaemin memulai pembicaraan.
"Tidak." jawabnya sangat singkat.
"Dulu kalau aku liburan sekolah, aku sering ke Incheon. Disana aku sering menggendongmu, mengajakmu main dan kau selalu ingin tidur bersamaku."
'Apa katanya tidur bersamanya? Jangan membual.'
"Tapi setelah Appaku meninggal, aku jarang kesana karena tidak ada yang bisa mengendarai mobil. Aku hanya bisa menanyakan kabar lewat telpon saja dan kita bertemu sekarang kau sudah sebesar ini dan tidak kalah tampannya denganku." Jaemin terkekeh sendiri dengan ucapannya, sementara anak itu tidak memberi respon apapun.
"Oh ya aku sudah memilih sekolah untukmu, kau pasti akan menyukainya."
"Sudah selesai bicaranya? Aku lelah ingin tidur." ucap Jeno dan sengaja menutup telinganya agar Jaemin berhenti berbicara.
Jaemin menghampiri adik sepupunya dan mengusap rambut anak itu, "Baiklah, istirahatlah Hyung akan memasak makanan untukmu."
Jeno segera menyingkirkan tangan Jaemin, "Apa yang kau lakukan? Jangan sembarangan menyentuhku, keluar!"
Jaemin terkejut dengan reaksi yang ditunjukkan Jeno, dia mengangguk dan segera beranjak keluar. Jeno keterlaluan? Anak itu bahkan sama sekali tidak peduli. Dia lelah dan benar-benar ingin tidur.
.
.
.
Jeno terbangun tepat pukul 7 malam, sepertinya dia terlalu lama tertidur sampai kepalanya pusing sekali, lantas anak itu duduk dan ia melihat lampu kamarnya sudah menyala. Jaemin pasti masuk lagi ke kamarnya, pikirnya.
Perutnya lapar sekali, anak itu bangun dan berjalan keluar dari kamar dan menuruni tangga.
Rumah ini sepi sekali, apa benar-benar ia tinggal berdua saja bersama Hyungnya? Dia hampir tidak bisa memercayainya, bahkan tidak ada satupun pembantu di rumah yang lumayan besar ini.
Ia melihat Jaemin tengah duduk tangannya memegang sebuah botol kecil dan hendak membukanya, tampaknya Jaemin tidak sadar keberadaan Jeno yang melihatnya dari tangga.
"Aku lapar."
BRAK!
Jaemin menjatuhkan botolnya yang belum sempat ia buka karena terkejut, tangannya juga menyenggol gelas minumnya sampai airnya tumpah.
"Jeno-ya sudah bangun?" tanyanya seraya memasukkan botol kecil itu ke saku jaketnya, ia juga membereskan gelasnya.
"Aku sudah memasak untukmu, mungkin sedikit dingin. Aku panaskan dulu."
'Sepertinya aku harus membuatnya kesusahan.' Jeno kembali membatin dengan seringaian di bibirnya.
"Aku tidak suka makanan dingin, aku ingin kau memasak yang baru."
"Jeno-ya, tapi makanan itu masih bagus, Hyung saja belum memakannya."
"Aku menyesal tinggal disini bersamamu, tahu begini aku lebih baik tinggal sendiri di Incheon. Meminta begitu saja kau tidak mau."
Jaemin membelalakkan matanya, dia juga terlihat panik. Ya, anak itu berhasil.
"Bu-bukan seperti itu, kalau begitu kau tunggu sebentar, aku butuh waktu untuk memasaknya."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Adorable Nana
FanfictionTidak pernah terpikirkan oleh Jeno orang tuanya akan menitipkannya pada Kakak Sepupunya dalam waktu yang lama. Sikap tidak baik sudah Jeno tunjukkan pada lelaki itu, sampai anak yang mulai menginjak remaja itu sudah berpikir tidak akan menghormati K...