Aksara

50 3 0
                                    

Mau dia berubah jadi Prima atau superman sekalipun, adiknya itu ya tetap Alana. Alana hanya bersembunyi di balik Prima yang pura-pura kuat di depan yang lain. Hati Prima bahkan masih rapuh sampai detik ini.

Aksara ingat bagaimana adik bungsunya itu berlari kearahnya begitu dia pulang sekolah, menangis tersedu-sedu di pelukannya. Aksana 17 tahun sampai kebingungan dibuatnya sebab tidak tahu alasan adiknya menangis sampai selama itu.

Laki-laki itu terenyuh begitu mendengar pengasuh adiknya mengatakan alasan Alana menangis sebegitunya karena semut-semut di kebun belakang yang jadi teman bicaranya sebulan belakangan ini.

Prima memutuskan untuk memelihara semut-semut hitam di pohon jambu Mama karena usulannya untuk memelihara seekor kucing tidak mendapatkan izin Papa. Setiap siang sepulang sekolah gadis itu akan minta tolong pengasuhnya untuk menyiapkan sesendok gula dalam mangkuk kecil, lalu dia akan berlari kecil ke kebun belakang untuk menaburkan gula-gula dan menunggu semut-semut kesukaannya datang, lalu dia akan bercengkrama sampai sering sekali dimarahi pengasuhnya karena tidak mengganti seragamnya dulu.

Sampai di hari Rabu dia menunggu semut-semut nya tidak kunjung datang sampai satu jam lamanya sejak dia menaburkan gula-gula, lalu menangis begitu mendengar Pak Ade; yang membantu mamanya menyiram tanaman setiap hari itu mengatakan kalau kemarin sore Aksana menyemprotkan cairan anti hama di seluruh kebun sebab kesal mendapat gigitan semut saat duduk di gazebo.

- Di gazebo yang sama ia duduk menengadah ke langit yang terlihat mendung malam ini. Tak satupun bintang tertangkap pengelihatannya malam ini. Mungkin hujan akan turun.

Ribuan garis skenario dikepalanya sedang berlomba menemukan titik akhir yang tak kunjung ditemukan. Bagaimana kisah akhirnya tak bisa Prima bayangkan.

"Kenapa gak masuk kedalam, sebentar lagi hujan." Tanyanya setelah menepuk bahu Prima dan duduk disampingnya. Prima hanya tersenyum.

Aksara membalas senyum setelah Prima menanyakan bagaimana harinya hari ini. Apakah lebih berat dari kemarin atau hari ini abang kelincinya bisa tidak melewatkan makan siang dan bisa bergabung dengan rekannya menyantap sosis asam manis yang menjadi menu makan siang di kantin kantor hari ini.

"Bang sekarang Lana harus apa?"

Banyak orang bilang, yang baik memberikan dan yang jahat mengambil. Lalu bagaimana jika yang mengambil lebih banyak selama ini adalah Prima? Bagaimana jika tokoh antagonis selama ini adalah dirinya sendiri tanpa dia sadari?

"Pulang. Lan" katanya menjawab.

"-lukamu tanggungjawab mu, jangan kamu libatkan orang lain untuk sembuhkan lukamu." Sambungnya.

"Kalau begitu, aku harus siap dengan luka kehilangan yang baru."

Aksara mengangguk, "abang bantu. Abang akan selalu ada disamping kamu sampai kapan pun."

"Aku gak tau kalau jalan menjadi dewasa akan penuh kerikil tajam kayak gini."

"Kalau kamu sakit jadi dewasa, kamu boleh pulang ke abang untuk balik jadi anak kecil. Abang akan gendong kamu sampai kamu temuin bahagiamu."

Prima memutar tubuhnya menghadap Aksara. Mata bulatnya berkaca-kaca namun bibirnya masih sanggup menarik garis senyum untuk dia tampilkan pada adik bungsunya agar yakin dia tak begitu terluka.

Tangan Prima terulur mengelus pipi kiri abangnya, "jangan tinggalin abang." Tangan kirinya menggenggam tangan Prima yang kini menopang kepalanya.

Tapi Prima kali ini tidak bisa berjanji.


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 21, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ron & Prim | HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang