Mata itu menatap ke arah luar jendela. Pikirannya kosong, napasnya pun tampak masih memburu. Beberapakali ia hirup dalam-dalam oksigen sembari sesekali memejamkan mata berusaha menenangkan dirinya sendiri.
Mati sudah jiwa itu. Mati sudah diri Alana, detik tadi benar-benar tak akan ada lagi yang tersisa dari Alana. Hatinya mati malam ini juga.
Gadis itu berikrar dalam hatinya, bahwa dia sendiri sudah membunuh jiwa Alana. Malam ini akan dia ingat sebagai malam kematian Alana, malam kematian gadis lemah nan manja yang selama ini hidup dalam dirinya. Alana yang selalu menjadi beban orang-orang sekitarnya kini tak akan pernah hidup kembali.
Kini harapan satu-satunya, adalah Prima. Gadis itu akan menjaga Prima, Prima akan hidup dengan memilih jalan yang berbeda dengan yang sebelumnya Alana ambil. Dan gadis itu berjanji pada dirinya sendiri bahwa Prima tidak akan berakhir mati seperti Alana.
🥀
Gadis itu berkali-kali menarik ingusnya, Hhhh hidungnya memang selalu bermasalah saat cuaca dingin, ditambah lagi Prima sedang kebingungan setelah turun dari bus. Terminal bus memang selalu ramai meskipun ditengah malam.
Prima berjalan ditengah-tengah terminal, tampak kebingungan menengok ke kanan lalu ke kiri berulang kali. Tangannya tampak sibuk, yang kanan menarik koper besar, dan yang kiri memeluk guling dengan gambar dinosaurus miliknya.
Cacing-cacing diperutnya seperti sedang demo mengetuk-ngetuk dinding perut Prima, perutnya kosong keroncongan sebab melewatkan makan malamnya tadi. Terlihat dari kejauhan satu warung dengan cahaya lampu paling terang membuat Prima tertarik datang ke sana.
Prima duduk di kursi kayu sambil memandangi ponsel yang ia matikan sejak pergi dari rumah tadi. Prima tidak berpikir tentang Papanya yang mungkin sedang marah besar dan tidak akan mengakuinya sebagai anaknya lagi-- ya karna Prima sudah merasakan itu sejak lama, tapi yang memenuhi pikirannya kali ini adalah abang-abangnya bisa tidur nyenyak gak ya? Mama? Tangis mama udah berhenti kan?
Wangi kopi ditambah wangi khas mie instan memenuhi indera penciumannya, membuat cacing peliharaan diperutnya semakin mengamuk.
'tuk' satu buah pop mie tiba-tiba disimpan ibu pemilik warung tepat di depan Prima tanpa berkata apapun.
Baru saja menarik napas minta penjelasan perihal itu, seseorang yang baru saja duduk disampingnya membuat kursi kayu yang ia duduki berderit menarik atensinya.
"Gue tau lo bokek. Makan!"
Halis Prima berkerut, matanya ikut menelisik laki-laki yang duduk disampingnya, "ngapain lo disini?" Tanya Prima dengan nada yang terdengar ketus.
Aron menaikan pundaknya, "cuma pengen ngopi." Jawabnya enteng.
"Lo ngopi di Bogor???"
"Gak usah banyak bacot, makan cepet ntar mie nya ngembang."
Prima meniup-niup gulungan mie di garpu putih itu, kepulan asapnya cukup membantu hidung Prima yang sedari tadi tersumbat. Begitu pula dengan Aron, secangkir kopi susu cukup sempurna di kala cuaca dingin seperti ini, sambil menonton Prima yang sedari tadi tak berhenti mengomel sambil mengunyah.
"Lo mau kemana?"
"Bukan urusan lo." Jawab Prima lalu meneguk kuah pop mie dalam cup.
Aron menggeser posisinya, memperpendek jarak diantara mereka, "gue kenal lo, lo besan gue, dan lo juga adek temen gue. Lo udah kayak anak ilang tau gak? Jadi gue sebagai manusia yang menjunjung tinggi rasa tanggungjawab, punya tanggung jawab atas lo. Gue gak akan biarin lo sendirian ditempat kayak gini. Lo hampir di copet tadi dan lo gak sadar kan? Gimana kalo gue tinggal nanti lo sadar-sadar pas lagi meet and great sama malaikat kali." Oceh Aron.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ron & Prim | Haechan
Fanfiction⚠️ FIKSI ⚠️ Ketika luka membawa semesta baru, manusia terkuat di muka bumi pun tak bisa melawan apa maunya takdir. - Ron&Prim 2021 - Terimakasih telah mengobati tanpa harus menyentuh luka, karena sejatinya jantung pemilik 2 jiwa itu hanya berdetak u...