1. Black Rose

930 69 3
                                    

Pernah terpikir, jika sebuah awal kehidupan yang baru dan akhir dari sebuah kehidupan bisa hadir diwaktu yang sama pada orang yang berbeda?

🥀

Dua orang lelaki di pertengahan umur 20an dan sepasang suami istri paruh baya itu tampak tengah tak tenang hati, jantung mereka berdegup kencang, ujung jari juga ikut mereka mendingin.

Sambil duduk wanita paruh baya itu tangannya saling meremat, pandangan khawatirnya tertuju pada pintu putih itu.

"Udah mama tenang aja, Sara yakin Lana kuat. Mama kan tau sendiri anak bungsu nakalnya mama gimana? Dia bisa lewatin ini, percaya sama Sara." Aksara merangkul pundak ibunya, sesekali tangan kanannya mengusap-usap punggung rapuh ibunya.

Mamanya tenang, kini sang papa yang tak tenang. "Ini Efendi mana sih ga keluar keluar?!" Hary sedikit berteriak di ruangan sepi itu.

"Pah sabar dong, om Efendi pasti lagi nanganin Lana. Tenang dong pah." Kini giliran adik kembar Aksara yang berbicara, Aksana yang jarang berbicara itu sedikit terpancing emosinya karena sang papa yang tidak sabaran.

Tak lama kemudian, pintu yang sedari tadi ditunggu terbuka, kini terbuka betulan. Lelaki dengan Scrub biru itu keluar.

Aksara, Aksana dan mama papa pun bangkit dari duduknya. "Gimana Fen? Alana baik-baik aja kan?"

"Engga mbak, kali ini Alana gak baik-baik aja."

Papa menarik baju lelaki itu dengan emosi, benar-benar kuat sampai dagu om Efendi terangkat, "maksud kamu apa? Berani-beraninya bilang ponakan sendiri gak baik-baik aja!"

Aksana dengan sigap menjauhkan papanya dari om Efendi, "sabar dong pah! Biarin om Efendi jelasin dulu!"

"Maaf mas, tapi aku disini harus jujur dan profesional. Alana kritis, jantungnya bener-bener melemah, dia pernah ngeluh sakit gak ke kamu Sana? Atau ke kamu Sara?" Tanya Efendi.

Aksara dan Aksana kompak menggeleng, setau mereka adiknya itu terlihat sehat-sehat saja akhir-akhir ini.

"Setau Sana, Lana ga ngeluh apa-apa." jawab Aksana.

"Ke Sara juga engga Om."

"Alana harus cepet-cepet dapet donor jantung yang cocok. Kita udah gak bisa nunggu lama."

🥀


Malam ini giliran Aksana yang bergantian menjaga Alana di rumah sakit, setelah sehari semalam Aksara yang menjaga adik bungsunya.

Langkah kaki Aksana melewati ruangan yang tampak amat sibuk. Dokter perawat dan staff lain sibuk berjalan kesana kemari. IGD hari ini benar benar hectic.

Entahlah ada apa dengan hari ini, Aksana rasanya ngeri sendiri mendengar sirine ambulan yang saling bersautan. Ini bahkan tengah malam, tapi IGD begini sibuknya.

"Permisi permisi kasih jalan" suara yang cukup menggema dalam ruangan itu mendistraksi Aksana.

Satu brankar dengan wanita muda yang berlumuran darah terbaring diatasnya, terburu-buru didorong staff ambulan masuk ruangan.

"Pasien kecelakaan, kesadarannya semakin menurun diperjalanan, GCS nya 3, kesadaran pasien stupor, ga ada reaksi apapun setelah diberi rangsangan." Jelas staff ambulan.

"Hubungi dokter bedah syaraf, suster Eva dokter Nina tolong siapkan pasien untuk CT scan." Mereka yang diberi perintah bergegas pergi.

Dokter berkali-kali memberi rangsangan untuk memeriksa respon wanita itu tapi nihil. Bisikan, cubitan bahkan tepukan pun tak memberikan hasil yang diharapkan. Kemungkinan terburuknya...

Ron & Prim | HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang