海 6 海

881 101 24
                                    

Pagi ini Bunda dan Ayah berkumpul di kamar Jaemin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi ini Bunda dan Ayah berkumpul di kamar Jaemin. Keduanya menatap putra sulung mereka dengan pandangan khawatir. Beberapa menit yang lalu Bunda pergi kamar Jaemin, berniat membangunkan anaknya dan mengajak sarapan bersama. Di situ Bunda menyadari ada yang tidak beres dengan Jaemin. Keringat membasahi kening Jaemin serta suhu tubuhnya yang panas membuat Bunda menduga anaknya terkena demam. Sontak Bunda memanggil Ayah untuk datang ke kamar Jaemin.

“Perasaan kemarin Nana masih sehat,” tutur Ayah.

“Bunda yakin Jaemin sakit karena akhir-akhir ini suka keluar malem. Bunda juga sering liat Jaemin bergadang nyelesaiin kerjaanya,” balas Bunda.

“Jadi, gimana? Kita nggak jadi pergi?”

Bunda tampak berpikir. “Bunda nggak bisa ninggalin Jaemin. Paling Bunda minta Ayah wakilin Bunda ke sana. Nggak apa-apa, ‘kan?”

“Ayah nggak ap—”

“Ayah sama Bunda pergi aja. Jaemin bisa jaga diri kok.” Serempak Bunda dan Ayah menoleh ke arah Jaemin yang masih memejamkan mata. Perlahan kedua mata Jaemin terbuka dan menatap kedua orang tuanya secara bergantian.

“Nggak deh, Bunda nemenin Jaemin aja. Lagian cuma acara nikahan,” balas Bunda.

“Tapi kan yang ngundang temen Bunda. Masa Bunda nggak dateng?”

“Kalau gitu, Ayah aja yang nemenin Nana. Gimana?” sahut Ayah. Baru saja Bunda akan menjawab, Jaemin sudah lebih dahulu menyela.

“Nggak mau. Masa Bunda pergi sendirian? Udah, Ayah sama Bunda pergi aja. Nggak usah pikirin Jaemin. Jaemin baik-baik aja.”

Bunda dan Ayah saling bertatapan. Keduanya seakan berbicara dari mata ke mata. Baik Bunda maupun Ayah sama-sama tidak yakin meninggalkan Jaemin meskipun pria itu berkata baik-baik saja. Menyadari kekhawatiran mereka, Jaemin kembali bersuara.

“Kata Bunda tempat nikahannya deket, ‘kan? Jaemin nggak apa-apa kok kalau ditinggal sebentar. Percaya sama Jaemin, ya?”

Pada akhirnya Bunda mengalah dan menuruti perkataan Jaemin. “Ya udah, Bunda sama Ayah pergi dulu. Kami usahain pulang cepet. Kalau ada apa-apa, langsung kabarin kami.” Bunda mengusap kepala Jaemin sebelum akhirnya meninggalkan anaknya untuk bersiap-siap.

“Nana yakin? Bukan karena nggak enak sama Ayah Bunda?” tanya Ayah sekali lagi, memastikan anaknya tidak berubah pikiran.

“Yakin banget, Ayah. Udah, susul Bunda sana. Jaemin mau istirahat lagi.”

“Makan dulu baru tidur lagi. Nanti keburu dingin loh,” ucap Ayah seraya menunjuk piring yang tersedia di atas nakas.

“Iya, bentar lagi.”

[✓] Destiny | Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang