Chapter 3

1.6K 237 58
                                    

Ini sudah malam hari, Jeno belum juga turun dari kamarnya padahal harusnya ini sudah jam makan malamnya.

Masakan yang Jaemin buat juga sudah kembali dingin, jika ia memberikan makanan ini pada Jeno dipastikan anak itu tidak akan menerimanya dan akan kembali membentaknya.

Ia bisa saja menasehati anak itu, tapi ia takut Jeno semakin membencinya.

Apakah dia harus kembali memasak atau menunggu Jeno saja?

Dengan sedikit penasaran, lelaki itu bangun dari duduknya dan segera menuju tangga bermaksud menemui Jeno ke kamarnya. Setelah sampai di depan kamar Jeno, ia sedikit ragu, apakah Jeno masih marah padanya? Tapi bukankah Jeno selalu marah padanya?

Jaemin kemudian membuka pintu kamar Jeno dengan pelan-pelan sekali dan melihat keadaan kamar anak itu. Sangat gelap, bahkan gorden kamarnya belum ditutup.

"Coba sekali saja berdamailah denganku, Jeno-ya." Jaemin masuk dan menutup gordennya lalu menyalakan lampu kamar itu.

"Bukannya ini jadi lebih baik?" Jaemin tersenyum lalu menghampiri Jeno yang kini tengah tertidur lelap, mulutnya terlihat terbuka membuat Jaemin gemas sendiri melihatnya.

"Walau bagaimanapun kau tetap Jeno sepupuku yang sangat menggemaskan." Jaemin membenahi selimut Jeno, mengecup kening Jeno yang pastinya tidak akan disadari anak itu.

"Lanjutkan tidurmu... Jaljjayo~"

.

.

.

Hari-hari berikutnya ternyata hubungan Jeno dengan Jaemin semakin memburuk, Jeno benar-benar tidak memperdulikan Jaemin. Sekalinya bertemu dengan Jaemin, anak laki-laki itu hanya makan malam dan saat akan pergi ke sekolah. Jeno pun sudah tidak pernah memakan sarapan dari Jaemin.

Jaemin masih tetap seperti biasa, tetap sabar tentu saja menghadapi Jeno yang sering membentaknya dan sering menolaknya.

"Aku akan pulang telat hari ini." ucap Jeno yang kini tengah membenahi sepatunya.

"Kenapa? Tidak biasanya, apa ada kegiatan ekstra di sekolahmu?"

"Bukan urusanmu Jaem, ayo berangkat."

Jeno berjalan terlelebih dahulu menuju mobil diikuti Jaemin yang kini mempunyai firasat yang tidak enak tentang anak itu.

"Jeno, kau yakin tidak mau mengatakannya pada Hyung?" Jaemin mencoba bertanya kembali pada Jeno, barangkali anak itu akan menjawabnya dengan biasa.

Jeno melirik Jaemin dengan tatapan yang tajam.

BRAK!

"Kau tahu tidak maksud dari BUKAN URUSANMU?"

Jeno menaikkan nada suaranya membuat Jaemin meringis, dia tidak tahu letak kesalahannya pada anak itu selama ini dimana, dia harus apa?

Bahkan mendengar Jeno memanggilnya Hyung saja tidak pernah.

"Ba-baiklah aku akan diam."

"Memang seharusnya kau diam." ucap Jeno seraya memalingkan wajahnya.

Mereka sampai di Sekolah tidak membutuhkan waktu yang lama, Jeno langsung keluar dari mobil Jaemin tanpa mengucapkan sepatah katapun. Sekedar pamit saja, anak 12 tahun itu tidak melakukannya.

"Jeno semoga kau baik-baik saja di Sekolah." lama Jaemin terdiam sambil menatap pintu mobilnya yang masih terbuka, setelah itu menutupnya.

Jaemin memutuskan untuk pergi ke makam kedua orangtuanya, itu adalah tempat paling nyaman untuknya berkeluh kesah, rasanya semenjak ada Jeno dia merasa sangat tidak tenang, tidak tenang karena takut tidak bisa mengurus Jeno dengan baik, padahal Ahjummanya menitipkan Jeno padanya.

My Adorable NanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang